Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... Freelancer - guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Masa Menjelang Akhir Studi

14 Juli 2024   11:34 Diperbarui: 14 Juli 2024   11:38 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Imam adalah seorang mahasiswa semester akhir di salah satu perguruan tinggi negeri di Bandar Lampung. Menjelang akhir studinya, ia tinggal bersama buleknya, Tri Siwi, yang rumahnya terletak di lingkungan yang tenang, dengan halaman rimbun oleh pepohonan dan bunga-bunga berwarna-warni.
Suatu sore, Imam pulang dari kampus dan disambut oleh angin sejuk serta aroma masakan buleknya dari dapur. Kehangatan dan kenyamanan rumah buleknya selalu membuatnya merasa betah. Setiap hari, komunikasi antara Imam dan buleknya berjalan lancar. Mereka saling mengingatkan tentang hal-hal kecil tapi penting, seperti mematikan magiccom atau memastikan kulkas berfungsi dengan baik.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Tri Siwi sering bertanya apakah Imam di rumah atau tidak, dan menawarkan untuk membelikannya makanan kesukaannya. Imam selalu berterima kasih atas perhatian buleknya, merasa dihargai dan diperhatikan.


Imam juga membantu buleknya dengan tugas-tugas rumah. Ketika buleknya sedang berada di Tangerang, Imam diberi tahu untuk mencari kunci di tempat biasa dan memasak nasi jika dibutuhkan. Saat Imam tiba di rumah, suasana rumah yang sepi dan aroma khas yang sudah lama ia kenal kembali menyelimuti dirinya. Ia langsung mengecek nasi dan memastikan semuanya dalam keadaan baik.

Selain itu, Imam bertanggung jawab untuk menerima paket dan memastikan lampu-lampu rumah menyala saat malam tiba. Pesan singkat dari buleknya selalu menjadi pengingat kecil namun penting dalam menjaga kenyamanan rumah.

Rutinitas mereka diwarnai oleh percakapan-percakapan singkat namun penuh makna. Ketika buleknya meminta Imam untuk membuka pintu untuk Tante Dona atau memastikan nasi dimasak, Imam melakukannya dengan penuh rasa tanggung jawab.

Pagi itu, Imam menerima pesan dari buleknya yang memberinya amplop di meja makan dan mengajaknya untuk tidak sendirian. Imam merasa bersyukur bisa tinggal bersama buleknya di masa-masa menjelang akhir studinya. Dukungan dan perhatian buleknya membuatnya merasa tidak sendirian dalam perjalanan hidupnya yang penuh tantangan ini.

Imam berangkat ke kampus dengan semangat baru, siap menghadapi apapun yang datang. Ia tahu, ada buleknya yang selalu mendukung dan memberikan semangat, membuat setiap langkah terasa lebih ringan. Dengan senyum di wajahnya, Imam menyadari bahwa dukungan keluarga adalah salah satu hal terpenting yang bisa ia miliki dalam hidupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun