Kini sudah mencapai 14 tahun dari tahun 1999, tahun saat diadakannya jajak pendapat di Timor Timur. Meskipun begitu, ingatan akan konflik yang terjadi di Timor Timur antara kubu pro integrasi yang dibantu TNI dengan kubu pro kemerdekaan yang dibantu negara-negara Barat seakan masih fresh di benak rakyat Indonesia maupun rakyat Timor Leste. Untuk mengenang jasa-jasa para pejuang pro integrasi Timor Timur, pemerintah sudah sepatutnya membangun suatu monumen untuk mengenang mereka. Berbeda dengan Monumen Seroja di Jakarta Timur, monumen yang satu ini dimaksudkan khusus untuk mengenang para milisi pro integrasi Timor Timur.
Karena saya tidak dapat mendesain, saya jelaskan konsep monumennya dengan kata-kata. Konsep yang saya usulkan yaitu mirip Vietnam Veterans Memorial di Washington D. C., sebuah monumen untuk mengenang para prajurit Amerika yang tewas dalam Perang Vietnam. Di sana terdapat dinding memanjang yang diukir nama-nama prajurit yang gugur dalam Perang Vietnam. Untuk dinding monumen yang satu ini, kita ukir nama-nama anggota milisi yang tewas demi membela keutuhan bangsa. Setiap nama anggota milisi dikelompokkan sesuai nama kelompok milisi mereka, misal A adalah anggota milisi Mahidi maka ia akan dikelompokkan ke dalam nama-nama anggota milisi yang tewas dari kelompok Mahidi. Setiap dinding hanya akan dituliskan namanya saja, tidak pakai tanggal lahir maupun tanggal meninggal mengingat sulitnya memeroleh informasi.
Sekitar tiga meter dari dinding yang memanjang tersebut terdapat beberapa bangku panjang bagi para wisatawan maupun para peziarah agar dapat duduk-duduk. Jarak sekitar tiga meter itu dipergunakan untuk orang berjalan dan berdoa dan meletakkan karangan bunga di depan dinding tersebut. Di belakang bangku-bangku panjang itu sendiri dibuat taman agar suasana monumen terasa sejuk dan nyaman untuk berziarah.
Di tengah kawasan monumen juga dibangun sebuah tugu untuk mengenang jasa para milisi pro integrasi. Untuk tugunya, kita bangun setinggi Monumen Integrasi yang ada di Dili. Hanya saja, patungnya tidak akan sama persis dengan Monumen Integrasi. Patung yang satu ini berbentuk seseorang yang mengenakan seragam milisi, terdapat ikat kepala Merah Putih di kepala, serta tangan yang memegang senapan.
Untuk lokasinya sendiri, Atambua adalah tempat yang paling cocok untuk membangun monumen ini. Alasan yang pertama adalah untuk mendongkrak sektor pariwisata di Atambua sendiri. Alasan yang kedua adalah para pengungsi eks Timor Timur paling banyak tinggal di Atambua jika dibandingkan dengan di daerah-daerah lain. Dengan dibangunnya monumen ini di Atambua, mereka dapat dengan mudah untuk melakukan ziarah walaupun sanak saudara atau teman mereka tidak dimakamkan di sana.
Agar monumen ini dapat segera terwujud, pemerintah perlu bekerjasama dengan organisasi yang menaungi para WNI eks Timor Timur yaitu UNTAS (Uni Timor Aswa'in) dan KOKPIT (Komite Nasional Korban Politik Timor Timur). Dengan kerjasama ini, diharapkan pemerintah bersama kedua organisasi tersebut mampu memeroleh berbagai informasi dengan cepat serta benda-benda bersejarah yang masih berhubungan dengan peristiwa integrasi Timor Timur.
Baca di blog saya : mozesadiguna95.blogspot.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H