Mohon tunggu...
Si Mpep
Si Mpep Mohon Tunggu... Guru - Kompasiana

Tiada hal yang lebih indah dalam hidupku, kecuali bila aku melihat orang-orang terdekatku tersenyum...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku... (pemalu)

25 November 2011   03:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:14 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku bangga bisa mengenalmu, Aku bangga dengan rasa cinta yang menyelimuti hatiku untukmu

Mencintaimu Aku belajar, belajar bagaimana Aku menghargai, mengerti dan memahami perasaan, baik perasaanku maupun perasaan oranglain

Sebelum mengenalmu dan mencnitaimu, Aku hanya menganggap becanda setiap kali ada hati yang datang padaku, Aku tak pernah serius untuk itu

Tapi, setelah Aku megenalmu dan mencintaimu, Aku sadar akan ketulusan seseorang yang datang dengan mengucap kata cinta, seperti yang kualami padamu

Aku bangga bisa mengenalmu dan mencintai sosok wanita sepertimu, sungguh...

Aku kira benar apa yang kahlil gibran katakan " jika seseorang mencintai orang lain, maka Dia akan segera tahu tentang apa yang ada pada dirinya " ;luar biasa.

Sejujurnya, cintaku padanya laksana pungguk merindukan bulan. Tentu saja, disini pungguknya adalah Aku sedang Dia bulannya hehe..! Dia memang tak pantas mendapatkan cinta dari lelaki lemah sepertiku, lelaki yang tidak mampu berbicara, menyuarakan isi hatinya. kalaupun Ia berbicara, banyak hal yang Ia lakukan agar pandangan lawan bicaranya tidak memandangi wajahnya. Seperti menutup muka, memegang hidung, mengusap rambut kepala bagian belakang, dan yang paling parah ketika wajahnya berubah memerah hahaha..! Lucu yah, harusnya Aku tak menghina diriku. Tapi, bukan hinaan sebenarnya bila yang bilang adalah dirinya sendiri. Kata temanku, hinaan yang ditujukan untuk diri-sendiri adalah pujian.

Aku tanya " lho, ko bisa, kawan? "

Dia bilang " bila Ia menghina dirinya, maka Ia tahu kelemahannya. bila Ia tahu kelemahan dirinya, maka Ia akan menutupinya. Belajar dari hal itu, maka penampilan menarik akan menjadi suatu keharusan baginya. Dan ujung dari hinaan itu adalah pujian karena penampilannya yang kian mengesankan ".

Ah, bingung juga memahami kata-kata dari temanku itu. Bahasanya terlalu tinggi bagiku, makna yang tersirat didalamnya belum bisa kupahami hingga saat ini. Maklumlah bila Aku belum juga mendapatkan cinta. Kata, yang dinilai sederhana saja masih susah bagiku untuk memaknainya, apalagi memahami perasaan wanita dan bicara tentang cinta. Rasa-rasanya butuh waktu untuk memilih cara, mengatur rencana hingga pada akhirnya Aku benar-benar menjadi seorang pecinta wanita. Bukan, bukan pecinta wanita yang tidak setia, bukan Dia yang hanya pandai berkata-kata. Tapi, Aku akan segera berubah menjadi pecinta wanita yang setia. Bila nanti kuucap cinta, maka sudah pasti untuk selamanya, dengan Dia, wanita yang kucinta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun