Mohon tunggu...
Marissa Waffuanie
Marissa Waffuanie Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Ketika cinta punya banyak rupa...

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Puisitigapuluhsatuhari] Dilema Usai

31 Desember 2014   19:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:05 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14200029201763573121

#Tanggal satu,

Kala hati menahan sapa

Rindu yang ku larang terus memanggil

Adakah ia layak kembali hampiri

saat mata pun terpejam

#Tanggal dua,

Masih tentangmu yang ku pagari

Menyajakkan rindu pada kata

ia yang selalu terpatri indah

ku kecup dalam doa

#Tanggal tiga,

Bukankah ini begitu manis

Bagaimana hujan membawa kisah

tanpa pernah rencana

seketika semua menjadi kita

pada indah yang tak terlupa

#Tanggal empat,

Mendung kali ini kembali

Rindu mengiring seolah mengerti

bias peluk yang tak lenyap

canda raga yang tak senyap

#Tanggal lima,

Ku biarkan pertemuan mengabadikan

kita yang harusnya usai

ku biarkan jumpa membingkai

kita yang harusnya akhir

#Tanggal enam ,

Dilema terus menyeruak

Sesekali menghibur hati perindu

Diantara sederetan janji buta

Tanpa keberadaan logika

Hanya cinta

#Tanggal tujuh,

Sepenggal sayang tak ingin lari

terus mengikuti pemilik hati

adakah ia sadar

rengkuh itu bukan satu-satunya

#Tanggal delapan,

Angan masih menggelayut indah

Sedang nyata tak ingin berlama

Semakin menunjuk pada samar

Kita tak'kan lama

#Tanggal sembilan ,

Kita ini tidak untuk serupa sepasang sepatu

Berjalan beriringan tapi tidak pulang ke satu rumah

Mungkin serupa sepasang cincin

Menjadi komitmen tapi tidak di satu jemari

Berdua itu keinginan, bersama itu kemustahilan

#Tanggal sepuluh,

Aku selalu berpeluk asa

Inginkan kamu di tiap bangunku

Dambakan kamu di tiap pejamku

Hingga bersama dalam mimpi

Ya, hanya mimpi

~~~~~~

#Tanggal sebelas,

Pikiran seolah milikmu

Penuhi tautan hanya tentangmu

Bagaimana terjaganya masih karenamu

Tertidurpun puas merinduimu

#Tanggal duabelas,

Ketika akal merajai hati

Begitu bodohnya cara mencintai

Hingga hati terus mengikuti inginnya

Tanpa terbantahkan pada detik yang terus menggilai

Sadarku masih berusaha lari, tapi langkahku makin mendekati

#Tanggal tigabelas,

Merongga pilu tentu menyesakkan

Terhimpit dilema yang tak urung selesai

Mata menyimpulkan ingin

Bibir menyinggungkan rasa

#Tanggal empatbelas,

Gemar bermanja hangatkan waktu

Meski lambat laun menghilang

Seketika masih datang memanggil

Seolah tak pernah berkata selesai

#Tanggal limabelas,

Akankah kegemaranku beralih

Merindui yang tak mampu sampai

karena kasih melarang sua

yang berujung pada pedih itu lagi

#Tanggal enambelas,

Kamu tahu

Bagaimana tiap tempat menggambarkanmu

Sangat indah

Aku tidak ingin beranjak

Masih disini terpaku pada cinta tak mungkinku

#Tanggal tujuhbelas,

Setelah hujan berhenti

Kutenggelamkan semua angan

Begitu mendungnya tiba

Selesailah pertahananku

Aku tetap merinduimu, lagi...

#Tanggal delapan belas

Raga terus teriakkan pergi

Jauh saja tak usah ada lagi

Tapi butakah kita

Saat ku menyebut cinta

Hadirmu memenuhi

#Tanggal sembilanbelas,

Pada malam terpenggal

Begitu pula harusnya kita

Ini sakit, tapi tidak berhenti

Ini selesai, tapi tidak berakhir

Tanggal itu aku kamu bertemu, lagi...

#Tanggal duapuluh,

Sepi tanpa suara

Hanya berteman rindu

Menanti indah sapa

Meski besok bisa saja akhir

Atau kembali berputar pada rasa

~~~~~~~

#Tanggal duapuluh satu,

Pada sabar yang kau pinta

Aku masih terdiam menyapamu

Memintal rindu demi rindu

Hanya 'tuk melihatmu esok

#Tanggal duapuluh dua,

Mungkin kita tidak akan satu

Mengusung cinta yang tak terlihat

Tapi rindu ini nyata

Hanya ingin berakhir pada pelukmu

#Tanggal duapuluh tiga,

Tak bisa kuartikan detik ini

Menanti sampai esok tiba

Ku agungkan saat jumpa

Kenapa ini masih begitu indah?

#Tanggal duapuluh empat,

Berakhir di peluk mu

Seolah ini singgah yang terakhir

Tidak bisakah ini menjadi milikku lebih lama lagi?

Meski hanya ini saja

#Tanggal duapuluh lima,

Ku telaah satu per satu rasa

Kemarin hingga hari ini

Kucari di mana kekuatan berlari

Jika didalamnya aku seolah mati

#Tanggal duapuluh enam,

Hari berlalu, lagi dan lagi

Tak mampu mengusir tentangmu

Bagaimana bisa jika sebagian diriku telah berikrar

Menjadi milikmu yang tak utuh

#Tanggal duapuluh tujuh,

Jika rasa ini menuntut kegilaan

Bisa apakah duniaku ?

Langkah terus menghampiri

Jejak yang sering ingin kutinggali

#Tanggal duapuluh delapan,

Mungkin seolah dangkal

Tapi memaknaimu sungguh terlalu dalam

Hingga aku larut dan tinggal

Membiarkan raga tak berdaya

Matapun hanya mampu menangis

#Tanggal duapuluh sembilan,

Tahukah ini menjadi hukuman untuk'ku ?

Tak ada kehancuran yang ku inginkan

Tak ada pinta hadir diantaranya

Tapi hati terus mengingini

Hingga ada mu menjadi cukup

#Tanggal tigapuluh,

Sebentar lagi saja, sayang...

Aku bernafas namun tidak terasa hidup

Terbiasa meniti kita pada ruang waktu yang sama

Meski Kebersamaan tanpa kelak bersama

Seolah tiap pertemuan menjanjikan akhir

#Tanggal tigapuluh satu,

Melepaskan menjadi hal yang sulit

Tak semudah jatuh pada cinta

Teriakkan benci seolah mampu berdiri

Sebaliknya rindu tak mau pergi

Luka merasai keindahan yang telah lelah

Menyerah pada waktu

Dan kita selesai

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun