[caption caption="(Foto milik @motulz)"][/caption]Teror bom di Sarinah Jakarta baru saja usai, namun pembahasannya masih hangat. Sudah berapa banyak kalian temukan teori konspirasi yang mengaitkan kejadian bom ini sebagai upaya pengalihan isu? Isu baju Agnes Monica? Kopi sianida? JK jadi saksi? Papa Minta Saham? atau divestasi Freeport? Setiap teori rasanya memiliki argumen dan alasan yang bermacam-macam. Namun mana yang kira-kira benar memiliki kerterkaitan?
Sebelum Jakarta diguncang bom, media massa dan media sosial hiruk-pikuk dengan pembahasan kontrak Freeport. Bahkan pada hari teror bom di Sarinah berlangsung tidak sedikit juga yang mengaitkan bahwa malapetaka tersebut merupakan bagian dari upaya pengalihan isu karena Freeport sedang melepaskan sebagian sahamnya. Mengapa Freeport sampai melakukan pelepasan sahamnya?
Saat ini pasar dunia komoditas mineral sedang anjlok. Hampir banyak perusahaan tambang sedang melakukan strategi penghematan. Dampak dari kondisi ini jelas melemahkan keuangan perusahaan-perushaaan tambang, termasuk perusahaan-perusahaan tambang di Indonesia. Kondisi ini ternyata memberikan dampak langsung pada upaya pemerintah dalam mendorong pembangunan smelter. Sebagai sebuah syarat, perusahaan-perusahaan tambang asing tidak boleh lagi mengirimkan bahan mentah keluar Indonesia sebelum diolah di dalam smelter. Maka smelter ini menjadi salah satu syarat kewajiban.
Namun demikian dengan lesunya pasar komoditas mineral saat ini tentu akan mempengaruhi anggaran pembangunan smelter tadi. Tidak sedikit perusahaan pertambangan di Indonesia yang sudah bersiap membangun smelter pun akhirnya agak menginjakkan remnya. Mereka mengambil sikap wait and see, sementara pemerintah tidak mungkin juga menunggu situasi ini terlampau lama.
Kembali ke Freeport tadi, memang ini hanya salah satu contoh saja. Freeport sudah memasuki masa deadline untuk melakukan divestasi sahamnya kepada pemerintah. Sebetulnya pemerintah Indonesia sudah menunggu angka divestasi ini sejak akhir tahun lalu. Pemerintah sempat melayangkan dua kali surat teguran kepada Freeport pada awal November dan Desember 2015. Akhirnya Freeport diberi waktu 90 hari untuk melakukan penawaran hingga 14 Januari 2016, tepat di mana hari itu terjadi bom teror. Wajar saja jika akhirnya topik ini menjadi ramai dikait-kaitkan oleh publik. Tapi apa iya ada dampak pengalihannya? saya tidak tahu, nampaknya sih tidak ada.
Kelesuan pasar komoditas mineral sungguh dijadikan alasan bagi para perusahaan tambang saat ini. Rencana pembangunan smelter pun akhirnya terhenti. Namun demikian ternyata pemerintah Indonesia tidak kehabisan akal, mereka melakukan beberapa strategi yang mampu mendorong atau membantu kelesuan yang dialami para perusahaan tambang ini. Dari yang saya baca adalah upaya pemberian insentif, tax holiday, tax allowance, atau apalagi lah, saya tidak paham detilnya. Namun dengan kebijakan tersebut diharapkan para perusahaan tambang tidak kesulitan dalam membiayai pembangunan smelter-smelternya.
Saya pikir pemerintah (melalui Kementrian ESDM dan Kementrian Perindustrian) harus kompak dan sinergi dalam melakukan strategi ini. Jangan sampai situasi yang melambat ini juga membuat kelambatan di tubuh dua kementrian yang berkait. Jangan ada dualisme kebijakan, karena jika ada dualisme maka akan jadi blunder dan makin dimanfaatkan situasinya sebagai upaya buying time oleh para perusahaan tambang.
Divestasi saham Freeport hanyalah salah satu dari beberapa syarat yang diberikan pemerintah kepada Freeport. Salah satu syarat lainnya adalah pembangunan smelter juga. Bukan tidak mungkin jika situasi pasar komoditas mineral dunia tetap melambat maka situasi tersebut akan dijadikan alasan keterlambatan pula oleh pihak Freeport. Yang mana sebetulnya situasi tersebut wajar namun sayang bagi pemerintah karena akhirnya harus menunda lagi rencana pembangunan smleter-smelter itu. Semoga perhatian pemerintah tidak teralihkan oleh isu macam-macam dan tetap fokus pada rencana awalnya. Mari sama-sama kita pantau..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H