Mohon tunggu...
Motulz Anto
Motulz Anto Mohon Tunggu... Freelancer - Creative advisor

Pemerhati Kebijakan | Wacana Sosial | Pengamat dan Penikmat Kreativitas, Pelaku Kreatif | Ekonomi Kreatif | motulz.com | geospotter.org | motulz@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kisah Seorang Ibu yang Mengubah Desanya di Kalimantan Selatan

18 Mei 2018   13:45 Diperbarui: 19 Mei 2018   19:36 974
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wisata Hutan Mangrove di Desa Langadai (foto milik @motulz)

Bepergian ke tempat baru itu selalu menarik dan menyenangkan. Kali ini saya diajak berkunjung ke tempat baru bernama Kotabaru. Ya! namanya Kotabaru, bukan kota yang baru tapi sebuah kota yang berada di selatan Kalimantan.

Saya diajak oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (Indocement) bersama beberapa teman blogger lainnya untuk melihat-lihat beberapa aktivitas dan inisiatif dari masyarakat di sana berkolaborasi dengan Indocement.

Yang menarik dari kunjungan ini adalah kami justru tidak diajak melihat aktivitas pabrik semen. Padahal saya sudah terpukau melihat mesin-mesin besar dan gigantik saat kapal motor kami tiba di dermaga Pelabuhan Kompleks Pabrik Tarjun.

Untuk menuju pelabuhan ini saja kami butuh perjalanan dengan perahu motor selama 30 menit menyusuri rawa-rawa hutan bakau hingga selat yang memisahkan antara Pulau Kalimantan dengan Pulau Laut tempat pesawat kami mendarat.

Kotabaru (foto milik @motulz)
Kotabaru (foto milik @motulz)
PT. Indocement Tarjun Kotabaru (foto milik @motulz)
PT. Indocement Tarjun Kotabaru (foto milik @motulz)
Kunjungan pertama kami adalah ke Desa Langadai. Kami mengunjungi ibu-ibu yang membuat makanan ringan sebagai oleh-oleh khas Kotabaru. Salah satu yang khas dan enak menurut saya adalah kerupuk amplang. Kerupuk ini kalau di Sumatera menggunakan ikan tenggiri, nah kalau di sini mereka menggunakan ikan bandeng sebagai bahan dasarnya.

Lalu saya tertarik dengan kisah salah seorang ibu usia kisaran 30 tahun bernama Ibu Adawiyah. Saat pertama memperkenalkan diri Ibu Adawiyah ini sama dengan ibu-ibu lainnya yaitu membuat oleh-oleh khas Kotabaru.

Ibu Adawiyah membuat kudapan dari bahan pakis dan membuat sirup dari buah yang diambil dari pohon mangrove. Akhirnya pembicaraan kami beralih kepada hutan bakau yang ternyata punya kisah tragis dahulunya.

Ternyata Ibu Adawiyah ini merupakan salah satu motor penggerak gerakan menanam kembali hutan mangrove yang gundul. Jadi tak jauh dari kediaman para ibu-ibu ini di Desa Langadai, terdapat sebuah kawasan hutan mangrove yang sempat gundul karena tanaman tersebut dibabat masyarakat untuk dijadikan kayu bakar.

Ibu Adawiyah bersama masyarakat desa berupaya menanam kembali pepohonan di kawasan hutan mangrove agar tidak terjadi abrasi. Inisiatif ini sudah dilakukan sejak tahun 2014 yang kemudian mendapatkan dukungan dari Indocement. Ya betul.. Ibu Adawiyah ini dulunya pernah bekerja untuk perusahaan kontraktor Indocement.

Dukungan yang maksimal ini akhirnya membuahkan hasil. Sudah hampir 21 ribu lebih batang pohon yang ditanamkan di kawasan yang luasnya lebih dari 14 hektar, kini menjadi rimbun kembali. Bahkan, saat ini kawasan hutan mangrove di desa ini malah menjadi tempat wisata masyarakat di Kotabaru.

Ibu Adawiyah (foto milik @motulz)
Ibu Adawiyah (foto milik @motulz)
Hutan Mangrove Desa Langadai (foto milik @motulz)
Hutan Mangrove Desa Langadai (foto milik @motulz)
Selain cerita akan konservasi flora di hutan bakau, kami pun mendapatkan cerita lain yaitu tentang konservasi fauna atau hewan. Ya betul, namanya juga Kalimantan tentu banyak ditemukan hewan di sini. Sayangnya keberadaan beberapa jenis hewan sudah makin langka akibat aktivitas pencurian hewan dan penjualannya di pasar gelap.

Indocement mengambil inisiatif untuk mencoba menjaga dan melestarikan beberapa hewan yang dalam keadaan krisis ini. Dari yang bisa saya lihat kemarin adalah Rusa Sambar, Owa-owa, dan Kera Bekantan. Bayangkan saja, Bekantan ini adalah hewan yang sudah menjadi ikon Kalimantan Selatan namun sudah berada diambang kepunahan akibat pencurian tadi.

Dalam upayanya ini Indocement sadar bahwa hal ini tidak mudah maka dilakukanlah kerja sama ke berbagai pihak yang jauh lebih paham dalam melestarikan fauna di sekitar lokasi pabrik.

Selain melestarikan hewan langka, ternyata kami juga melihat kegiatan pelestarian hewan yang produktif yaitu lebah madu. Yang asiknya lebah ini ternyata tidak memiliki sengat sehingga kami semua bisa dengan santainya menyeruput madu yang berada di sarang tawon dengan sedotan langsung. Rasa madu ini agak manis-manis asam, berbeda dengan madu pada umumnya.

Madu ini dihasilkan oleh Lebah Kenceng, yang oleh pihak Indocement juga diajarkan ke warga sebagai upaya membudidayakan madu lebah agar bisa dijadikan penghasilan tambahan masyarakat. Dari semua ini bisa kita temukan dan lihat di kawasan yang disebut IWEC atau Indocement Wildlife Education Center. Ya tempat ini akhirnya menjadi tempat wisata edukasi anak-anak sekolah yang berada di Kotabaru.

Cerita Ibu Adawiyah dan yang lainnya tadi akhirnya melengkapi perjalanan saya selama beberapa hari di Kotabaru Kalimantan Selatan ini. Sebuah kota yang semestinya panas terik matahari karena lokasinya tidak jauh dari lintasan garis khatulistiwa. Kami beruntung karena saat berkunjung ke sini cuaca lebih sering diguyur hujan sebentar saja sehingga dalam perjalanan ke sana-sini tadi kami tidak merasakan kepanasan.

Semoga lain waktu kami bisa berkunjung ke Kotabaru lagi. Sebagai kunjungan penutup, kami diajak jalan-jalan menikmati sebuah dermaga kayu di Desa Tarjun. Terima kasih Indocement!

Oh iya... Ingin melihat kisah perjalanan saya di Tarjun Kotabaru? Tonton video di bawah ini :)


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun