Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... Freelancer - guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Diary

Menanti Pengumuman Seleksi Instruktur AKMI

23 Juli 2024   06:05 Diperbarui: 23 Juli 2024   06:43 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langit Bandung pada sore itu dipenuhi oleh warna-warna senja yang menawan, menciptakan gradasi jingga dan merah muda yang memukau. Udara terasa sejuk, membelai wajah Yani dan Husen yang duduk di bangku taman kota, menanti pengumuman hasil Asesmen Kompetensi Madrasah Indonesia (AKMI). 

Yani menarik napas dalam-dalam, merasakan aroma khas kota Bandung yang segar dan sedikit basah setelah hujan ringan tadi siang. "Husen, apakah kamu merasa cemas?" tanyanya sambil memandang langit yang mulai gelap. Suara dedaunan yang bergesekan terdengar lembut di antara suara kendaraan yang berlalu-lalang di kejauhan.

Husen mengangguk pelan, menatap lurus ke depan, mencoba menyembunyikan kegelisahan yang merayap di hatinya. "Ya, sedikit," jawabnya dengan suara pelan, hampir berbisik. "Namun aku percaya bahwa apapun hasilnya, itu adalah yang terbaik untuk kita."

Di sekitar mereka, lampu-lampu taman mulai menyala satu per satu, memberikan suasana hangat dan nyaman. Angin sore yang lembut membawa aroma tanah basah dan wangi bunga-bunga yang sedang mekar. Yani memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan diri dalam keindahan alam sekitar. 

"Menanti itu seperti embun yang menunggu pagi," kata Yani tiba-tiba, suaranya penuh refleksi. "Seperti mentari yang menyapa bumi. Waktu berlalu dengan perlahan, menguji hati, melatih kesabaran."

Husen tersenyum tipis, mengerti betul perasaan Yani. "Namun dalam setiap penundaan, ada hikmah, ada pelajaran. Kesabaran adalah kunci yang bijak, menguatkan jiwa, mengasah akhlak," lanjutnya, mencoba memberi semangat pada dirinya sendiri dan Yani.

Tiba-tiba, suara notifikasi dari ponsel Husen memecah keheningan. Ia merogoh saku dan menatap layar dengan tatapan serius. "Pengumumannya sudah keluar," katanya sambil menelan ludah, merasa jantungnya berdegup kencang. 

Yani mendekat, mengintip layar ponsel Husen dengan harap-harap cemas. "Apa yang tertulis?" tanyanya, suaranya penuh antisipasi.

Husen menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, "Mungkin Tuhan sedang menguji, memberi waktu untuk berbenah diri. Dalam penantian, temukan makna, bahwa setiap detik adalah anugerah yang istimewa."

Yani tersenyum, merasakan kelegaan yang luar biasa. "Jangan biarkan gelisah meraja, yakinlah, waktu yang tepat akan tiba. Dalam setiap tunda, ada rencana-Nya, percayalah, segala sesuatu indah pada waktunya."

Di tengah taman yang mulai ramai dengan orang-orang yang menikmati sore, Yani dan Husen menemukan ketenangan dalam kebersamaan mereka. Meski hasil pengumuman AKMI masih menggantung di udara, mereka tahu bahwa penantian ini adalah bagian dari perjalanan mereka. Setiap detik yang berlalu, setiap hembusan angin, setiap detak jantung adalah bagian dari rencana yang lebih besar, yang mereka jalani dengan sabar dan penuh harapan.

Langit Bandung semakin gelap, tetapi hati mereka kini terang dengan keyakinan bahwa apapun yang terjadi, mereka siap menghadapinya bersama. Dalam setiap penundaan, mereka menemukan kekuatan dan makna baru, menjalani hari-hari dengan penuh kesabaran dan keyakinan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun