Mohon tunggu...
Alam Azharian
Alam Azharian Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

:::People's dream, never end:::\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Oase Siwa, Kesejukan Tiada Tara di Tengah Gurun Sahara

25 Juli 2011   12:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:23 1058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Summer holiday selepas ujian adalah hal yang paling di tunggu-tunggu mahasiswa Indonesia di Cairo, Mesir. Sebulan penuh berkutat dengan muqoror (buku pelajaran), tidak siang tidak malam mata dan kepala harus bekerja seirama memahami sekaligus memotret tulisan para Duktur (baca: Dosen) ke memori otak demi kenajahan studi. Ya, kami mahasiswa Universitas al-Azhar tidak hanya dituntut memahami, tapi juga menghafal berjilid-jilid buku yang sangat melelahkan juga membosankan. Maka jangan heran jika banyak mahasiswa Azhar yang sering tinggal kelas atau baru tamat strata 1 selama 6 sampai 9 tahun. Sampai-sampai kerosiban(tidak naik tingkat) bukanlah hal yang tabu di kampus Azhar.

[caption id="attachment_121506" align="aligncenter" width="640" caption="Satu dari ratusan Oase di Siwa"]

1311594353571245702
1311594353571245702
[/caption]

Alhamdulillah sebulan ujian Azhar yang melelahkan dan membosankan telah berlalu, otak ku kini telah merdeka, kini saatnya liburan musim panas menjelajah samudra wisata alam Mesir melepas urat-urat syaraf yang menegang, otot-otot mata yang mengeras. Banyaknya objek wisata di bumi para Nabi ini sedikit membuat ku bingung, ada banyak organisasi atau travel tour yang menawarkan tour ke berbagai tempat wisata menarik di Mesir. Mulai dari Fayoum, Qanatir, Port Said, Matruh, Siwa, hingga ke Hurgada dan Luxor dekat laut merah dan bendungan Aswan sana. Akhirnya dengan segala pertimbangan aku mantapkan diri untuk memilih Siwa yang tidak terlalu mahal, juga tidak terlalu murah.

Angin malam khas musim panas memang berbeda, hangat-hangat kuku, emangnya air! Hehe… Dari rumah telah aku sediakan berbagai perlengkapan wisata yang akan menghabiskan waktu 3 hari 2 malam ke dalam tas Eiger kesayangan ku. Aku berangkat tengah malam, sebelumnya aku pamit dengan teman serumah yang tidak bisa rihlah atau tamasya bersama ku, karena mereka sudah mendaftar di objek wisata yang berbeda dengan ku, temanku bilang ngapain ke tengah gurun sahara musim panas begini akhi? Entar gosong kulit ente! Teman ku yang lain yang sedang sibuk belajar bahasa perancis hanya mengucapkan padaku BUONE VACANZE, selamat liburan.

[caption id="attachment_121510" align="aligncenter" width="648" caption="Oase di tengah gurun Sahara"]

1311595177411422187
1311595177411422187
[/caption]

Aku dan beberapa teman yang sama-sama mengambil objek Siwa sudah berkumpul di tempat travel tour. Bus yang akan menampung 48 makhluk pun sudah terparkir rapi di sudut jalan begitu juga hasto atau sopir travel yang sudah nagkring di singgasananya dengan kaca mata hitam besarnya. Warna merah jam digital ku sudah menunjukkan angka 01.00 malam (18/07/2011), semua sudah di dalam bus berhawa dingin ini, aku juga sudah berada di sudut bus paling belakang. Aku sengaja mengambil kursi belakang agar selamat dari pemeriksaan polisi Mesir yang biasanya memeriksa paspor di tengah perjalanan. Visa ku sudah habis 2 minggu lalu dan malas sekali rasanya mengurus perpanjangan visa ba’da imtihan atau ujian, nanti sajalah.

[caption id="attachment_121514" align="aligncenter" width="648" caption="Bangunan kuno penduduk Siwa"]

13115957871871490695
13115957871871490695
[/caption]

Bus orange ini terus melaju dengan kecepatan 90 sampai 99 km/jam. Aku bertanya mengapa tidak lebih laju saja, padahal bus ini bisa mencapai 250 km/ jam. “Di Mesir, walau pun lalu lintas di Kairo amburadul, tidak punya lampu-lalu lintas, tapi jika sudah ke luar kairo lalu-lintas sudah memiliki alat yang canggih yang dapat memotret otomatis kendaraan yang melaju di atas 100 km/jam. Dan siap-siap saja bus mendapat denda yang tergantung selera petugas penjaga,” celetuk Amri yang duduk tepat di depan ku. Wah, diam-diam Mesir keren juga.

Kota Alexandria dan Matruh yang terkenal dengan keindahan pantainya telah ku kulewati, berarti saatnya menuju Siwa di gurun Sahara. Dari dalam bus ku lihat pemandangan kanan-kiri, semua hanya berisikan pasir, gersang dan terlihat panas yang begitu membara. Aku terbayang bagaimana para ulama dahulu harus safar ke berbagai Negara melewati padang pasir yang mematikan ini demi ilmu. Aku merasa berdosa jika kerjaaan ku hanya main dan jalan-jalan, belajar hanya ketika ujian. Aku berjanji insya Allah akan rajin belajar sepulang dari Siwa.

