Mohon tunggu...
Motulz Anto
Motulz Anto Mohon Tunggu... Freelancer - Creative advisor

Pemerhati Kebijakan | Wacana Sosial | Pengamat dan Penikmat Kreativitas, Pelaku Kreatif | Ekonomi Kreatif | motulz.com | geospotter.org | motulz@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kantong Kresek: Sampah? Atau Tempat Sampah?

28 Agustus 2015   08:30 Diperbarui: 3 September 2017   17:09 4905
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa waktu lalu, saya mengikuti sebuah ajang menggambar sketsa di Singapura. Pesertanya banyak sekali berasal dari 36 negara. Kami semua menggambar di jalanan, taman, bahkan pasar. Yang menarik adalah hampir semua peserta membawa kantong kresek dalam tasnya, untuk apa? Ya.. untuk menyimpan sampah.

Sejak lama, mungkin saya adalah salah satu orang yang "bersahabat" dengan tas plastik / kantong kresek. Setiap ke warung atau toko saya tidak pernah menolak saat diberi kantong kresek. Kecuali saat ke toko buku yang kantong kreseknya kecil dan keras. Kenapa? Karena jenis kantong kresek tersebut tidak pas atau terlalu sempit untuk saya gunakan sebagai tempat sampah.

Banyak sekali kampanye atau gerakan "anti kantong kresek", alasannya adalah karena kantong kresek dianggap hanya menambah tumpukan sampah saja. Saya pikir itu ada benarnya, hanya saja saya berfikir agak berbeda, mengingat masih minimnya kesadaran masyarakat dalam mengelola dan membuang sampahnya.

Idin - seorang tukang mie tektek keliling di daerah rumah orang tua saya, selalu menggantungkan kantong kresek di gerobaknya sebagai tempat sampah bekas kulit telor. Di beberapa tukang mie tektek lain sampah telur dibuang ke dalam gerobak, dikumpulkan di sana untuk kemudian dibuang ke tempat sampah saat bertemu tempat sampah, tapi ia harus memungut satu-satu. Bagi Idin, alasannya supaya simpel saja karena saat bertemu tempat sampah si kantong kresek berisi kulit-kulit telor tadi tinggal dibuang sekaligus dan tidak berceceran.

Contoh barusan menjelaskan bahwa masih banyak masyarakat kita yang belum terbiasa dalam mengumpulkan sampah. Apalagi kita tahu akan minimnya tempat sampah di tempat-tempat umum bukan? Dengan demikian fungsi kantong kresek sebagai pengumpul sampah sementara sangat dibutuhkan. Apalagi selain itu kantong kresek sebetulnya bisa dimanfaatkan sebagai kantong sampah agar lebih rapih dan tidak berantakan (trash bag).

Bagi saya, budaya trash bag ini lebih penting dibangun di masyarakat ketimbang budaya "ramah lingkungan" dan budaya "memilah sampah". Saya tidak terlalu paham melihat banyak sekali tempat sampah di kota-kota besar yang dibagi menjadi : sampah organik - non organik - kertas - dan seterusnya. Apa iya pemilahan tersebut berkelanjutan hingga di TPA? Saya pernah melihat tukang sampah mengangkut isi dari ketiga tempat sampah tersebut dengan cara dicampur begitu saja. Lha terus buat apa tadi dipilah? Apakah infrastruktur pengolahan sampah yang dipilah ini benar sudah berjalan? atau cuma "ingin terlihat" seperti di luar negeri saja?

Gerakan sadar akan sampah yang terpilah dan ramah lingkungan menurut saya perlu. Di luar negeri gerakan ini sudah berjalan dan sangat membantu pemerintah kota dalam mengelola dan mengolah sampah. Pemilhan sampah kertas, beling, hingga sampah non-organik memang sengaja dipisah sejak awal karena pengolahannya memang berbeda. Tapi apa iya di Indonesia sudah di tahap situ? Bisa jadi saya salah, namun saya pun juga gemas melihat banyak warga yang asal buang sampah baik di jalan, di mobil, di angkutan umum yang ketika ditegur alasan mereka adalah: "habis ga disediain tempat sampah sih..!" - DISEDIAIN

Sampah.. adalah malapetaka dan bencana di sebuah kota besar. Kepedulian masyarakat akan sampah harus dibangun. Mulai dari orang tua kepada anak-anaknya, guru kepada siswa-siswinya, ulama dan pemuka agama kepada umat dan jamaahnya, juga termasuk pemerintah terhadap warganya. Ini merupakan kesadaran dan kepedulian bersama.. bukan tugas. Kita bisa menderita karena sampah, mulai dari sekedar bau, kotor, sumber penyakit, bahkan sumber bencana banjir. Tapi sejauh mana warga itu sendiri peduli atas pengelolaan sampah di sekitar dirinya? Ternyata masih minim sekali. Ungkapan "Kebersihan adalah sebagian dari iman" pun rasanya tidak mengusik para warga yang beriman. Orang tua dan guru yang melihat anak-anaknya buang sampah sembarangan pun tidak terusik untuk menegur apalagi menghukum. Kita buang sampah ke jalan, taman, lapangan, bahkan sungai dan laut pun seolah tidak peduli karena merasa nanti pun akan ada petugas yang membersihkan.

Saya merasa, situasi darurat saat ini adalah kesadaran warga untuk "mengumpulkan sampah" dulu, jangan dicerai-berai atau dibuang secara acak-acakan. Jika anda di dalam bus, angkot, mikrolet dan seterusnya, siapkan kantong kresek untuk mengumpulkan sampah. Saat anda di dalam pasar, taman, tepi jalan raya dan tidak menemukan tempat sampah, siapkan kantong kresek pemberian dari toko untuk mengumpulkan sampah sementara, nanti jika pas ada tempat sampah barulah si kantong kresek itu dibuang ke sana. Lalu apabila anda mendapatkan kantong kresek besar saat belanja di toko, manfaatkan kantong kresek tersebut sebagai alas dari tong sampah anda, karena akan memudahkan saat ingin membuang isi sampah dan sampah tidak tercerai-berai.

Tahukah bahwa di luar negeri sana, untuk mengumpulkan sampah rumah tangga itu dibutuhkan trash bag (kantong plastik sampah)? dan saat kita belanja di toko, kita akan ditanya mau pakai kantong kresek atau tidak? Bukan karena ramah plastik tapi kantong kreseknya itu harus kita bayar. Sementara di Indonesia, kemana pun kita belanja maka kita akan mendapatkan kantong kresek gratis! Bahkan jika barang belanjaan kita agak berat lalu kita minta EXTRA kantong kresek yang besar, akan diberi tanpa harus bayar! Nah.. kenapa kita tidak ajak masyarakat untuk memanfaatkan kantong-kantong kresek tersebut sebagai kantong pengumpul sampah? Saya pikir fase ini lebih dibutuhkan dibanding fase kesadaran masyarakat atas isu kantong kresek sebagai limbah plastik.

Ada pandangan lain? Saya terbuka koq untuk segala gagasan demi kesadaran masyarakat untuk perang melawan sampah :D

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun