Mohon tunggu...
Abe Wibowo
Abe Wibowo Mohon Tunggu... Administrasi - Neverending Journey

Belajar bertutur lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Batman "The Dark Knight" : Sebuah Epic Trilogi Superhero

27 Oktober 2017   09:11 Diperbarui: 29 Oktober 2017   08:07 11006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guys, pasti kita tahu Trilogi Batman karya Christoper Nolan (2005-2012). Kali ini kita ga akan membahas semua film triloginya, hanya satu dari trilogi ini yang cukup membuat karakter Batman karya Nolan jadi buah bibir sepanjang sinema superhero yaitu The Dark Knight (2008). Film ini dirilis 3 tahun setelah Batman Begins (2005). Sepetinya, sang sutradara, Christopher Nolan tak merasa tamak untuk sesegera mungkin membuat sekuel walaupun film perdana Batman ini cukup diapresiasi di industri perfilman. Lalu, Nolan merampungkannya dengan The Dark Knight Rises (2012) sebagai penutup kisah Batman ini. Trilogi ini seperti digarap sematang-matangnya agar tidak menjadi produk kacangan yang sekedar mencari laris-manis dalam popcorn sinema.

The Dark Knight terkesan menjadi peak dari trilogi ini. Hal itu terlihat dari alur cerita, tokoh antagonis yang tak biasa dan tidak bisa kita kira sebelumnya.  Kisah itu dimulai dengan plot waktu kurang lebih setahun setelah Batman Begins.  Batman bertemu dengan teman seperjuangan yang memiliki motivasi yang sama: mengalahkan kejahatan. Mereka adalah Inspectur Gordon (Gary Oldman) dan DA baru Harvey Dent (Aaron Eckhart)  dan  Rachel (Maggie Gyllenhaal) kekasih Bruce Wayne-si Batman tak bertopeng. Upaya itu mulai membuahkan hasil: beberapa penjahat kakap dan mafia yang bersarang di mana-mana diciduk Batman, diserahkan ke Inspector Gordon, dituntut Rachel, dan gerakan anti-kejahatan ini dipropaganda  Harvey Dent  dalam setiap kampanye politiknya. Namun, kejahatan tetap mengintai. Ada Joker di sana.

Joker menjadi karakter yang sepadan dengan Batman. Ketika semua penjahat takut menghadapi Batman. Justru Joker ingin mencarinya, bertemu dengannya, beradu strategi dengannya. Batman berhasil terperangkap pada rencana liar Joker. The Joker menjadi penjahat dari para penjahat. Kejahatan bukan cara untuk mendapatkan keuntungan, tetapi kejahatan adalah esensi, karakter yang melekat padanya.  

Begitu melihat karakter Joker ini, kita merasa sesak karena ingin melihat seberapa kuat Batman menghadapinya. Apalagi saat Batman dijebak untuk melakukan tindakan penyelamatan pihak yang disandera: antara penumpang yang berada di dalam feri, Harvey Dent yang membantunya secara politis atau Rachel kekasihnya. Antara menyelamatkan umat manusia yang tak berdosa, teman seperjuangan, atau orang yang dicintai. Batman tidak berhasil menyelamatkan semuanya. Di akhir kisah ia berlari di kegelapan, ia bersembunyi untuk mengatasi kembali kekalahannya atas kejahatan. Tapi di dalam kegelapan itu ia berjanji untuk kembali mengalahkan kejahatan, ia menjadi The Dark Knight.

Cerita lazim, jika kita melihat superhero yang menang dalam pertandingan. Tapi The Dark Knight menjadi tak lazim, karena kita melihat antiklimaks, seorang superhero yang kalah dalam pertandingan melawan si konyol Joker. Namun, cerita kekalahan ini menjadi plot baru dalam menuturkan kisah superhero, begitu pula gaya karakter penjahat yang gila dan psikopat bisa menjadi rival kuat sang superhero.

sumber: pikapost.com
sumber: pikapost.com
The Joker  sungguh diperankan dengan apik, bahkan tanpa disadari, kita bisa kagum dengan karakternya walaupun dia adalah tokoh antagonis. Aktor pemeran Joker, Heath Ledger, telah mendalami peran ini selama 6 minggu. Dari berbagai informasi, ternyata karakter Joker ini dihidupkan Ledger dengan gayanya sendiri, termasuk penataan make up yang tak rapih, terkesan menjijikkan, penggunaan ungkapan "Why so serious?" menjadi jargon The Joker yang diingat di benak penonton. Bahkan, Nolan memberikan keleluasaan sepenuhnya pada Ledger untuk menghidupkan peran Joker ini. 

Maka tak heran, beberapa penghargaan termasuk Oscar sah diberikan kepadanya sebagai Aktor pembantu terbaik. Sayang, karakter The Joker tak bisa berlanjut karena Heath Ledger, meninggal dunia pada tahun yang sama dimana The Dark Knight dirilis (2008). Dari alur cerita, sebenarnya memang terasa hilang, karena sepertinya Nolan harus ekstra keras mencari figur baru yang kuat untuk mengganti Joker. Maka tak heran seolah semua karakter di film kedua tak dimunculkan lagi di akhir trilogi dalam The Dark Knight Rises (2012). Bahkan upaya untuk mengganti the Joker yang diperankan Heath Ledger sama sekali tak dihidupan. Karena Nolan ingin memberikan rasa hormat bahwa karakter The Joker adalah karakter ekslusif milik Heath Ledger dan itu tak tergantikan dalam trilogi Batman The Dark Knight.

Christopher Nolan, sepertinya memperhitungkan bagaimana ingin mengenal Batman dari sisi yang paling manusiawi. Saat ditawari menjadi sutradara untuk proyek Batman ini, Ia mengakui tak ahli untuk mengangkat karakter komik dalam film. Maka ia memilih untuk mengangkat tema Batman bukan seperti sebelumnya yang asyik dengan aksesoris canggih sambil melawan musuh-musuh dengan warna-warni  komikal. Sederhananya, Nolan tak ingin mengikat dirinya dalam pasung komik. Ia ingin mengangkat Batman dari kacamata sinema. 

Ia telah membayangkan proses seorang manusia keluar dari sisi gelap psikologisnya untuk menjadi superhero. Maka, semua aksesoris dibuat menjadi pedukung visualnya seperti kostum yang gelap dan sangar, suara Batman yang besar dan kasar, Batmobile dengan nama "Tumbler" yang gahar, Shuriken (senjata ninja) yang berbentuk logo hitam Batman yang mematikan, atau Bat-pod, motor gede yang bisa keluar dari Tumbler saat evakuasi dengan gerak yang cepat.   Semua itu tetap menutupi sisi gelap sang superhero yang  juga masih memiliki kelemahan manusiawi. The Dark Knight menjadi salah satu momentum sinematografi dalam membangun kisah superhero yang gelap. Tipe berkisah superhero gaya Nolan ini memberi inspirasi bagi kisah superhero yang kini kita saksikan di bioskop 15 tahun belakangan. (AB Wibowo)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun