Dengan tubuh plasmaku, bening dan mustahil tersentuh… aku berani menyatakan bahwa tak ada yang namanya kematian! Siapa yang akan peduli? Kata-kata yang keluar dari mulut yang penuh kepercayaan itu hanya akan menjadi kafilah. Bagai debu yang diterpa angin…. Berlalu…. Apalah arti sebuah perdebatan? Karena semuanya akan berhilir kepada makna. Di tempatku berdiri disamping tubuh dinginku aku mulai kebingungan. Plasmaku… satu-satunya hal yang membuat keberadaanku bisa diakui di dunia ini, perlahan meleleh dalam percikan tirta yang tak sengaja menerpa kehampaanku. Kemudian memudar dalam semilir angin yang juga menggoyangkan lentera simbol penuntun jalanku. Lalu harus kemanakah aku sekarang? Aku menunggu yang namanya malaikat kematian. Namun ia tak kunjung datang. Keraguanku semakin besar… sementara kini aku perlahan tak merasakan lagi apa bentukku. Hei! Dimana surga dan neraka? Tanyaku kepada seorang pendeta yang sedari tadi terus melantunkan mantra. Doa itulah yang  membuat jiwaku tetap hangat. Aku butuh petunjuk! Aku tergantung pada jawaban itu… Semasa hidup aku adalah orang yang penuh tujuan, namun sekarang memilih alam baka pun terasa begitu memusingkan! Pantas saja banyak dari roh yang sliwar sliwer itu tampak begitu penasaran. Aku butuh penuntun! Mana sang juru selamat? Lalu para roh leluhur? Padahal sejak kecil aku selalu diajarkan untuk berbakti pada mereka… Tuhan… Ya… Tuhan… seharusnya aku bisa melihatNya! Bukankah dengan bentuk seperti inilah Tuhan itu bisa dilihat? Tapi dimana Ia? Kebingungan ini hanya aka membuatku semakin tak karuan. Aku tak membutuhkan jawaban itu lagi! Aku tak perlu penuntun! Aku tak ingin bertemu Tuhan!! Aku ingin bertemu dengan diriku sendiri… siapa sebenarnya aku? Aku…bukan diriku yang sesungguhnya. Ini adalah kehendak karma! dimana harus kucari diriku itu? Lalu kutanya asap dupa yang melayang sendu lalu menghilang di ketinggian tertentu… Ya.. disanalah … aku telah menemukan apa yang kucari! Betapa bahagianya! Ia… memang tak terlukiskan dengan kata-kata… bahkan tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Aku sedang berhadapan dengan Aku Yang Sejati…. Apa yang aku inginkan? Kemanakah aku sekarang? Aku tidak ingin penasaran! Namun Ia hampa… aku tak bisa tahu apa perasaannya… ternyata bertemu diri sendiri pun tak ada gunanya! Ia kosong… lebih gamang dari yang tak pernah kupikirkan sebelumnya. Tapi mengapa Ia bisa ada? Lebih baik buang saja keyakinan itu! Tidak!! Ini karma yang berbicara… bukan aku! Aku ingin kepastian… kumohon….. saat sudah tak ada lagi yang bisa kutemukan, aku tak ingin ada keraguan lagi… Ya… dia Aku…Tuhan yang diperuntukkan hanya untukku…. Sebuah kesadaran menuju pencerahan… Biarlah jawaban menjadi perdebatan… Ternyata aku tak menginginka apapun! Biarlah bersatu dalam hangat, deru dan debu. Hampa adalah pilihan namun itulah satu-satunya jalan. Kebingungan perlahan menghilang, lalu butuhkah aku surga dan neraka? Tidak…. Semuanya sudah kualami dalam penderitaan dan kebahagiaan dunia. Aku hanya ingin kosong dan tak terpikirkan…. Kepada alam, biarlah aku mengisi rongga-rongga kehidupan, mengalir dalam setiap nafas atau gema denyut jiwa…..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H