Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... Freelancer - guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Lubang-Lubang Pembawa Berkah

4 Juli 2024   10:21 Diperbarui: 4 Juli 2024   10:37 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sepanjang Gang Kutilang, suatu pagi yang cerah, empat pekerja berdiri di tepi lubang-lubang menganga yang mereka buat dengan teliti. Pada saat matahari baru mulai menyebarkan sinarnya di atas atap-atap genteng, mereka sudah sibuk mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk pekerjaan mereka.

Pada dasarnya, lubang-lubang itu tidak begitu istimewa jika dilihat dari segi ukurannya. Berbentuk segiempat dengan dimensi yang cukup standar untuk instalasi pipa, tetapi bagi mereka, setiap sentimeter lubang adalah bagian dari proses perubahan yang sedang mereka upayakan.

"Pak, standarnya seperti ini ya?" tanya salah seorang dari mereka, seorang bapak yang keriput di wajahnya namun penuh dengan pengalaman.

"Ya, yang penting kenyamanan kerja kita," jawab sang pengawas dengan senyum ramahnya.

Mereka mulai bekerja dengan penuh semangat. Paving yang sudah tertata rapi harus mereka bongkar dengan hati-hati. Tanah yang padat mereka gali, mencapai kedalaman yang tepat sesuai perencanaan. Di sinilah bor manual horisontal menjadi pilihan utama. Dengan tekad yang sama, mereka membuka sepuluh titik galian sepanjang jalan itu, mengikuti panduan teknis yang telah mereka pelajari dari pengalaman bertahun-tahun.

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Alat bor menjadi sahabat mereka. Potongan paralon setiap kali masuk dan berputar di dalam lubang, merentangkan jalan untuk jalur air yang akan datang. Tanah lunak yang mereka temui di beberapa titik menguji keuletan mereka, tetapi dengan semangat yang tak pernah pudar, mereka melanjutkan pekerjaan mereka.

Ember digunakan untuk mengangkut air, linggis untuk membuka tanah yang keras, gergaji besi untuk menyesuaikan paralon, tali untuk mengukur, dan sekop untuk meratakan. Semua alat itu tidak sekadar perkakas, melainkan bagian dari perjuangan mereka dalam menciptakan infrastruktur yang melayani masyarakat.

Setiap hari, mereka bekerja dengan hati-hati dan penuh rasa tanggung jawab. Pekerjaan pemasangan pipa jaringan air minum sudah memasuki hari ketiga, bukan hanya pekerjaan biasa, melainkan bagian dari ikhtiar mereka untuk memberikan yang terbaik bagi warga. Dan lubang-lubang yang menganga tidak hanya menjadi simbol perubahan fisik, tetapi juga cermin dari tekad dan semangat yang mengalir di hati mereka. Warga secara sukarela menyediakan teh dan kopi, serta kudapan lainnya seperti pisang goreng dan singkong goreng. 

Di tengah kesibukan para pekerja yang tengah berkutat dengan lubang-lubang dan peralatan mereka, beberapa warga sekitar Gang Kutilang mulai berdatangan. Mereka berkumpul di pinggir jalan, mengamati dengan rasa penasaran dan tertarik pada pekerjaan yang sedang dilakukan.

Indawan, seorang pria paruh baya dengan kacamata tebal, menggaruk kepalanya sambil berkomentar, "Ini nih, lihat Inda, kok kayaknya ada yang beda ya dengan gang kita ini."

Mujiono, yang duduk di atas batu besar sambil menghisap rokoknya, menimpali dengan nada heran, "Iya nih, Mbah. Tadi pagi lewat sini belum ada yang kayak gini."

Amet, yang baru saja selesai menyirami tanaman di halaman depan rumahnya, tertawa kecil, "Mobil gak bisa masuk, ada galian.;  Mau numpang parkir. Jaringan apa ya, Mbah?" 

Dokumen Pribadi
Dokumen Pribadi
Rozak, yang duduk di dekatnya dengan tatapan serius, menjawab, "Katanya air minum, Amet. Buat ngelancarin airnya ke rumah-rumah kita."
Fahrawi, yang sedang membersihkan motor di dekat pagar, menoleh sambil mengangguk, "Harusnya bagus nih, biar nggak repot nyari air."

Usep, yang baru saja selesai menjemur baju di halaman rumahnya, mengangguk-angguk, "Iya nih, bener juga. Jadi lebih enak buat kita yang di sini."

Johan, yang sedang duduk di teras rumahnya sambil menikmati secangkir kopi, tersenyum ramah, "Senang ya, lihat kerja keras mereka."

Suaidi, yang sedang memperbaiki pagar rumahnya, mengangguk setuju, "Harusnya terus didukung aja ini, biar gang kita makin bagus."

Firman, yang baru saja pulang dari pasar dengan tas berisi sayuran, melambaikan tangan, "Semoga nggak lama ya, Pak, kerjanya."

Bambang, yang baru saja menyelesaikan bacaan surat kabar di teras rumahnya, menambahkan, "Yang penting rapih dan aman, nanti pas jalan udah selesai."

Sulaiman, yang sedang mengajak anaknya bermain di halaman, tersenyum sambil mengangguk, "Bener juga, Bambang. Kita dukung aja mereka."

Aldo, yang baru saja turun dari mobil dengan menggendong anaknya, melihat-lihat dengan rasa penasaran, "Kerjaannya rapih ya, Pak. Kayaknya seru juga."

Percakapan warga memenuhi udara pagi di Gang Kutilang, mencerminkan antusiasme dan harapan mereka akan perubahan yang sedang terjadi di lingkungan mereka. Pekerjaan para tim instalasi jaringan air minum tidak hanya menciptakan infrastruktur baru, tetapi juga menguatkan solidaritas dan kebersamaan dalam komunitas mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun