Mohon tunggu...
Mpu Gandring
Mpu Gandring Mohon Tunggu... -

pembuat keris. tinggal di Tumapel. mengajar Keris Engineering di Tunggul Ametung Institute of Arts. mendalami fenomena jagad dan isinya\r\n

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

'Bajul Mania', Yok Opo Rek?

13 Maret 2012   09:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:07 2476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Menyusul tragedy tewasnya 5 supporter Persebaya yang biasa disebut Bonek di Lamongan beberapa hari lalu, ada berbagai spekulasi yang muncul. Rivalitas lama antara LA Mania dengan Bonek diduga menjadi salah satu penyebab peristiwa tersebut. Seperti diketahui beberapa bulan lalu ada seorang LA Mania yang tewas terbunuh dan mayatnya dibuang di pinggir rel setelah dia terjebak dalam gerbong yang dipenuhi puluhan Bonek. Potensi konflik ini jika tidak dilakukan upaya pencegahan bisa saja terjadi lagi meski tentu saja tidak kita harapkan.

Dan Bonek pun kembali menjadi sorotan media karena selain peristiwa tersebut, di hari yang sama terjadi keributan disekitar stadion dan penjarahan di kota Bojonegoro yang diduga dilakukan oleh oknum beratribut bonek. Seolah olah kejadian tersebut menjadi pembenaran stereotip yang selama ini melekat pada Bonek sebagai supporter yang suka rusuh dan anarkis. Walau tindakan itu mungkin cuma dilakukan segelintir oknum Bonek tapi persepsi publik pasti akan mencatat itu sebagai kelakuan Bonek secara umum. Apalagi dengan image Bonek selama ini yang sudah menancap di memori publik yang dibangun oleh media. Harus diakui juga dalam kurun waktu 90an hingga sekarang Bonek adalah ‘juara‘dalam soal rusuh walau supporter lain juga ada yang anarkis. Bahkan sering yang menjadi korban bukan supporter lawan tapi masyarakat kebanyakan seperti pedagang kecil dan rumah-rumah di pinggir rel kereta api dan tentu saja PT.KAI yang sering rugi karena ulah Bonek.

Dalam tahun-tahun terakhir memang ada upaya untuk merubah citra Bonek untuk menjadi lebih santun. Misalnya dalam menyikapi hasil pertandingan meski kalah tidak ngamuk walau masih ada insiden kecil pelemparan botol ke lapangan. Menurut saya tetap saja image Bonek sebagai supporter yang suka rusuh akan sangat sulit dihilangkan karena memori publik yang sudah terlanjur terbentuk sejak tahun 90an. Apalagi jumlah Bonek yang menurut saya salah satu terbesar di tanah air tentu sangat sulit mengkordinasi dalam satu ‘komando’. Saya menganggap dengan jumlah yang demikian besar Bonek adalah salah satu asset sepakbola nasional yang mesti dibina sehingga justru tidak menjadi penghambat majunya sepakbola kita.

Menyimak diskusi ( lebih tepatnya perang kata ) para kompasioner menyusul tragedy di Lamongan tersebut ada yang berseloroh agar mengganti kata ‘Bonek’ yang sinonim dari ‘bondo nekad’ ( modal nekad ). Ya, dari kata ‘bondo nekad’ dalam kondisi kekinian memang lebih berkonotasi negative walau bisa juga bermakna positif sebagai upaya tidak kenal menyerah. Tapi dalam konteks sepakbola industri tentu saja ‘bondo nekad’ sangat kontraproduktif karena kata tersebut bermakna ‘tidak bermodal alias gratisan’. Nonton ke stadion gak bayar , naik kereta gak bayar. Saya memang bukan Bonek tapi sebagai upaya mengikis citra Bonek , kalau boleh saya memberi nama baru pada Bonek yaitu ‘Bajul Mania’.

Penggantian nama, logo atau semboyan sudah lazim dilakukan untuk menghilangkan citra buruk yang disandang sebuah institusi dengan harapan dengan nama baru akan mendapatkan citra baru yang lebih baik. Di tanah air kita mendapati nama Bank Mutiara untuk menggantikan Bank Century yang menyandang citra buruk terkait skandal yang hingga kini masih membayanginya. Ada juga Bank Permata sebagai pengganti Bank Bali yang juga terkena skandal. Lalu Pertamina mengganti logo untuk merubah citra perusahaan dari jago kandang menuju go international. Memang penggantian nama lebih banyak dilakukan oleh institusi bisnis. Dalam dunia olahraga penggantian nama klub bola basket NBA dari Washington Bullets menjadi Washington Wizards mungkin bisa jadi contoh. Kata ‘Bullets’ yang berarti ‘peluru’ dipandang pemilik klub sebagai symbol kekerasan yang bisa memicu kriminalitas di kota Washington yang dikabarkan angkanya naik pada saat itu ( pertengahan tahun 90an ). Walau kata ‘Wizards’ juga sempat controversial karena berhubungan dengan ‘Klux Klux Klan’ sebuah organisasi rasis di Amerika tapi nama tersebut di pakai hingga kini.

Di dunia sepakbola nama supporter biasanya sangat dekat dengan nama klub yang di dukungnya. Di Italia kita mengenal Interisti sbg pendukung Internazionale, Milanisti sbg pendukung AC Milan, Romanisti sbg pendukung AS Roma hingga Juventini sbg pendukung Juventus. Di Spanyol kita mengenal Madridistas sbg pendukung Real Madrid. Di dalam negeri ada Aremania sbg pendukung Arema , Jekmania ( Jackmania ? ) sbg pendukung Persija Jakarta atau Boromania sbg pendukung Persibo Bojonegoro. Intinya nama pendukung sangat lekat dengan nama klub atau kota/daerah yang didukungnya.

Saya terus terang tidak begitu tahu sejarah awal mula di pakai kata ‘Bonek’ sebagai nama pendukung Persebaya. Yang saya tahu, itu lebih sebagai karakter atau perilaku dibanding sebagai sebuah nama. Lalu mengapa saya mengusulkan nama ‘Bajul Mania’ ? . Bajul adalah kata ‘basa kromo’ dalam bahasa Jawa yang berarti ‘buaya’. Kita tahu salah satu symbol kota Surabaya dan juga Persebaya adalah buaya selain ikan hiu ( koq sama-sama predator ya? ). Dan salah satu julukan Persebaya adalah Bajul Ijo atau buaya hijau jadi nama ‘Bajul Mania’akan sangat dekat dengat Persebaya dan Surabaya. Apalagi saya sering melihat mascot buaya di pinggir lapangan Tambak Sari. Mungkin kata Bonek tidak harus dihilangkan bahkan bisa melengkapi. Jadi nya adalah ‘ Bajul Mania yang berkarakter bonek’.

Tentu saja penggantian nama itu di barengi dengan upaya lain dalam membangun citra baru sehingga nanti supporter Persebaya lebih elegan dan siapa tahu jadi panutan supporter lain seperti tetangganya Aremania. Mohon juga tidak menggunakan kata-kata intimidatif seperti ‘ nek aku bonek, koen kate lapo’ yang bisa memancing keributan. Sekali lagi ini hanya saran dari seorang pemerhati bonek yang bukan bonek. Jadi, Bajul Mania, yok opo rek ? (…ntar jangan berubah jadi ‘buaya darat’ ya hehe…….)

Salam damai,.

Tumapel, 13 Maret 2012

NB : ini hanya saran, silahkan dikoreksi jika ada kesalahan data. Thanks

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun