Mohon tunggu...
Moureen
Moureen Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo! Saya adalah seorang mahasiswa yang gemar membaca dan juga menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Parkir Khusus Wanita: Disabilitas, Keistimewaan, atau Kesetaraan?

23 Januari 2024   20:13 Diperbarui: 23 Januari 2024   20:18 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: hsrwheel.com

Seorang komedian yang telah menjadi sorotan publik oleh karena materinya yang menyinggung soal parkiran khusus wanita dan difabel membawa berbagai pandangan yang keliru terhadap feminisme. 

Ia menyebut jika ada feminis yang tersinggung dengan leluconnya,  seharusnya mereka lebih tersinggung dengan parkiran khusus perempuan. "Di mall tuh cuma ada dua parkiran khusus, yaitu khusus perempuan dan khusus difabel. Kok lo mau disamain sama difabel, hah?" 

Ia bahkan menambahkan persoalan gerbong khusus wanita, setuju bahwa gerbong khusus wanita itu memang agar wanita terhindar dari pelaku pelecehan seksual; "Kalau gerbong khusus perempuan gue masih pahamlah soalnya suka ada cowok-cowok anj*** yang suka nempelin kemaluannya ya, kan. Tapi kan di parkiran perempuan nggak ada cowok anj*** yang nempelin kemaluannya di knalpot mobil?" ujar komedian tersebut.

Komedian tersebut membangun asumsi bahwa dengan adanya fasilitas khusus wanita tersebut merupakan sikap "double standard" dari para feminis yang menginginkan wanita untuk mendapati kesetaraan, namun juga meminta diistimewakan. Yang padahal, parkir khusus wanita nyatanya telah diperkenalkan pada tahun 1990 oleh bangsa Jerman dengan tujuan mempertingkat keselamatan wanita dan menghindari risiko pelecehan seksual.

Selain itu, mengapa juga harus tersinggung disamakan dengan difabel?

Apa Itu Feminisme?

Feminisme merupakan sebuah gerakan mencapai kesetaraan dalam segala aspek antara pria dan wanita, terutama pada wanita. Wanita telah berjuang berabad-abad untuk mencapai kesetaraan yang telah dirampas oleh budaya patriarki. Yang dimana sebelum gerakan feminis ini muncul, pria memiliki banyak sekali hak istimewa seperti mendapatkan pendidikan, pekerjaan, dan "hak istimewa" yang lainnya, sementara wanita "terkurung" dalam ranah domestik.

Pandangan yang keliru soal feminisme - menganggap kesetaraan gender diukur bila wanita bisa melakukan hal yang sama seperti pria. Faktanya, secara fisiologi, wanita dan pria itu berbeda - kesetaraan gender tidaklah berarti wanita ingin "Mampu membawa galon air dengan tangan kosong", "Mampu memindahkan barang berat dengan mudah", dan lain sebagainya, melainkan sebuah kesetaraan dalam peluang untuk mandiri dan melakukan suatu hal tanpa dipandang sebelah mata.

Feminisme bukan berarti "membenci pria" melainkan sebuah gerakan dengan keinginan untuk mendapatkan hak yang sama tanpa dianggap lebih rendah hanya karena seorang wanita yang melakukannya.

Sarana khusus perempuan nyatanya merupakan sebuah tindakan afirmatif yang dibentuk agar wanita memiliki peluang yang setara dengan pria dalam perihal mengakses ruang publik yang aman. Pada studi yang dilakukan pada tahun 2022, menunjukkan bahwa 4 dari 5 orang wanita rentan mengalami pelecehan seksual di ruang publik, yang bahkan di tahun 2022; masa pandemi COVID-19 mengharuskan pembatasan aktivitas fisik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun