Mohon tunggu...
Mr WinG
Mr WinG Mohon Tunggu... Freelancer - guru

bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menavigasi Emosi Membangun Diri

29 April 2024   19:34 Diperbarui: 29 April 2024   19:35 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Senin 29 April 2024, menyimak tayangang di youtube, REFO Indonesia; dengan deskripsi; Sesi ini adalah bagian dari seri Kecerdasan Emosi. Jika pada sebelumnya kita membahas mengenai kesadaran diri, pada sesi kali ini Narasumber akan membahas mengenai navigasi emosi terutama dalam hubungannya dengan kemampuan intrapersonal dirinya.

Dedah Jubaedah adalah seorang guru bimbingan dan konseling di SMPN 9 Purwakarta yang memiliki bakat luar biasa dalam mengelola emosi. Namun, meskipun memiliki keahlian tersebut, tidak ada yang tahu bahwa di balik senyumnya yang ramah, ia juga menghadapi tantangan emosional yang serupa dengan banyak orang.

Hari itu, Dedah memulai sesi pembelajaran tentang navigasi emosi di hadapan sekelompok guru yang hadir dari berbagai daerah. Para peserta dengan antusias menyimak, sementara Dedah dengan sabar menggali lebih dalam tentang hal-hal yang memicu emosi.

Di antara para peserta, ada Nelli Pangaribuan, seorang guru Bahasa Perancis dari Papua Barat Daya, yang bercerita tentang pengalamannya mengelola emosi saat bertugas piket. Dia merasa sangat marah pada siswa, tetapi tidak tahu bagaimana cara meredakannya tanpa mengorbankan otoritasnya sebagai seorang guru.

"Dalam situasi seperti itu, penting untuk menemukan keseimbangan antara menegakkan kedisiplinan dan memahami sisi emosional siswa," ujar Dedah sambil menawarkan beberapa strategi kepada Nelli.

Selain itu, ada juga Bagoes Soekandar, yang dengan humor menyampaikan betapa sulitnya menjaga ketenangan saat situasi di luar kendali, seperti saat gaji di bawah UMR atau ketika ditantang oleh perilaku negatif murid. Dedah memberikan saran yang bijaksana tentang bagaimana tetap tenang dan fokus pada solusi daripada terpancing emosi.

Namun, di tengah-tengah sesi, Dedah juga berbagi dengan para peserta bahwa dia sendiri adalah seseorang yang seringkali terbawa emosi. Ia mengakui bahwa meskipun memiliki pengetahuan tentang navigasi emosi, ia juga harus terus belajar untuk mengendalikan temperamennya.

"Kita semua manusia, dan kadang-kadang emosi kita bisa menguasai kita. Tetapi yang penting adalah bagaimana kita belajar dari setiap pengalaman dan terus berusaha menjadi lebih baik," ujar Dedah dengan tulus.

Sesi berlanjut dengan berbagai cerita dan pengalaman dari para peserta, yang semakin memperkaya pemahaman tentang kompleksitas emosi. Dedah pun memimpin diskusi dengan penuh pengertian dan kebijaksanaan, membantu setiap peserta untuk menemukan cara mengelola emosi mereka dengan lebih baik.

Di akhir sesi, meskipun mungkin tidak semua masalah terselesaikan, namun setiap peserta pulang dengan perasaan lebih siap untuk menghadapi tantangan emosional di sekolah mereka masing-masing. Dan Dedah, dengan senyumnya yang hangat, merasa puas bahwa ia telah dapat memberikan sedikit cahaya dalam perjalanan mereka menuju keseimbangan emosional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun