Mohon tunggu...
Alam Azharian
Alam Azharian Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

:::People's dream, never end:::\r\n\r\n\r\n

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dari Kairo: Kisah Inspiratif Eyang Habibie

7 Juni 2011   19:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:45 3953
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin malam, senin 6 Juni 2011 adalah hari yang tak kan terlupakan oleh ku, untuk kedua kalinya sejak ku bertemu manusia super itu di kala kecil. Ketika aku berumur 8 tahun, aku dengan ayah ku tercinta menghadiri acara ulang tahun dirgantara yang memamerkan atraksi pesawat. Di tengah-tengah kerumunan orang-orang penting, dan suara pesawat yang berlalu lalang berputar-putar bak halilintar aku melihat sosok manusia yang sangat menginspirasi ku dari kejauhan. Namun kini, aku dapat melihatnya dan bertatap muka dari jarak dekat, begitu dekat. Dia adalah Prof. Dr. Ing. B J Habibie, yang diumur 24 tahun meraih master, dan meraih doktor pada umur 28 tahun dalam bidang engineering.

Eyang, begitulah ia memperkenalkan dirinya pada kami, mahasiswa Indonesia di Mesir dalam acara dialog umum dengan tema “Indonesia Pasca Reformasi dan Peran Lulusan Azhar”. “Saya sudah berumur 75 tahun, jadi panggil saya dengan Eyang”, ucap beliau dengan senyuman indah khasnya. Kami, seluruh mahasiswa merasa begitu dekat dengan beliau, dengan ketawadhu’an Pak habibi meminta izin pada kami untuk berdiri, padahal hampir semua hadirin dalam keadaan duduk. Inilah presiden kita tahun 1998-1999 yang mampu menekan inflasi saat Indonesia diterpa gejolak politik dan ekonomi, presiden kita yang satu-satunya pakar teknologi. Sebelum itu, sempat diputar lagu Nasioanal Indonesia Raya, hmm… sudah 2 tahun aku tidak menyanyikan lagu ini, sungguh menggetarkan jiwa dan raga.

[caption id="attachment_112901" align="aligncenter" width="300" caption="Habibie with Indonesian Students of Azhar and Egyptat at Azhar Conference Center"][/caption]

Sebelum acara dialog umum ini, beliau sempat menghadiri diskusi yang disiarkan secara live oleh salah satu stasiun televisi terkenal di dunia Al-jazeera selama 5 jam. Selain itu ia juga baru saja menghadiri sebuah forum dua hari yang diprakarsai Badan PBB untuk Program Pembangunan (UNDP) yang menghadirkan sejumlah pakar dan politisi dari Asia, Amerika Latin, dan Afrika Selatan untuk bertukar pengalaman dalam memberi sumbangan pemikiran bagi pemecahan krisis politik di Mesir dan negara-negara Arab yang dilanda revolusi. Acara dialog Habibie bersama mahasiswa Indonesia di Mesir lebih banyak bercerita, layaknya bapak bercerita kepada anaknya, Pak habibie banyak mengkisahkan kisah hidupnya yang sangat menggugah. Diantara yang terekam lekat otak ku adalah sebagai berikut:

“Jika Allah memanggilku dan bertanya padaku, wahai Habibie pilihlah salah satu dari pilihan ini. Mana yang kau pilih antara Ilmu pengetahuan dan tekhnologi (iptek) atau iman dan takwa(Imtak). Maka dengan seketika saya menjawab Imtak, namun ternyata Allah memberikan dua keistimewaan itu pada saya”

Semua hadirin bertepuk tangan, bangga dan salut dengan orang tercerdas di Indonesia ini. Di balik kecerdasannya ternyata beliau adalah orang yang religius, kecerdasan tidak menjadikannya lupa pada siapa yang telah menciptakan dan memberikan anugerah otak jenius padanya. Baginya pengetahuan tanpa iman tidak akan berarti apa-apa, justeru hanya membawa celaka. Ia bahkan rutin menjalankan puasa senin dan kamis, sebagai mana kisah percakapannya dengan Pak Soeharto:

“Ayolah Habibi, buat pesawat di sini (Indonesia), kapal, rel kereta, dan lain-lainnya agar orang Amerika dan Eropa itu tidak meremehkan Islam, karena dalam pandangan mereka Islam adalah penghambat kemajuan teknologi di negara ini, rayu Pak Harto. Kemudian Pak Habibie menjawab, kenapa saya? Bukankah ada yang lebih tua dari saya? Karena saya tahu kamu seperti apa, kamu orang yang sholeh, puasa senin dan kamis tidak pernah tinggal, lihat saja nama mu, Baharudin Jusuf habibie, tapi ingat, kamu boleh buat dan bangun apa saja di negara ini, asal jangan buat revolusi, tambah Pak Harto”.

Dalam suatu forum perkumpulan para ilmuwan, Habibie pernah ditanya apa beda Islam, Yahudi, dan Kristen? Habibi menjawab:

“Yang terpenting dari agama itu ada 2 pertanyaan; Pertama, Allah/Tuhan itu siapa? Kedua, Allah/Tuhan itu untuk siapa? Kalau Islam jelas, yang pertama Allah/ Tuhan itu tidak punya anak, saudara, ayah, dan ibu dll. Yang kedua, Allah itu untuk seluruh makhluk hidup, siapa saja yang percaya atau tidak percaya.”

Jawaban singkat dan padat, pertanyaan dan jawaban pertama adalah untuk membedakan Islam dengan Kristen, karena dalam Kristen ada Tuhan bapak, ibu dan anak. Sedangan pertanyan dan jawaban kedua adalah untuk membedakan Islam dengan Yahudi, karena bagi Yahudi, Tuhan itu hanya untuk orang Yahudi yang keluar dari rahim ibu Yahudi saja.

Suatu hari beliau pernah mendapat penghargaan, dia adalah satu-satunya orang muslim, mungkin satu-satunya orang asia yang mendapatkan penghargaan tersebut. Ketika akan memberikan kata sambutan beliau mengucapkan salam didepan para ilmuwan dan orang-orang penting yang hampir seluruhnya adalah beragama non Islam, kecuali istrinya Alm. Ibu Ainun.

“Bismillahirrahmanirrahiim, Assalamu’alaikum wa Rahmatullahi wa Barakaatuh”

Kemudian ia melanjutkan sambutannya dengan menyampaikan bahwa pendidikan itu adalah hak seluruh warga dunia, tidak ada alasan dikriminasi terhadap ilmu pengetahuan, kaya, miskin, ras atau segala macam lainnya. Begitulah kira-kira yang ia sampaikan.

Selesai sambutan darinya, seluruh hadirin berdiri dan bertepuk tangan takjub.

Acara selesai, para wartawan rebutan menghampiri Habibie. Ada wartawan BBC, kalau tidak salah menanyakan “Saat organisasi ilmuan ini didirikan, saat itu anda berada dimana? Dan sedang melakukan apa?”

Habibie menghitung mundur, organisasi itu telah berdiri 50 tahun yang lalu. Rupanya waktu itu baru berusia 8 tahun. Ia pun menjawab pertanyaan wartawan tadi.

“waktu itu saya masih usia 8 tahun, tinggal disebuah rumah yang kiri kanan nya adalah hutan, jika waktu itu didirikan jam 8 pagi waktu setempat, maka saat itu di daerah saya pukul 10 malam. Saat itu saya sedang mengaji.”

Spontan wartawan itu berkata “incredible (luar biasa).”

Subhanallah! Rupanya pendidikan agama itu telah ditanamkan orang tuanya sejak ia kecil. Dan pendidikan itu rutin ia lakukan sehingga ia hapal betul apa aktifitasnya sehari-hari.

Habibie bercerita juga tentang sosok istrinya. “dua ibu yang menjadi rahasia kesuksesan saya adalah Ibu saya dan Ibu yang mendampingi hidup saya (maksudny adalah Ibu Ainun)” cerita beliau.

Tradisi membaca Al Qur’an menjadi aktifitas yang tak tertinggal dalam sosok ibu Ainun. Beliau selalu menemani sang suami dalam aktifitas dan kerjanya, sungguh sosok istri sholehah yang didamba semua pria.

“Kalau saya sibuk dalam aktifitas, tidak ada kedengaran musik atau lagu rock. Yang terdengar hanya suara istri saya mengaji. Beliau selalu menunggu saya sambil membaca alqur’an, sedangkan saya sibuk mengerjakan proyek.”

Mungkin aku satu dari ribuan mahasiswa yang hadir yang takjub dan kagum dengan beliau. Beruntung Indonesia memiliki beliau, kalau tidak, mau dikemanakan muka Indonesia dan umat muslim.

Terakhir, mengenai pisahnya Timor Leste dari Indonesia, Habibi menjawab : "Sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia, Timor Leste memang bukan bagian dari Indonesia koq"

Mungkin kalau boleh saya mengusulkan, beliau diberi gelar bapak teknologi Indonesia. Habibie… oh Habibie… moga ilmu mu untuk Indonesia dan dunia adalah amal jariah besar mu. Moga nanti kau ready to go His paradise to see your wife again. We love and proud of you.

[caption id="attachment_112903" align="aligncenter" width="300" caption="Pak Habibie at Wisma Nusantara"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun