Memasuki hari kedua Temu Penulis KBMN PGRI ketiga di kota Bandung, Rahayu merasa sangat antusias. Agenda hari ini adalah melakukan studi literasi dengan mengunjungi SMP Taruna Bakti Bandung. Sebuah bus Damri milik dinas perhubungan telah terparkir di seberang jalan BBGP Bandung, satu per satu peserta memasuki bus dengan penuh semangat. Jarak menuju SMP Taruna Bakti hanya sekitar 1,1 km, sehingga perjalanan terasa sangat singkat. Para peserta bahkan belum selesai menyanyikan sebuah lagu ketika bus sudah tiba di tujuan.
Rahayu dan teman-temannya dipandu oleh Mr. Bam, salah seorang panitia kegiatan yang juga merupakan guru di SMP Taruna Bakti. Mereka diarahkan menuju ruang kelas tempat peserta akan menerima informasi dari kepala sekolah. Acara dimulai dengan pembukaan, sepatah kata dari tuan rumah, dan sepatah kata dari peserta, diikuti sesi tanya jawab. Mr. Bam kemudian memaparkan program literasi sekolah, dan acara ditutup dengan penyerahan cinderamata. Para peserta disuguhi teh dan aneka makanan ringan sebelum melanjutkan ke agenda berikutnya.
Setelah itu, para peserta diajak mengikuti school tour, mengunjungi laboratorium IPA (science), laboratorium program teknologi dasar, dan layanan perpustakaan yang berada di lantai lima. Mereka tidak lupa berfoto bersama di rooftop dengan latar belakang Gedung Sate dari kejauhan. Kepala sekolah, Ibu Detty Nurwendah, memaparkan tentang visi dan misi SMP Taruna Bakti.
"Sekolah ini mengusung visi menjadi lembaga pendidikan yang memberikan lingkungan belajar kolaboratif multikultural dan berketuhanan YME dengan reputasi tinggi di bidang akademik dan non-akademik," jelas Ibu Detty. "Kami berharap SMP Taruna Bakti menjadi replika dari Indonesia mini dengan kebhinekaan di dalamnya. Kami mendorong siswa untuk menghargai dan memahami perbedaan, baik dari segi agama, ras, suku bangsa, maupun latar belakang budaya."
Beliau juga menekankan pentingnya kolaborasi dalam menghadapi tantangan abad 21. "Kolaborasi merupakan kunci untuk mewujudkan visi misi sekolah. Jejaring dan kemitraan sangat diperlukan agar sekolah menjadi unggul. Kami bermitra dengan orang tua siswa, dinas pendidikan, lembaga terkait, alumni, perguruan tinggi, dan jejaring lainnya untuk saling mendukung dalam program-program sekolah."
Ibu Detty menambahkan bahwa dengan memanfaatkan projek dalam kurikulum merdeka, sekolah bisa merancang program yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan sejalan dengan visi yang telah ditetapkan. "Sebagai contoh, kami menjadikan ibadah siang setiap hari sebagai projek P5 untuk memastikan semua siswa terfasilitasi dalam pembinaan kompetensi spiritual dan karakter," jelasnya.
Lebih lanjut, beliau menerangkan bahwa literasi kolaboratif adalah kemampuan individu untuk bekerja sama dengan orang lain dalam menciptakan, menggunakan, dan berbagi pengetahuan secara efektif. Sementara itu, literasi multikultural adalah kemampuan individu untuk memahami, menghargai, dan berinteraksi dengan keanekaragaman yang ada di sekitarnya. SMP Taruna Bakti berusaha menciptakan lingkungan belajar yang beragam dan inklusif, melayani dan memfasilitasi semua siswa dengan keanekaragaman tersebut sesuai kebutuhannya.
Melalui pendekatan ini, Ibu Detty berharap siswa-siswi dapat mengembangkan keterampilan sosial yang kuat, memahami keragaman, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab, berkarakter, berakhlak mulia, dan toleran dalam menyongsong masa depan.
Sebelum meninggalkan sekolah, Rahayu menyempatkan diri berswafoto dengan Ibu Detty. Hari itu, Rahayu merasa mendapatkan banyak ilmu dan inspirasi dari kunjungan ke SMP Taruna Bakti Bandung. Temu Penulis KBMN PGRI di Bandung menjadi momen berharga yang akan selalu dikenangnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H