Lika merapikan meja kerjanya di pagi yang cerah. Aroma kopi yang baru diseduh memenuhi ruang kecilnya, menambah semangat untuk memulai hari. Di luar, burung-burung berkicau riang, seolah ikut menyemangatinya. Ia membuka aplikasi chat di ponselnya dan melihat beberapa pesan dari koleganya, Manda.
Percakapan dimulai dengan Lika yang mengungkapkan rasa senangnya atas kelengkapan laporan yang diterima, berupa dokumen kegiatan yang telah dibuat dalam s.id, dan disematkan di deskripsi grup WA. Ia merasa kagum dan berterima kasih. Namun, seiring dengan obrolan, ia baru menyadari bahwa informasi yang dicari sebenarnya sudah ada di deskripsi sebelumnya. Tawa kecil terdengar dari bibirnya, menyadari kekeliruan kecil tersebut.
Suasana kerja hari itu terasa lebih hangat dan penuh canda. Lika menggoda Manda yang kini sudah menjadi kepala perpustakaan. Ya, pada pertemuan sebelumnya Manda sempat bertanya tentang seluk beluk perpustakaan sekolah. Ia memastikan apakah program pengadaan buku fisik akan terus berjalan secara berkala. Manda menjawab bahwa biasanya buku-buku didapatkan dari proyek pengadaan. Lika tetap mendorong agar program tersebut dimasukkan dalam rencana kerja, mencatat setiap buku yang masuk ke perpustakaan, baik dari pengadaan mandiri maupun sumbangan.
Tiba-tiba, Lika mendapatkan ide untuk menyumbang beberapa buku ke perpustakaan. Ia meminta alamat lengkap Manda. Dengan sigap, Manda memberikan alamatnya di MTsN 1 Bandar Lampung. Lika mencatat alamat tersebut dengan senyum di wajahnya, merasa senang bisa berkontribusi.
Percakapan berlanjut ke diskusi teknis tentang sistem informasi perpustakaan. Manda bertanya apakah sebaiknya menggunakan aplikasi atau Google Form. Lika menyarankan penggunaan Aplikasi SLiMS, yang dianggapnya lebih efektif untuk manajemen perpustakaan. SLiMS (Senayan Library Management System) adalah sistem automasi perpustakaan sumber terbuka (open source) berbasis web yang pertama kali dikembangkan dan digunakan oleh Perpustakan Kemendikbudristek. Aplikasi ini digunakan untuk pengelolaan koleksi tercetak dan terekam yang ada di perpustakaan.
Setelah diskusi serius tentang perpustakaan, percakapan bergeser ke kenangan masa lalu. Manda bertanya tentang foto Lika yang berada di hutan. Lika mengakui bahwa foto tersebut diambil saat perjalanan ke gunung Dieng setelah ia lulus kuliah. Ia menceritakan petualangannya, melewati sungai, hutan, dan jalanan kampung. Petualangan itu memberikan pengalaman yang berkesan dan tak terlupakan.
Di sela-sela kesibukan, percakapan mereka seolah membawa kembali kenangan masa muda, saat petualangan dan rasa penasaran menjadi bagian dari keseharian. Manda penasaran dengan detail perjalanan Lika. Lika pun dengan antusias menceritakan bahwa perjalanan tersebut dimulai dari kota kecil, berlanjut melewati sungai yang jernih, menembus hutan lebat, hingga akhirnya mencapai puncak gunung Dieng. Setiap langkah dalam perjalanan itu terekam jelas dalam ingatannya, memberikan perasaan nostalgia yang hangat.
Hari itu, meski sibuk dengan pekerjaan, percakapan dengan Manda memberikan warna tersendiri. Dari diskusi serius tentang perpustakaan hingga nostalgia petualangan masa lalu, semua terasa lengkap. Di luar, matahari semakin tinggi, menandakan bahwa hari kerja harus dilanjutkan. Namun, dalam hati Lika, semangat dan kebahagiaan terus menyala, membawa semangat baru untuk hari-hari mendatang.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H