Politisi seringkali identik dengan kebusukan dan kemunafikan. Ingkar janji merupakan hal biasa bahkan ada yang sangat fasih beringkar. Janji-janji palsu ini mengakibatkan banyaknya masyarakat yang kecewa merasa ditipu, sehingga tak jarang ada masyarakat yang apatis dan saat pemilu memilih golput karena capek ditipu terus. Lantas apa sih alasan kenapa politisi berjanji palsu, apakah mereka tak gentar dosa?
1. Menarik Suara Pemilu
Pemilu diadakan 5 tahun sekali, calon-calon yang minim akan prestasi secara tak langsung akan memutar otak gimana caranya untuk mendulang suara salah satunya dengan memberikan janji-janji manis bahkan bisa menjanjikan hal yang tidak mungkin. Karena janji-janji manis calon yang minim prestasi ini, tidak langsung akan memaksa calon yang berprestasi ikut mengumbar janji. Bisa dibilang semakin banyak janji manis, semakin tinggi elektabilitas.Â
Contohnya :Â
SMA/SMK udah gratis?
2. Minimnya Pengetahuan
Kebanyakan orang belum pernah menjadi Walikota,Gubernur, DPR, ataupun Presiden, normalnya mereka gak tau bagaimana rasanya menjabat jabatan tersebut. Kekurangan pengalaman ataupun pengetahuan ini yang bisa menggagalkan janji mereka. Tiap calon seharusnya wajib tau setidaknya aturan-aturan, kewenangan apa saja yang akan didapat. Sayangnya, tidak sedikit orang mencalonkan diri dadakan. Sebelumnya gak kepikiran sama sekali jadi gubernur, eh ditawarin yaudah deh terima aja.
Perlu diingat bahwa tak semua politisi seperti itu, ada yang benar-benar mempelajari. Namun, sayangnya memang ada informasi yang tidak bisa didapatkan sebelum kita menjabat.Â
Contohnya :Â
Pak Jokowi baru sadar ketika menjabat bahwa gak bisa gak bagi-bagi kursi karena bakal kehilangan dukungan
3. Janji Terlalu Muluk
Janji memang mudah, saking mudahnya janji-janji yang gak masuk akal atau sulit terealisasikan keluar begitu saja dari politisi-politisi kita. Ketika menjabat baru bingung gimana cara merealisasikannya dan akhirnya cenderung gagal, rakyat pun kecewa. Atau mungkin memang ada janji yang bisa terealisasikan tapi benar-benar sulit sehingga janji tersebut akhirnya mbleset
Contohnya :
- Janji Pertamina Kalahkan Petronas
Realitanya aset Pertamina baru 1/3 nya Petronas. Dengan kata lain Petronas 3x lipat lebih besar dari Pertamina. Sangat sulit sekali mengalahkan Petronas.
4. Berubah Pikiran
Manusia wajarlah kalau pikirannya berubah. Perubahan pikiran ini bisa terjadi dikarenakan banyak parameter. Seperti adanya pengetahuan baru, memikirkan ulang keputusan, bergantung pada prioritas dsb.
Contohnya :Â
karena terpojok oleh pertanyaan menohok Prabowo, Jokowi berjanji untuk membeli Indosat. Saham Indosat mahal bro, jangan dikira kacang telur, mengingat Pasar Indonesia ini sangat berpotensi. Hingga kini tak ada wacana sedikitpun untuk buyback Indosat karena pemerintah memprioritaskan untuk membangun infrastruktur
5. Memang Bertujuan Menipu
Memang tak semua janji politisi tak bisa ditepati karena berbagai hal yang Mpu sebutin diatas, tapi ada juga yang memang berniat menipu. Alasan menipu ini bisa beraneka ragam seperti untuk menepis kampanye negatif dari lawan ataupun memang menyadari janji tersebut tak mungkin direalisasikan dan dari awal memiliki pikiran "ketika menjabat tak akan merealisasikannya". Selain itu, bisa jadi tipu-menipu memang hobbynya, moga-moga gak ada yang seperti ini ya...
Contohnya :Â
- Jokowi Janji tak berada di bawah bayang Megawati
Jelas keliatan bo'ong nya, secara gitu, Pak Jokowi anggota parpol PDIP yang dinahkodai oleh Bu Mega. Kagak mungkin lepas dari Bu Mega dan Pak Jokowi kesusahan menolak "titipan-titipan" Bu Mega
BONUS :Shite Happens
Di dalam idup tuh, gak semuanya berjalan sesuai rencana, kadang hal-hal buruk bisa terjadi, katanya David Beckham sih "Shite Happens"
Contohnya : berhubung bonus, langsung video aja deh
Walaupun beberapa model di iklan tersebut udah resmi masuk tim rompi oranye, Mpu berpikir positif ajalah barangkali mereka-mereka itu tidak berniat menipu, melainkan tulus untuk melawan korupsi. But,Shite Happens Bruv, banyak projek yang sangat menggiurkan, eman kalau gak digarong.
Epilog
Janji bagi politisi merupakan sebuah jurus atau skill. Jika diibaratkan dengan pemain bola, khususnya bek (pemain bertahan), janji itu seperti sleding, kalau sukses bagus, kalau gagal pelanggaran.Bisa peringatan, bisa kartu kuning, bisa juga kartu merah. Â Bek yang gak mau nyleding gak bakal bisa maju. Bodoh apabila rakyat mengharapkan bek yang gak pernah melakukan pelanggaran. Karena bek juga manusia biasa. Tapi, bukan berarti semua bek busuk semua, seperti Philipp Lahm. Bek legendaris Jerman yang tak pernah mendapatkan kartu merah hingga dia pensiun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H