Mohon tunggu...
Muhammad PrasetyoAdyarta
Muhammad PrasetyoAdyarta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

INFP

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Serba-serbi Kemajuan Teknologi dan Dampaknya pada Calon Penerus Bangsa

16 Juni 2022   13:21 Diperbarui: 17 Juni 2022   20:46 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar : https://www.healthhub.sg/live-healthy/1099/9-health-hazards-of-electronic-devices-for-kids

Kemajuan teknologi sudah tidak bisa dipungkiri lagi adanya. Teknologi lahir dari pemikiran manusia yang berusaha untuk mempermudah kegiatan-kegiatannya yang kemudian diterapkan dalam kehidupan. Barang-barang elektronik dan inovasi-inovasi di sekitar kita adalah sebuah contoh dan pertanda kemajuan teknologi. 

Hadirnya internet pun merupakan inovasi yang mengubah cara kita memandang dunia. Dunia yang tadinya begitu luas menjadi sempit karena akses informasi saat ini bisa dilakukan di mana saja, asal terhubung dengan internet. Hal-hal yang mungkin dahulu tidak relevan bisa menjadi relevan dengan kemajuan teknologi. 

Kita bisa mengetahui informasi tentang apa yang sedang terjadi di belahan dunia yang lain, bahkan melakukan komunikasi tanpa dibatasi jarak maupun terhambat oleh waktu hanya dengan sebuah perangkat gawai dan sambungan internet.

Gawai sebagai alat yang bisa mempermudah berbagai pekerjaan manusia bisa menjadi contoh inovasi mutakhir yang mampu memberikan dampak baik maupun buruk, bagaikan pedang bermata dua. Gawai atau biasa disebut gadget bisa berupa PC (Personal Computer), laptop, handphone, smartphone, maupun kamera digital. Tujuan ataupun fungsi dari gawai sangat beragam, tergantung dari jenisnya. Antara lain, sebagai media komunikasi, membantu akses informasi, dan sarana hiburan.  

Dalam situasi pandemi COVID-19 seperti ini, fungsi gawai sebagai media komunikasi, membantu akses informasi, bahkan sebagai sarana hiburan sangat menonjol dan membantu dalam kehidupan sehari-hari. 

Dengan adanya gawai kita bisa beradaptasi dengan keadaan, contohnya adalah sistem pendidikan saat ini tetap bisa berjalan dengan cara menerapkan pembelajaran daring mulai dari jenjang TK, SD, SMP, SMA, hingga Kuliah. Karyawan-karyawan pun mulai berkerja dari rumah dengan istilah WFH atau Work From-Home. Secara tidak langsung, hal-hal seperti ini lah yang akan menjadi cikal-bakal dari ketergantungan kita pada gawai.

Seperti sifat ketergantungan lainnya, ketergantungan gawai membawa dampak yang cukup buruk dalam beberapa aspek kehidupan. Sebelum munculnya dampak buruk dari gawai dan internet, terdapat 3 gejala inti yang merupakan keseluruhan dari tingginya tingkat kecanduan, yaitu Compulsive Symptoms (gejala kompulsif), Withdrawal Symptoms (gejala penarikan), dan Tolerance Symptoms (gejala toleransi). 

Compulsive Symptoms dapat terjadi karena seseorang menjadikan penggunaan gawai dan internet sebagai aktivitas utama dalam kehidupan individu, sehingga mendominasi pikiran, perasaan, dan tingkah laku individu untuk memikirkan aktivitas online. Pandemi COVID-19 ini bisa menjadi salah satu sebab dari gejala kompulsif yang menjadikan gawai dan internet sebagai aktivitas utama, karena tuntutan pembelajaran maupun pekerjaan yang serba online. 

Kemudian ada Withdrawal symptoms, yang mengakibatkan munculnya rasa ketidakpuasan pada seseorang, dan berpengaruh pada fisik serta psikologisnya. Hal ini disebabkan karena berkurangnya ataupun tidak adanya waktu untuk menggunakan internet maupun gawai, sehingga muncul pusing dan insomnia terhadap pengaruh fisik, dan mudah emosi dan mudah berubah suasana hati atau moodiness terhadap pengaruh psikologis. Terakhir ada Tolerance Symptoms, gejala toleransi merupakan gejala yang menimbulkan adanya keinginan yang kuat pada seseorang untuk meningkatkan jumlah waktu penggunaan internet, sehingga pengguna tersebut dapat merasakan kepuasan. 

Pada gejala ini pengguna gawai ingin mencari kesenangan yang berujung pada kepuasan saat menggunakan internet, sehingga secara tidak sadar dan perlahan-lahan meningkatkan waktu penggunaan gawai saat berselancar di internet.

Gejala-gejala yang dibahas sebelumnya akan bermuara pada dampak-dampak yang ditimbulkan dari ketergantungan gawai dan internet. Dampak buruk yang ditimbulkan pun dapat memengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan, seperti aspek kesehatan, aspek psikologis, aspek akademik, aspek sosial, dan aspek keuangan. 

