Heboh, usulan kebaya masuk ke UNESCO karena diajukan bersama-sama negara tetangga Indonesia yaitu Malaysia, Singapura, Thailand, dan Brunei Darussalam atau istilahnya multi-nation. Sementara komunitas dan banyak pegiat kebaya di Indonesia ingin mengajukannya sendiri saja atau single-nation. Lantas baiknya bagaimana ya?
Jadi kita coba mundur sedikit ya, bahwa pengajuan warisan budaya ke UNESCO ini dahulu memang bisa diajukan oleh negara saja, namun belakangan juga harus melibatkan komunitas, lembaga, atau praktisi dari pelaku kebudayaan tersebut. Jadi jika dulu cukup didaftarkan oleh pihak negara, kini komunitas atau masyarakat harus dilibatkan. Di sini lah munculnya keragu-raguan pengajuan kebaya ini dilakukan bersama negara lain atau sendiri.
Situasinya, jika akan diajukan sendiri oleh Indonesia maka Indonesia hanya bisa mendaftarkan warisan budaya nusantara per dua tahun sekali. Sementara budaya Nusantara yang sedang dalam antrian UNESCO sudah ada jamu, reog ponorogo, tempe, dan kain tenun. Semua ini didaftarkan oleh Indonesia sendirian (single-nation) untuk tahun 2023. Jadi, jika kebaya ingin diajukan juga di tahun ini maka kebaya harus menyelak antrian jamu yang sudah masuk daftar on-going nomination 2023. Tapi, jika diajukan bersama (multi-nation), maka pengajuan dapat dilakukan setiap tahun. Dengan kata lain kebaya bisa diajukan tahun ini tanpa harus menunggu atau menyelak antrian.
Contoh warisan budaya yang diajukan secara multi-nation dan berhasil lolos ke dalam daftar warisan budaya dunia UNESCO adalah pantun. Pantun diajukan secara multi-nation oleh Indonesia dan Malaysia tahun 2020. Kesuksesan inilah yang kemudian ingin dilanjutkan dengan mengajukan kebaya. Karena budaya kebaya ini juga ada di Malaysia, Singapura, Thailand, dan Brunei.
Semoga, pihak-pihak yang berkepentingan dan terkait kesehariannya dengan kebaya bisa segera menemukan jalan keluar yang baik, bijak, dan membawa manfaat buat banyak pihak. Tentunya.. kita semua sangat mendukung jika kebaya bisa masuk ke dalam warisan budaya UNESCO... yekan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H