Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... Freelancer - guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cahaya Jingga Senja itu, Yani

3 Juni 2024   22:23 Diperbarui: 3 Juni 2024   22:51 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di senja kali ini, di sebuah tempat yang paling sepi, Yani duduk sendiri di tepi hutan cemara. Angin lembut menerpa wajahnya, membawa aroma pinus yang khas. Di pangkuannya, terdapat beberapa catatan mimpi yang dia tulis selama bertahun-tahun. Tubuhnya telah lelah disiksa oleh kenangan yang tak kunjung pudar. Kerinduan yang sulit dia terjemahkan menghimpit dadanya, meninggalkan bekas yang mendalam.

Sambil menyaksikan remang cahaya di antara riap pohon cemara, Yani teringat masa-masa ketika dia tidak sendiri. Kenangan itu lesap ke dalam jenggala matanya, membangkitkan perasaan yang lama terpendam. Senja yang selalu menjadi saksi bisu kesepiannya kini terasa lebih menyakitkan. Setiap bilah cahaya jingga yang disembunyikan oleh malam seolah mengingatkan Yani pada kehilangan yang terus menghantuinya.

Namun, sebelum senja berganti rupa dan malam mengambil alih, Yani merasakan sesuatu yang berbeda. Sebuah rasa hangat menjalar dari dadanya, mengalahkan dingin yang merayap di kulitnya. Cinta, yang dulu pernah jatuh jauh ke dalam dadanya, kembali hadir. Bukan cinta yang menyakitkan, tapi cinta yang memberinya kekuatan untuk terus bertahan.

Yani tersenyum, menyadari bahwa dia tidak harus selalu membaca kesedihan dari setiap kenangan. Cahaya jingga senja itu, meski menyimpan banyak cerita pilu, juga membawa harapan. Harapan bahwa di balik setiap kesedihan, selalu ada kesempatan untuk menemukan kebahagiaan.

Meski pada akhirnya Yani tetap menemui sunyi, dia tidak lagi merasa sendirian. Di senja kali ini, dia belajar mencari terang dalam gelap sendiri. Dengan catatan mimpi di tangan dan cinta yang kembali bersemi di hatinya, Yani siap menghadapi hari-hari yang akan datang. Di tempat paling sepi itu, Yani menemukan ketenangan dan kekuatan baru untuk melangkah maju.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun