#Tanggal satu,
Kala hati menahan sapa
Rindu yang ku larang terus memanggil
Adakah ia layak kembali hampiri
saat mata pun terpejam
#Tanggal dua,
Masih tentangmu yang ku pagari
Menyajakkan rindu pada kata
ia yang selalu terpatri indah
ku kecup dalam doa
#Tanggal tiga,
Bukankah ini begitu manis
Bagaimana hujan membawa kisah
tanpa pernah rencana
seketika semua menjadi kita
pada indah yang tak terlupa
#Tanggal empat,
Mendung kali ini kembali
Rindu mengiring seolah mengerti
bias peluk yang tak lenyap
canda raga yang tak senyap
#Tanggal lima,
Ku biarkan pertemuan mengabadikan
kita yang harusnya usai
ku biarkan jumpa membingkai
kita yang harusnya akhir
#Tanggal enam ,
Dilema terus menyeruak
Sesekali menghibur hati perindu
Diantara sederetan janji buta
Tanpa keberadaan logika
Hanya cinta
#Tanggal tujuh,
Sepenggal sayang tak ingin lari
terus mengikuti pemilik hati
adakah ia sadar
rengkuh itu bukan satu-satunya
#Tanggal delapan,
Angan masih menggelayut indah
Sedang nyata tak ingin berlama
Semakin menunjuk pada samar
Kita tak'kan lama
#Tanggal sembilan ,
Kita ini tidak untuk serupa sepasang sepatu
Berjalan beriringan tapi tidak pulang ke satu rumah
Mungkin serupa sepasang cincin
Menjadi komitmen tapi tidak di satu jemari
Berdua itu keinginan, bersama itu kemustahilan
#Tanggal sepuluh,
Aku selalu berpeluk asa
Inginkan kamu di tiap bangunku
Dambakan kamu di tiap pejamku
Hingga bersama dalam mimpi
Ya, hanya mimpi
~~~~~~
#Tanggal sebelas,
Pikiran seolah milikmu
Penuhi tautan hanya tentangmu
Bagaimana terjaganya masih karenamu
Tertidurpun puas merinduimu
#Tanggal duabelas,
Ketika akal merajai hati
Begitu bodohnya cara mencintai
Hingga hati terus mengikuti inginnya
Tanpa terbantahkan pada detik yang terus menggilai
Sadarku masih berusaha lari, tapi langkahku makin mendekati
#Tanggal tigabelas,
Merongga pilu tentu menyesakkan
Terhimpit dilema yang tak urung selesai
Mata menyimpulkan ingin
Bibir menyinggungkan rasa
#Tanggal empatbelas,
Gemar bermanja hangatkan waktu
Meski lambat laun menghilang
Seketika masih datang memanggil
Seolah tak pernah berkata selesai
#Tanggal limabelas,
Akankah kegemaranku beralih
Merindui yang tak mampu sampai
karena kasih melarang sua
yang berujung pada pedih itu lagi
#Tanggal enambelas,
Kamu tahu
Bagaimana tiap tempat menggambarkanmu
Sangat indah
Aku tidak ingin beranjak
Masih disini terpaku pada cinta tak mungkinku
#Tanggal tujuhbelas,
Setelah hujan berhenti
Kutenggelamkan semua angan
Begitu mendungnya tiba
Selesailah pertahananku
Aku tetap merinduimu, lagi...
#Tanggal delapan belas
Raga terus teriakkan pergi
Jauh saja tak usah ada lagi
Tapi butakah kita
Saat ku menyebut cinta
Hadirmu memenuhi
#Tanggal sembilanbelas,
Pada malam terpenggal
Begitu pula harusnya kita
Ini sakit, tapi tidak berhenti
Ini selesai, tapi tidak berakhir
Tanggal itu aku kamu bertemu, lagi...
#Tanggal duapuluh,
Sepi tanpa suara
Hanya berteman rindu
Menanti indah sapa
Meski besok bisa saja akhir
Atau kembali berputar pada rasa
~~~~~~~
#Tanggal duapuluh satu,
Pada sabar yang kau pinta
Aku masih terdiam menyapamu
Memintal rindu demi rindu
Hanya 'tuk melihatmu esok
#Tanggal duapuluh dua,
Mungkin kita tidak akan satu
Mengusung cinta yang tak terlihat
Tapi rindu ini nyata
Hanya ingin berakhir pada pelukmu
#Tanggal duapuluh tiga,
Tak bisa kuartikan detik ini
Menanti sampai esok tiba
Ku agungkan saat jumpa
Kenapa ini masih begitu indah?
#Tanggal duapuluh empat,
Berakhir di peluk mu
Seolah ini singgah yang terakhir
Tidak bisakah ini menjadi milikku lebih lama lagi?
Meski hanya ini saja
#Tanggal duapuluh lima,
Ku telaah satu per satu rasa
Kemarin hingga hari ini
Kucari di mana kekuatan berlari
Jika didalamnya aku seolah mati
#Tanggal duapuluh enam,
Hari berlalu, lagi dan lagi
Tak mampu mengusir tentangmu
Bagaimana bisa jika sebagian diriku telah berikrar
Menjadi milikmu yang tak utuh
#Tanggal duapuluh tujuh,
Jika rasa ini menuntut kegilaan
Bisa apakah duniaku ?
Langkah terus menghampiri
Jejak yang sering ingin kutinggali
#Tanggal duapuluh delapan,
Mungkin seolah dangkal
Tapi memaknaimu sungguh terlalu dalam
Hingga aku larut dan tinggal
Membiarkan raga tak berdaya
Matapun hanya mampu menangis
#Tanggal duapuluh sembilan,
Tahukah ini menjadi hukuman untuk'ku ?
Tak ada kehancuran yang ku inginkan
Tak ada pinta hadir diantaranya
Tapi hati terus mengingini
Hingga ada mu menjadi cukup
#Tanggal tigapuluh,
Sebentar lagi saja, sayang...
Aku bernafas namun tidak terasa hidup
Terbiasa meniti kita pada ruang waktu yang sama
Meski Kebersamaan tanpa kelak bersama
Seolah tiap pertemuan menjanjikan akhir
#Tanggal tigapuluh satu,
Melepaskan menjadi hal yang sulit
Tak semudah jatuh pada cinta
Teriakkan benci seolah mampu berdiri
Sebaliknya rindu tak mau pergi
Luka merasai keindahan yang telah lelah
Menyerah pada waktu
Dan kita selesai
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H