“Hallo!” Suara Emak terdengar dengan polos.
Aku tidak kuat berkata-kata, aku langsung menangis saat itu. Emak pasti tidak percaya, bahwa mimpinya sebentar lagi akan terwujud.
“Kenapa Nak?” Sambungnya.
Aku menghela nafas dengan dalam, dan setelah itu aku berbicara dengannnya.
“Emak, Kau akan bisa melihat Ka’bah sungguhan, bukan bermimpi lagi.” Pungkasku pada Emak yang kehilangan respon.
Emak tidak bisa jelas mendengar suaraku. Sayang. Emak sedikit tuli karena usianya yang sudah lebih dari setengah abad. Diberikannya telephone itu kepada tetanggaku.
“Mas, Emakmu tidak bisa mendengar dengan jelas, memang kamu mau ngomong apa? biar nanti saya yang menjelaskan di sini.” Tutur tetanggaku saat kutahu lawan bicaraku sudah berganti.
“Bang, bilang pada Emak, bahwa aku memenangkan lomba menulis dan aku akan segera memberangkatkan Emak naik Haji.” Jawabku dengan terbata-bata.
“kamu tidak bohong?” Tanyanya.
“Bang, aku benar-benar memenangkan lomba itu, lihat saja di koran terdapat photoku dengan membawa Tropy kemenangan, sampaikan pada Emak bahwa aku akan segera pulang ke sana.” Tutupku untuk mengakhiri pembicaraan.
***