Kereta-kereta tersebut juga penomorannya berubah sehingga seolah-olah merupakan buatan 1990an, padahal aslinya merupakan buatan 1950an.
Banyak dari kereta-kereta tersebut yang masih beroperasi hingga kini. Bila dihitung-hitung, berarti di tahun ini kereta-kereta tersebut bisa jadi sudah menyentuh usia 70 tahun sejak pembuatan, dan sudah 30 tahun berlalu sejak retrofit dilakukan.Â
Jelas, dari usia sudah tua, namun usia tua tersebut tersamarkan karena penomorannya yang ikut berubah pada saat retrofit.
Namun, kereta-kereta ini mengangkut penumpang dengan jumlah lebih kecil daripada kereta komuter karena beroperasi sebagai armada kereta jarak jauh. Kereta ekonomi hanya mengangkut 80-106 penumpang, kereta bisnis hanya mengangkut 64 penumpang, dan kereta eksekutif hanya 50 penumpang.Â
Semua sesuai jumlah kursi pada kereta, tidak ada penumpang berdiri. Walaupun jarak tempuh pengoperasiannya lebih jauh, beban angkutan tidak seberat kereta komuter.
Retrofit KRL bisa tepat dilakukan, asal...
Benar, retrofit KRL itu bisa tepat dilakukan. Namun retrofit harus dilakukan bukan pada KRL yang akan pensiun. Melainkan dilakukan pada KRL-KRL berusia 32-39 tahun yang SFnya 10 atau 12 gerbong tadi, yang belum akan pensiun.Â
Dengan meretrofit KRL-KRL tersebut berarti telah mengamankan setidaknya rangkaian-rangkaian KRL SF12 karena rangkaian jenis ini, kalau pengadaannya dalam keadaan tidak baru, memang susah dicari.
SF12 sendiri tercipta karena rekayasa teknik yang dilakukan KAI Commuter sejak 2015. Rangkaian SF12 tercipta lewat importasi KRL SF6, di mana kemudian dua rangkaian SF6 digabungkan menjadi satu rangkaian SF12. Kemudian KAI Commuter juga mencobanya lewat KRL SF8, di mana tiga rangkaian SF8 digabungkan menjadi dua rangkaian SF12.
KRL yang rencananya akan diimpor KAI Commuter sendiri merupakan KRL dengan SF 15 gerbong. Namun hanya dibeli dengan SF 12 gerbong per rangkaian, sehingga tiga unit kereta tidak dibawa dan ditinggal di Jepang.