Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... Freelancer - guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Proofreading

3 Juni 2024   21:11 Diperbarui: 3 Juni 2024   21:53 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam itu, kelas menulis Gelombang 31 dipenuhi oleh penulis-penulis hebat yang siap berbagi ilmu dan pengalaman. Di antara mereka, ada seorang penulis bernama Edmu yang selalu mengkritik praktik membuat peserta didik hanya menjadi konten tanpa merasakan perubahan berarti. Menurutnya, pembelajaran harus memberikan dampak nyata bagi peserta didik dan lingkungan mereka.
Pertemuan malam itu dibuka dengan pengantar yang menggelikan dari Pak Mod, yang membuat salah satu peserta, Ibu Ari Rahmawati, tertawa terbahak-bahak. "Pemateri kita malam ini adalah seorang bapak guru *ganteng* yang mempunyai segudang prestasi," ucap Pak Mod, menambahkan sentuhan humor dalam suasana serius.
Pak Mod kemudian memperkenalkan rekan penulisnya, Bu Ovi Arofiah Afifi, seorang cerpenis dan Kompasianer yang sedang mendalami fiksi dan sastra. Bu Ovi bahkan rela tulisannya menjadi bahan diskusi malam itu. Setiap kali Bu Ovi mengirimkan cerpen kepadanya, Pak Mod selalu memberi komentar terutama pada penulisan huruf besar, tanda baca, dan dialog. Bu Ovi sering keliru atau bahkan mengabaikannya, namun tetap dengan pendapat bahwa yang penting pembaca mengerti maksudnya.

"Saya merasa seperti menggarami air laut," kata Pak Mod, merendah di hadapan para penulis kawakan yang hadir. Mereka adalah penulis-penulis dengan karya yang tersebar di berbagai media, baik cetak maupun daring, termasuk melintas.id dan timesindonesia.co.id. Pak Mod merasa terhormat bisa membersamai para penulis hebat ini dalam kelas menulis malam itu.

Sebagai bahan pembelajaran, Pak Mod mengajak para peserta mencermati tulisan awal Bu Ovi sebelum memulai acara. "Dahulu kala selama ratusan tahun Indonesia dijajah oleh Portugis, Belanda dan Jepang, hingga dengan kegigihan para pahlawan perjuangan, serta seluruh masyarakat Indonesia dan tidak lupa dengan doa." Pak Mod menanyakan pendapat peserta apakah kalimat tersebut sudah lengkap. Ia menekankan bahwa meskipun tidak salah, rangkaian kata yang panjang dan diakhiri dengan titik itu belum selesai karena unsur utama kalimat tidak ada.

Diskusi berlangsung seru, dengan banyak peserta memberikan pandangan mereka. Materi malam itu bertujuan untuk membuat tulisan menjadi lebih baik, benar, enak dibaca, dan mudah dipahami. Pak Mod juga mengakui bahwa dirinya bukanlah proofreader atau editor profesional, tetapi semangatnya untuk belajar dan berbagi ilmu membuat pertemuan malam itu sangat bermanfaat.

Edmu yang sejak awal bersikap kritis, merasa puas dengan diskusi tersebut. Ia melihat bahwa pembelajaran malam itu tidak hanya sekedar membuat konten, tetapi benar-benar berupaya memberikan perubahan berarti bagi setiap peserta. Malam itu, mereka semua pulang dengan semangat baru, siap menghasilkan tulisan-tulisan yang lebih baik dan berdampak nyata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun