1. Meningkatkan penggunaan teknologi.
Teknologi telah digunakan sebagai alat untuk menyelesaikan permasalahan transparansi dan alat penting melawan korupsi. Ada tiga komponen teknologi yang digunakan, yaitu: blockchain, big data analytics, dan artificial intelligence (AI).Â
Teknologi blockchain dapat digunakan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pelayanan publik. Teknologi big data analytics dapat memeriksa sejumlah besar data untuk mengungkap pola tersembunyi, korelasi, dan wawasan lainnya, serta memungkinkan untuk menganalisis data dan penjelasannya.Â
Teknologi artificial intelligence (AI) dapat menganalisis dengan canggih dan menghasilkan wawasan luas yang dapat digunakan untuk mencegah, mendeteksi, dan mengungkap korupsi dengan lebih baik.Â
MarketsandMarkets (2021) melaporkan bahwa, "Pertama, pasar blockchain global pada tahun 2020 sebesar USD 3,0 miliar dan menjadi USD 39,7 miliar pada tahun 2025, dengan compound annual growth rate sebesar 67,3%.Â
Kedua, pasar big data analytics global pada tahun 2020 sebesar USD 138,9 miliar dan menjadi USD 229,4 miliar pada tahun 2025, dengan compound annual growth rate sebesar 10,6%. Â
Ketiga, pasar artificial intelligence (AI) global pada tahun 2018 sebesar USD 21,46 miliar dan menjadi USD 190,61 miliar pada tahun 2025, dengan compound annual growth rate sebesar 36,62%.
2. Pastikan bahwa ESG (Environmental, Social, and Governance) memiliki tata kelola yang baik.
Governance harus diperlakukan dengan rasa urgensi, memiliki prioritas utama, sehingga lebih efektif mempengaruhi faktor yang lainnya.Â
Menginvestasikan lebih banyak upaya pada Governance akan membantu membangun budaya integritas yang kokoh dalam pemberantasan korupsi.Â
ESG juga merupakan dasar terbentuknya Sustainable Development Goals (SDGs) yang bertujuan untuk mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan, dan melindungi lingkungan.