Begitulah faktanya, sungai yang melintas dari Kabupaten Bandung hingga sisi Utara Bekasi mendapat julukan yang memalukan sebagai sungai terkotor di dunia. Saya sendiri tidak dapat membayangkan seperi apa kondisi sungai yang terkotor di dunia itu?Â
Rasanya nyaris semua sungai yang ada di pulau Jawa memang kotor dan banyak sampah kan? Tapi Citarum adalah salah satu yang terparah. Namun kini, julukan tersebut nyaris hilang. Bagaimana bisa?
Siang itu saya diajak berkunjung ke sebuah danau yang berada di ketinggian 1.500 mdpl di sisi Selatan Kota Bandung, namanya Situ Cisanti. Saya tidak terlalu paham dari mana nama Cisanti ini? Mungkin masih berkaitan dengan kata Santi dalam kepercayaan Agama Hindu? Lingkar keliling Danau ini  kurang lebih 2 km, airnya begitu tenang, ditambah lokasinya yang tidak terlalu ramai, nyaman dan sangat sejuk.Â
Sungguh sebuah tempat yang cocok untuk kita merehatkan pikiran. Padahal, kata Bung Andre - seorang prajurit TNI asal Ambon yang bertugas di danau ini, dulunya danau ini sangat kotor, penuh tanaman eceng gondok, sampah, dan berbau.Â
Namun itu hanya terjadi terakhir di dua tahun lalu, karena kini sudah berubah menjadi danau  yang bersih. Lantas apa hubungannya danau ini dengan Citarum?
Danau ini ternyata adalah "Kilometer 0" -nya Sungai Citarum. Mata air Sungai Citarum muncul di danau ini bersama 6 titik mata air lainnya. Dari danau yang luasnya kurang lebih 5 hektar ini, airnya mengalir lewat sebuah celah yang berada dekat pintu masuk pengunjung ke Situ Cisanti ini. Maka tidaklah heran jika akar permasalahan kotornya Sungai Citarum harus dibenahi mulai dari sini.Â
Para masyarakat sekitar pun jadi tertarik datang ke sini, apalagi selain bisa menikmati keindahan danau kita pun bisa wisata budaya karena di lokasi ini terdapat dua tempat yang erat kaitannya dengan budaya leluhur warga Bandung, yaitu makam Dipatu Ukur dan kolam mata air Citarum yang diyakini sebagai tempat pemandian pembersihan jiwa Prabu Siliwangi. Tak heran jika di kawasan danau ini pada hari-hari tertentu banyak didatangi pengunjung pada malam hari.
Sudah cukup banyak upaya pembersihan sungai Citarum, mulai dari Pemprov Jabar sampai lembaga dalam dan luar negeri namun selalu gagal. Kini sungai yang panjangnya 270 km dan melintasi 13 Kabupaten Kota ini tidak bisa dikerjakan sebagian-sebagian, namun harus menyeluruh. Jelas memakan biaya yang sangat besar apalagi jika ingin lekas selesai dalam waktu cepat.Â
Mengapa harus cepat? karena fungsi sungai Citarum ini tidak hanya sebagai pengairan 4.000 hektar persawahan di sepanjang sungai saja tapi juga menjadi bahan baku air minum untuk banyak kabupaten dan kota, termasuk 80% air minum warga DKI Jakarta. Ancaman limbah dan racun pun mengancam 18 juta penduduk yang tinggal di sepanjang sungai.
Maka program besar dicanangkan pada 2018 lalu, Presiden Jokowi langsung mengeluarkan Perpres khusus untuk pembenahan Citarum. Kerjasama Pemda dengan Kementrian dan Lembaga pun dikerahkan.Â
Karena sungai adalah urat nadi lautan, maka Kementrian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) pun langsung menaungi program berat ini berkolaborasi bersama TNI yang menurunkan pasukannya hampir 2.000 personel dari berbagai Kodam selain Kodam Siliwangi.Â
Maka semua pekerjaan pembersihan, perbaikan, hingga sosialisasi ke masyarakat pun dilakukan oleh TNI bekerjasama dengan warga dan komunitas. Presiden memberikan waktu target dalam 7 tahun, namun berkat kerjasama yang masif maka perubahan signifikan Citarum pun sudah bisa terlihat dalam waktu 2 tahun ini saja.
Berkat program pembersihan Citarum, kini Kabupaten Bandung memiliki tempat wisata baru keluarga - Situ Cisanti. Di lokasi pegunungan pedesaan dan hutan yang sejuk. Selain bersih, tidak berbau, nyaman dan sangat layak dikunjungi terutama bagi warga Jawa Barat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H