Mohon tunggu...
Liyaswandari
Liyaswandari Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Cinta Seni

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku dan Hobi

18 Juni 2014   18:40 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:15 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepertinya niat saya menulis untuk mata pencaharian harus dihapus. Tak perlu menjadi penulis naik kelas. Saya cukup menjadi penulis biasa-biasa saja agar goresan saya bermanfaat untuk orang lain saja. CUKUP. Agar pundi-pundi itu tak terlalu membayang-bayangi saya. Tak mau lagi uang menjadi motivasi, tak perlu lagi diiming-imingi uang sebagai motivasi.

Sejak kecil, ibu mengajari saya menulis, membaca, menggambar, musik, dan mengaji untuk menyembuhkan hati yang yang terkadang sunyi. Ah, Bertahun-tahun saya mengerjakan semua itu dengan bahagia. Karena saya sangat bersyukur difasilitasi orang tuaku untuk mengerjakan semua yang sayasuka.

Uang itu BONUS!

Ideologi telah masuk. Sebegitu mudahnya meruntuhkan kebiasaanku dua puluh tahun lamanya. Ideologi itu masuk, pelan namun pasti. Bacaan tetang tulisan menjadi uang pun semakin lama semakin lahap kubaca.

Ada yang aneh dengan saya....

Masih ingatkah kamu saat kamu mengajar tanpa dibayar tapi kamu tetap bahagia? menulis apapaun yang kamu suka dan bahagia dengan tersebarnya bahagia yang kamu rasakan? Kamu menulis apapun tanpa dibayar? Bermain musik untuk kado? Mengaji untuk mensyukuri. Menggambar untuk berbagi kebahagiaan?

Haruskah aku berhenti menulis karena ideologi telah terganti? Berhenti menjalani hobi karena tak merasa dihargai? Justru penghargaan itu dari dirimu sendiri. 

Sepertinya aku harus kembali. Menjauh dari orang-orang yang berbeda ideologi tentang hobi. Aku ingin kembali, menjalani hobi itu melebihi rejeki.

Ketika kamu memulai dari uang, ketika tak mencapai target, hidupmu akan hampa. dari luar tampak luar bisa, tetapi hatimu kosong. Aih, sedihnya....

Ketika kamu berangkat dari niat yang baik, uang adalah bonus! Hidup akan sempurna! Rejekimu tak kan kemana.

Selamat datang ideologi lama! 

Maaf ya kemarin singgah bentar. Namanya juga belajar kehidupan 
Semangat Pagi ;D

Nasehat dari diri sendiri makbedunduk habis makan siang, hehe.

Arief Rochimul Hidayat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun