Mohon tunggu...
Parda Boen
Parda Boen Mohon Tunggu... -

Saya putra kelahiran Kabupaten Padang Lawas Utara, Provinsi Sumatera Utara, yang peduli tentang keadaan tanah kelahiran saya.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Candi Portibi, Aset Budaya Sumatera Utara yang Terlupakan

16 November 2010   17:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:33 609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Candi Portibi merupakan salah satu aset budaya milik Sumatera Utara. Terletak di Padang Bolak di Daerah tingkat II Kabupaten Padang Lawas Utara, kabupaten pemekaran Tapanuli Selatan. Didirikan oleh Raja Rajendra Cola yang menjadi Raja Tamil Hindu  Siwa, di India Selatan yang diperkirakan sudah berusia ribuan tahun. Kerajaan portibi merupakan kerajaan yang sangat unik. Keunikan pertama dari segi namanya yaitu portibi, Portibi dalam bahasa Batak artinya dunia atau bumi. jadi dapat diartikan kerajaan portibi merupakan kerajaan dunia. Keunikan kedua, portibi merupakan pelafalan Batak atas kata Pertiwi atau di India dikenal dengan nama Pritvi. Nama Pritvi ini sekarang dipakai menjadi nama sebuah rudal India. Diduga, intrusi orang-orang Hindu secara organisasi kemiliteran terjadi hanya di daerah ini  di  tanah Batak.

Kedatangan orang Hindu tersebut diduga berdasarkan kepentingan ekonomi dalam perebutan sumber emas yang menjadi komoditas berharga saat itu. Sebab Kerajaan Portibi sangat dikenal sebagai tanah emas karena di wilayah ini sangat mudah didapati emas dengan hanya menyiramkan air ke tanahnya. Bahkan tanah batak juga sangat dikenal sebagai tanah yang paling disukai ‘Tuhan’ karena hanya disinilah tumbuh sebuah pohon yang sangat disukainya yakni kemenyan yang bermutu tinggi. Kini candi tersebut terlupakan dari perhatian pemerintah sehingga keadaannya sangat memprihatinkan.

Terdapat 3 bangunan candi di perkampungan Bahal dengan bentuk bangunan yang berbeda dan terpisah di beberapa tempat yang tidak terlalu jauh jaraknya. Candi pertama terletak tidak jauh dari di simpang bahal yang bangunannya lebih besar dibandingkan kedua candi yang lain. Candi kedua letaknya lebih dekat dengan perkampungan warga Sibatuloting sedangkan candi ketiga bangunannya lebih kecil dibandingkan dengan bangunan candi lainnya yang terletak di pertengahan kebun milik warga. Pemandangan di sekitar candi masih asri dengan hamparan sawah yang menghijau dan juga perkebunan sawit milik warga.

Kondisinya tampak kurang terawat dan kian waktu kian terpuruk kelestariannya. Di dalam bangunan candi terdapat ruangan kecil yang menyebarkan aroma tidak sedap akibat kotoran hewan hingga kotoran manusia sedangkan relief di sekitar candi sendiri sudah banyak yang rusak dan hilang. Lingkungan disekitar candi sangat kotor  dipenuhi rumput liar dan ilalang yang sudah tampak meninggi. Di depan bangunan candi terdapat sebuah laboratorium yang bangunannya sudah tidak berdiri kokoh lagi.

Dinas kebudayaan sendiri kurang perhatian untuk pelestarian bangunan dan tidak memperhatikan kondisi jalan menuju Candi Portibi. Sehingga membuat wisatawan mancanegara maupun lokal enggan untuk mengunjunginya. Sebenarnya kalau dinas pariwisata Paluta dapat mengembangkan objek wisata ini akan dapat meningkatkan PAD masyarakat setempat dan bukan mustahil Candi ini dapat menjadi objek tujuan wisata andalan di Sumatera Utara,.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun