Imam adalah seorang mahasiswa semester akhir di salah satu perguruan tinggi negeri di Bandar Lampung. Menjelang akhir studinya, ia tinggal bersama buleknya, Tri Siwi, yang rumahnya terletak di lingkungan yang tenang, dengan halaman rimbun oleh pepohonan dan bunga-bunga berwarna-warni.
Suatu sore, Imam pulang dari kampus dan disambut oleh angin sejuk serta aroma masakan buleknya dari dapur. Kehangatan dan kenyamanan rumah buleknya selalu membuatnya merasa betah. Setiap hari, komunikasi antara Imam dan buleknya berjalan lancar. Mereka saling mengingatkan tentang hal-hal kecil tapi penting, seperti mematikan magiccom atau memastikan kulkas berfungsi dengan baik.
Tri Siwi sering bertanya apakah Imam di rumah atau tidak, dan menawarkan untuk membelikannya makanan kesukaannya. Imam selalu berterima kasih atas perhatian buleknya, merasa dihargai dan diperhatikan.
Imam juga membantu buleknya dengan tugas-tugas rumah. Ketika buleknya sedang berada di Tangerang, Imam diberi tahu untuk mencari kunci di tempat biasa dan memasak nasi jika dibutuhkan. Saat Imam tiba di rumah, suasana rumah yang sepi dan aroma khas yang sudah lama ia kenal kembali menyelimuti dirinya. Ia langsung mengecek nasi dan memastikan semuanya dalam keadaan baik.
Selain itu, Imam bertanggung jawab untuk menerima paket dan memastikan lampu-lampu rumah menyala saat malam tiba. Pesan singkat dari buleknya selalu menjadi pengingat kecil namun penting dalam menjaga kenyamanan rumah.
Rutinitas mereka diwarnai oleh percakapan-percakapan singkat namun penuh makna. Ketika buleknya meminta Imam untuk membuka pintu untuk Tante Dona atau memastikan nasi dimasak, Imam melakukannya dengan penuh rasa tanggung jawab.
Pagi itu, Imam menerima pesan dari buleknya yang memberinya amplop di meja makan dan mengajaknya untuk tidak sendirian. Imam merasa bersyukur bisa tinggal bersama buleknya di masa-masa menjelang akhir studinya. Dukungan dan perhatian buleknya membuatnya merasa tidak sendirian dalam perjalanan hidupnya yang penuh tantangan ini.
Imam berangkat ke kampus dengan semangat baru, siap menghadapi apapun yang datang. Ia tahu, ada buleknya yang selalu mendukung dan memberikan semangat, membuat setiap langkah terasa lebih ringan. Dengan senyum di wajahnya, Imam menyadari bahwa dukungan keluarga adalah salah satu hal terpenting yang bisa ia miliki dalam hidupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H