Dalam aspek kesehatan, kecanduan game online yang bisa diibaratkan dengan ketergantungan gawai dan internet dapat mengakibatkan kesehatan remaja menurun. Remaja yang kecanduan game online memiliki daya tahan tubuh yang lemah karena kurangnya aktivitas fisik, kurangnya waktu tidur, dan pola makan yang tidak teratur. 

Dalam aspek psikologis, ketergantungan gawai ini dapat memicu penyakit mental terutama pada remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan. Penyakit mental ini bisa berupa depresi, anxiety, bipolar, dan gangguan mental lainnya. Dalam aspek akademik, ketergantungan ini dapat membuat performa akademik menurun. 

Waktu luang yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk mempelajari pelajaran di sekolah malah digunakan untuk men-scroll media sosial seperti Instagram ataupun TikTok. Daya konsentrasi pada remaja pun terganggu sehingga kemampuan dalam menyerap pelajaran yang disampaikan guru tidak maksimal. 

Dalam aspek sosial, munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian terhadap sesama. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa. Padahal jati diri bangsa kita dahulu mengutamakan gotong royong. Dalam aspek keuangan. Dengan adanya media sosial pada gawai, gaya hidup pun bisa berubah demi gengsi. 

Tak sedikit orang yang kecanduan media sosial yang kemudian suka pamer aktivitas sehari-hari bahkan memamerkan barang-barang mewah hanya untuk bergaya. Kadang gaya hidup yang borjuis ini bisa sangat konsumtif sehingga memaksakan kehendak untuk berhutang dengan menggunakan kartu kredit ataupun pinjol demi gengsi.

Solusi yang mungkin bisa kita lakukan untuk mencegah atau mengurangi dampak dari ketergantungan gawai, dan internet pada anak-anak dan remaja antara lain, Attention Switching, Dissuasion, Education, Parental Mentoring, dan Resource Restriction. Attention Switching atau pengalihan perhatian, seperti namanya, upaya ini dilakukan untuk mengalihkan perhatian agar pengguna tidak terlalu lama menghabiskan waktu dalam bermain gawai. 

Contoh dari upaya Attention Switching adalah mengikuti kegiatan yang sesuai dengan minat dan bakat. Oleh karena itu, lingkungan sekitar mempunyai peran penting dalam membantu mengenali minat dan bakat seseorang. Hasil dari upaya ini memiliki pengaruh yang signifikan pada penurunan tingkat ketergantungan gawai serta pencegahan dampak negatif dari game online. 

Dissuasion adalah tindakan persuasif seperti membujuk hingga memaksa yang bersifat mengarahkan agar pengguna tidak berlebihan dalam bermain gawai. Upaya ini biasanya dilakukan oleh orangtua, guru, serta wali terhadap anak maupun muridnya. Education, upaya ini menitikberatkan pada pemahaman/kognisi pengguna gawai itu sendiri terhadap kesadaran akan ketergantungan gawai. Edukasi diperlukan untuk membangun dasar kognitif yang baik agar bisa dikelola oleh pengguna itu sendiri. 

Contoh dari upaya edukasi ini cukup sederhana, yaitu pengguna sadar dan mencari tahu atau mengedukasi dirinya sendiri tentang topik ketergantungan yang ia alami. Tetapi sayangnya, berdasarkan hasil penelitian Novrialdy, Nirwana, & Ahmad (2019) ditemukan bahwa masih banyak remaja yang belum memiliki pemahaman dan kesadaran mengenai bahaya ketergantungan gawai dan internet. Pemahaman akan bahaya ketergantungan ini penting bagi remaja karena hal ini bisa menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan ketika ia ingin bermain game online. 

Parental Monitoring adalah upaya dimana orangtua yang berperan penting dalam memperhatikan anaknya. Parental Monitoring dapat dilakukan orangtua dengan menjalin komunikasi yang baik dengan anak, mengawasi anak saat bermain gawai, memberikan perhatian terhadap anak, dan hal lainnya yang meningkatkan hubungan antar anak dengan orangtua. Hasil dari studi yang dilakukan oleh van den Eijnden, Spijkerman, Vermulst, van Rooij, & Engels (2010) memberi bukti bahwa, komunikasi orangtua terhadap anak tentang penggunaan internet merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah kecanduan internet pada anak. 

Terakhir adalah Resource Restriction atau pembatasan sumber daya, hal ini bisa berupa pembatasan uang, ruang gerak, serta akses internet. Upaya ini dilakukan dengan membatasi sumber daya atau akses terhadap gawai maupun internet, karena salah satu sebab dari ketergantungan adalah mudahnya akses untuk hal tersebut. Tujuan dari upaya ini adalah dapat membatasi ruang gerak serta akses sehingga remaja terhindar dari adiksi.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun