Sebuah kesempatan langka terbuka bagi para penulis untuk menulis tentang Sumenep, Madura. Â Bapak Dr. H. Achmad Fauzi Wongsojudo, SH., MH., Bupati Sumenep, menyambut dengan hangat para penulis dalam tajuk "Nulis Bareng Bupati Sumenep".
Bapak Bupati memperkenalkan tema yang akan menjadi fokus penulisan para peserta: Kearifan Lokal Sumenep yang diberi judul "WE LOVE SUMENEP".
Para penulis diberikan arahan tentang format dan ketentuan penulisan. Mereka diberi kebebasan untuk mengekspresikan kecintaan mereka terhadap Sumenep melalui esai atau ulasan dengan jumlah kata yang ditentukan. Namun, tetap ada panduan ketat untuk menghindari konten yang sensitif seperti SARA dan hoaks.
Tak hanya itu, para penulis juga diizinkan untuk memasukkan foto pendukung sebanyak dua buah untuk melengkapi tulisan mereka. Namun, jika ada penggunaan kata atau kalimat dalam bahasa Madura, mereka diminta untuk berkonsultasi dengan ahli agar penulisannya tepat.
Suasana ruangan dipenuhi semangat dan antusiasme para penulis yang siap menyampaikan cinta mereka terhadap Sumenep melalui tulisan. Dengan tekad yang kuat, mereka berjanji akan mengirimkan naskah terbaik mereka sebelum batas waktu yang ditentukan.
Berkas-berkas tulisan pun dikumpulkan melalui surel yang telah disediakan, menandai dimulainya perjalanan untuk mewujudkan buku tentang kearifan lokal Sumenep yang indah dan memikat. Dengan harapan agar buku ini tidak hanya menjadi bacaan yang menghibur, tetapi juga menjadi inspirasi untuk melestarikan dan mencintai kekayaan budaya Sumenep yang tak ternilai harganya.
Buku ini menjadi wadah bagi penulis dari berbagai latar belakang untuk mengekspresikan cinta mereka terhadap Sumenep, pulau yang sarat dengan kearifan lokal dan keindahan alamnya. Dari pantai-pantai yang memukau hingga tradisi-tradisi unik yang masih lestari, setiap hal tentang Sumenep diangkat dalam buku ini dengan harapan dapat menginspirasi pembaca untuk mencintai dan melestarikan kekayaan budaya Sumenep.
Salah satu naskah yang terkumpul adalah dari seorang penulis bernama Maya. Dalam tulisannya yang berjudul "Lezatnya Sate Madura", Maya menggambarkan bagaimana sate Madura bukan sekadar makanan, tetapi sebuah warisan budaya yang menghubungkan generasi ke generasi. Dari proses pembuatannya yang membutuhkan keterampilan khusus hingga rasanya yang khas, sate Madura menjadi simbol kebersamaan dan kehangatan dalam keluarga Sumenep.
Tidak jauh dari situ, penulis lain yang bernama Bambang Widiyanto, mengangkat tema seni tradisional dalam tulisannya yang berjudul "Seni 'Mamaca' Penuh Pesona". Dia menjelaskan betapa pentingnya seni mamaca, sebuah seni lukis tradisional khas Sumenep, dalam mewakili keindahan alam dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Melalui mamaca, Bambang berharap agar keindahan Sumenep dapat terus diabadikan dan dipahami oleh generasi mendatang.
Namun, tidak semua tulisan berfokus pada aspek budaya. Seorang penulis dengan nama Ari Winarti memilih untuk mengeksplorasi aspek alam Sumenep. Dalam tulisannya yang berjudul "Busok, Kucing Langka dari Pulau Raas", dia mengungkapkan kekagumannya terhadap keberagaman hayati di Sumenep. Dengan gaya bahasa yang menawan, Ari mengajak pembaca untuk merenungkan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dan habitat alamiah yang unik.
Semua tulisan ini, bersama dengan puluhan tulisan lainnya, menggambarkan keindahan dan keanekaragaman Sumenep dari berbagai sudut pandang. Dari seni tradisional hingga kearifan lokal, dari alam yang memukau hingga makanan lezatnya, Sumenep terbukti menjadi sumber inspirasi yang tak pernah habis bagi para penulis yang mencintainya. Dengan adanya buku ini, harapannya kekayaan budaya Sumenep dapat terus diapresiasi dan dilestarikan oleh generasi selanjutnya.***