Kami berlima, Trisiwi Susilowati, bersama dengan Emak Murni, Emak Ega, Emak Ikal, dan Dona serta kedua anaknya, Rafa dan Rasya, memutuskan untuk mengunjungi pasar gudang lelang yang terkenal. Rencana itu tercetus saat kami sedang duduk bersama di teras rumah, membicarakan kegiatan apa yang bisa kami lakukan untuk menghabiskan waktu bersama.
Pasar gudang lelang bukanlah tempat yang biasa kami kunjungi, namun kami merasa tertarik untuk melihat-lihat barang-barang antik dan unik yang mungkin bisa kami temukan di sana. Kami pun memutuskan untuk berangkat sebelum siang tiba, agar bisa menikmati suasana pasar dengan lebih tenang.
Kami memilih rute perjalanan yang cukup panjang, menyusuri beberapa jalan utama di kota kami. Kami memulai perjalanan dari jalan Pangeran Tirtayasa, kemudian melalui jalan Pangeran Antasari, lalu berbelok ke jalan Ir. Juanda. Selanjutnya, kami berbelok kiri ke jalan Dr. Susilo, dan di lampu merah berikutnya, kami berbelok kanan ke jalan Akhmad Dahlan.
Perjalanan kami terus berlanjut, dan ketika kami berbelok kanan ke jalan Yos Sudarso, kami sudah mulai merasakan aroma khas pasar yang semakin dekat. Aroma ikan segar mulai tercium, memberi kami antisipasi akan pengalaman baru yang menanti di pasar gudang lelang tersebut.
kerang yang segar dan berlimpah, serta cumi dan udang yang terlihat menggoda. Setelah puas berburu seafood, kami juga tidak lupa untuk membeli jajanan khas seperti otak-otak yang akan menambah variasi hidangan kami.
Namun, perhatian kami teralihkan ketika Rafa dan Rasya tertarik untuk membeli ikan hias. Mereka berdua begitu antusias memilih-milih ikan yang paling menarik untuk dijadikan hiasan di akuarium mereka di rumah.
Setelah semua belanjaan kami selesai, kami pulang dengan hati gembira dan tas berisi segala macam seafood segar serta jajanan khas yang telah kami beli. Kami sudah tidak sabar untuk segera mulai memasak dan menikmati hidangan bersama di meja makan. Semua ini akan menjadi pengalaman kuliner yang menyenangkan dan tak terlupakan bagi kami semua.
Pasar Gudang Lelang yang kotor dan sulit diakses memang menjadi permasalahan serius bagi pengunjungnya. Lingkungan yang bersih menjadi gambaran mengenai sehat atau tidaknya area tersebut. Orang yang baru pertama kali berbelanja atau yang sudah sering berbelanja di sana sering merasa lingkungannya masih kotor, dan ini disebabkan oleh beberapa faktor.
Pertama-tama, kurangnya jumlah tempat sampah yang tersedia di dalam maupun di sekitar pasar membuat pengunjung cenderung untuk membuang sampah sembarangan. Bentuk tempat sampah yang tidak permanen juga mempermudah pedagang untuk memindahkannya, sehingga seringkali tempat sampah tersebut tidak dapat ditemukan di lokasi yang seharusnya.
Selain itu, campur aduknya sampah dari pasar dan lingkungan sekitar juga menjadi masalah serius. Sampah buangan dari rumah, toko, warung, dan sebagainya seringkali mencampur menjadi satu di Tempat Pembuangan Sampah Pasar Gudang Lelang, membuatnya menjadi tempat yang penuh dan kotor.
Masalah kedua adalah aksesibilitas keluar masuk kendaraan yang buruk di pasar tersebut. Jalan Ikan Bawal, sebagai satu-satunya akses untuk masuk dan keluar kendaraan, seringkali macet.Â
Dengan menyadari dan memperbaiki dua permasalahan utama ini, diharapkan pasar gudang lelang dapat menjadi lingkungan yang lebih bersih, nyaman, dan mudah diakses bagi para pengunjungnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H