Akhirnya kami sudah memasuki kawasan Siwa, kami juga kedatangan tamu baru di bus kami. Namanya Youssef, ia adalah guide kami di sini. Aku heran kenapa harus pakai guide segala, insya Allah dengan bahasa arab kami yang lumayan baik sudah bisa bertanya sana-sini dan mengobrol dengan penduduk setempat. Tapi setelah mendengar penjelasan si Youssef aku baru tahu, kalau bahasa arab di sini sangat berbeda dan sulit dipahami bagi kami orang asing bahkan bagi orang Arab sendiri. Ternyata masih ada bahasa kumur-kumur setelah amiyah (bahasa arab gaul,kampong atau jalanan).

Di tepi jalan aku sudah bisa melihat satu-satu rumah penduduk Siwa dengan arsitektur kuno. Selain itu juga ada beberapa pohon kurma yang lebat dengan buahnya. Siwa selain terkenal dengan Oase sebagai tempat produksi air mineral juga terkanal dengan kurma nya yang sangat menggoda. Subhanallah, di balik kegersangan dan kekurangan yang ada, Allah menyediakan berbagai nikmat yang luar biasa dengan kurma dan oase di sini. Sungguh Allah Maha Adil.

Beberapa menit kemudian kami sampai di sebuah telaga, airnya biru, bening, di minum langsung pun tak apa. Aku ingin merasakan air telaga itu, kalau tidak mandi minimal memasukkan kaki yang sudah kehabisan udara berjam-jam dalam sepatu ku. Teman-teman ku yang jago berenang tanpa segan langsung menceburkan tubuhnya ke dalam air sejuk itu, bunyi kelepak-kelepak tangan dan kakinya seirama mondar-mandir dari ujung-ke ujung. Mereka berpacu saling berlomba siapa yang tiba pertama terlebih dahulu. Aku ingin sekali berenang, tapi apa boleh buat, aku tidak membawa baju ganti.

[caption id="attachment_121521" align="aligncenter" width="660" caption="Temanku dengan bule di puncak Jabal Mauta"]

13115966491451187668
13115966491451187668
[/caption]

Setelah berenang, berfoto-foto di dekat telaga ini, kami sekarang akan mengunjungi Jabal Mauta/gunung mati. Gunung ini banyak memiliki lubang-lubang. Konon lubang itu adalah tempat mayat yang di hukum mati oleh raja Fir’aun dulu. Ih… serem… Setelah mencapai puncak jabal mauta yang panasnya menghabiskan 1 liter keringat ini, kami turun kembali. Dan rute selanjutnya adalah salah satu oase di Siwa, karena Siwa lebih kurang memiliki 200 oase yang tersebar di berbagai tempat.

[caption id="attachment_121515" align="aligncenter" width="648" caption="Telaga Siwa, biru, jernih, bersih dan menyejukkan raga"]

13115960232119431288
13115960232119431288
[/caption]

Oase Siwa yang akan ku kunjungi adalah oase yang sering didatangi turis dan aman, karena oase-oase yang lain belum di sweeping, masih banyak binatang dan hewan buas berkeliaran di sana. Inilah kali pertama aku melihat, merasakan dan menikmati Oase di tengah gurun. Dari mana air ini ada? Padahal tidak pernah hujan turun di sini. Tentunya dengan proses alamiah jawab ku dalam hati. Ternyata di tempat yang akan kami kunjungi banyak di kunjungi wisatawan baik local dan asing. Yang membuat tempat ini ramai adalah pasir Sahara ini, pasir Sahara yang panasnya minta ampun ini ternyata memiliki khasiat ajaib, bisa menyembuhkan berbagai penyakit dalam tubuh, bisa juga menguruskan badan.

[caption id="attachment_121518" align="aligncenter" width="648" caption="Inilah tempat pengobatan penyakit dalam dengan Pasir Sahara :)"]

1311596224597805712
1311596224597805712
[/caption]

Caranya adalah dengan membenamkan diri masuk ke dalam pasir Sahara yang sudah diademkan walau masih terasa sengatan panasnya. Kira-kira sejam atau dua jam, baru keluar dari tumpukan halus itu. Aku ingin sekali mencoba, tapi waktu 2 jam yang diberikan pemandu tinggal tersisa 30 menit. Aku menyesal dari tadi hanya sibuk berfoto-foto dan menonton orang dalam pasir. Tak apalah, kapan-kapan ke sini lagi.

Cuaca sudah semakin gelap, matahari sudah mulai di tarik-tarik ke barat. Saatnya pulang ke penginapan. Tak lupa sebelum balik ke Kairo membeli oleh-oleh kurma Siwa yang berisikan coklat. -The End-

[caption id="attachment_121520" align="aligncenter" width="600" caption="Kurma Siwa yang tak diragukan lagi kelezatannya (tampak masih muda)"]

1311596413764991664
1311596413764991664
[/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun