Mohon tunggu...
Dr. Moses Simanjuntak
Dr. Moses Simanjuntak Mohon Tunggu... Konsultan - An Economist and A Statistician

Manage +/- inside me, always try to do the best, don't forget to take time to refresh (watching movies, listening to music, always making jokes as well)

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Keberadaan "Black Swan" Mencerminkan Ketidakpastian pada Perekonomian yang Diakibatkan oleh Pandemi Virus Corona dan Solusi Tahapan Menuju New Normal

30 Maret 2020   12:35 Diperbarui: 18 Mei 2020   08:11 571
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Pada saat sekarang ini, data real time kasus pandemi virus corona terbanyak di tiga negara adalah Amerika, Italia, dan Tiongkok [1]. Kasus pandemi virus corona yang sudah berdampak pada perekonomian global, dikenal sebagai keberadaan "Black Swan". Keberadaan "Black Swan" sangat jarang terjadi, menyebabkan skala yang besar (global), tidak bisa diprediksi dampaknya terhadap kehidupan sosial masyarakat maupun bisnis, dan pada priode ketidakpastian yang tinggi (MIT Sloan School of Management, Maret 2020).

"Black Swan" pertama kali diperkenalkan oleh Nassim Nicholas Taleb pada tahun 2007. Selain pandemi virus corona, keberadaan "Black Swan" lainnya misalkan serangan teroris pada 11 September 2001 dan tsunami di pasifik pada Desember 2004. Ben Bernanke, Former Federal Reserve Chairman, menyatakan bahwa keberadaan "Black Swan" saat ini, "This is a very different animal from the Great Depression" (CNBC, Maret 2020).

Di situasi ketidakpastian seperti sekarang ini, baik yang berdampak pada perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat, maka program prioritas yang diperlukan adalah keberlangsungan hidup, dan di saat yang sama juga mencari solusi jika nantinya krisis berlalu dan kembali menjadi kehidupan yang normal atau menemukan keseimbangan yang baru. Para pemimpin yang berasal dari pemerintahan, BUMN, maupun swasta, harus dapat mengendalikan situasi krisis dan harus berhasil membawa organisasinya untuk menemukan keseimbangan yang baru (in the future, post-pandemic).

Terdapat lima tahapan untuk mencapai keseimbangan yang baru, yaitu: "Resolve (Response), Resilience, Return (Reactivation), Reimagination, and Reform". (McKinsey & Company, Maret 2020). Resolve adalah penentuan dari seberapa besar skala respons bisnis yang diperlukan dan bagaimana mencapainya sehingga terjamin dan berkelanjutan. Disamping itu, perlu diperhatikan juga mengenai kecepatan, dan kedalaman tindakan yang diperlukan di tingkat negara, daerah, maupun bisnis.

Keputusan yang mungkin bisa diambil nantinya adalah lockdown atau tidak, isolasi atau karantina, menutup perusahaan atau tidak. Resilience yaitu membuat dan mengembangkan rencana yang jelas untuk berbagai kemungkinan skenario ekonomi. Return (Reactivation) yaitu memulai atau menilai kembali, dan mengembalikan bisnis menjadi sukses ke tingkat produksi. Reimagination yaitu meningkatkan operasi bisnis agar menjadi lebih tangguh. Reform yaitu pelajari bagaimana memitigasi jika terjadi lagi skenario "Black Swan" di masa yang akan datang.

Tahap pertama adalah Resolve, yaitu pemerintah melakukan peningkatan komunikasi dan koordinasi antar lembaga untuk memantau dan memitigasi dampak pandemi virus corona terhadap kehidupan sosial masyarakat maupun perekonomian Indonesia [2]. Lembaga yang mengkoordinir dampak pandemi terhadap kehidupan sosial masyarakat adalah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang dibantu oleh Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta lembaga lainnya.

Lembaga yang terlibat untuk mengurusi dampak pandemi terhadap perekonomian adalah Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan lembaga lainnya. Pemerintah memiliki tugas untuk memastikan ketersediaan sistem perawatan kesehatan yaitu fasilitas dan tenaga medis yang terlatih, khususnya untuk pasien akibat virus corona diberikan secara gratis. Mempercepat untuk memenuhi permintaan kebutuhan pokok di daerah kritis dan terjaminnya rantai pasok makanan yang mudah dijangkau oleh masyarakat dengan kualitas produk yang baik dan harga yang relatif tidak mahal.

Peningkatan mengedukasian masyarakat mengenai the physical distancing (frasa yang digunakan WHO sejak 20 Maret 2020 sebagai pengganti frasa the social distancing), termasuk pembelajaran online, bekerja dari rumah (work from home), dan komunikasi antar masyarakat di medsos. Untuk mempercepat tercapainya program the physical distancing, dibutuhkan dukungan BUMN terhadap internet murah atau gratis.

BNPB harus memiliki call center 24 jam dengan pelayanan yang terbaik, sehingga bisa dengan cepat memberikan informasi ke masyarakat. Untuk mengurangi dengan cepat dampak buruk pandemi virus corona, ada baiknya bahwa  pemerintah bekerja sama dengan Tiongkok untuk penanggulangan pandemi, dimana Tiongkok sudah berhasil dan berpengalaman mengurangi kasus tersebut dengan cepat.   

Tahap kedua adalah Resilience, yaitu pemerintah membuat sistim perlindungan kesehatan masyarakat. Untuk perekonomian adalah, tetap menjamin likuiditas dan solvabilitas di pasar sehingga bisa menjaga agar sistem keuangan tetap berfungsi. Disamping itu, perlu juga dipertimbangkan faktor penurunan dari PDB atau mungkin terjadinya the great depression, meningkatnya angka pengangguran, dan mulai hilangnya kepercayaan untuk berbisnis.

Tahap ketiga adalah Return (Reactivation), yaitu pemerintah harus dengan cepat mengaktifkan kembali seluruh rantai pasokan dan harus menilai kembali seluruh sistem bisnis serta merencanakan tindakan kontinjen untuk mengembalikan bisnis ke tingkat produksi yang lebih efektif dengan kecepatan dan skala yang diinginkan. Pemerintah perlu juga melakukan program pengembangan vaksin dan pengobatan untuk menangani kejadian "Black Swan" di masa yang akan datang (gelombang kedua, ketiga, dan seterusnya).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun