Mohon tunggu...
Moses Joshua Lesmana
Moses Joshua Lesmana Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa SMA Kolese Kanisius

Entahlah

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sebuah tanggapan: Teks Anekdot Sebagai Sarana Efektif Dalam Kritikan

15 Mei 2023   18:20 Diperbarui: 15 Mei 2023   18:40 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari artikel yang sudah dibuat, saya melihat kalau penulis sebenarnya ingin menyampaikan pernyataan bahwa masyarakat Indonesia memerlukan seorang pemimpin yang dapat menyampaikan kritik dengan cara yang sopan dan lucu. Penulis mengambil figur Gus Dur yang pernah menjabat sebagai presiden ke-4 Indonesia, dan dikenal dapat menyampaikan kritikannya dengan cara yang sopan akan tetapi lucu. Tentu saja permasalahan ini adalah permasalahan yang terdapat di Indonesia dan dalam ruang lingkup nasional. Penulis merasa diperlukannya humor pada seorang pemimpin agar pemimpin negara dapat menyampaikan kritikan terhadap permasalahan yang ada di negaranya, agar dapat permasalahan tersebut dijadikan pembelajaran bersama, namun tetap tersampaikan dengan cara yang sopan dan lucu.

Anekdot sesungguhnya adalah sebuah teks yang dibuat dengan tujuan untuk mengkritik seseorang, namun gaya bahasa yang digunakan adalah menyindir sehingga menimbulkan kesan bahwa teks tersebut lucu. Teks anekdot sendiri harus menyinggung seseorang atau sebuah peristiwa, karena jika tidak maka namanya bukan teks anekdot melainkan hanya sebuah cerita lucu. Teks anekdot juga merupakan teks yang isinya relatif singkat dan memiliki kaidah kebahasaan yang unik, sehingga berbeda dengan teks cerpen dan teks narasi biasa.

Hakim 

Penulis: Moses Josua Lesmana 

Suatu hari di ruang tamu, Bondan dan Ibunya sedang menonton televisi tentang kasus pengadilan bersama. Ayah sedang membaca koran di samping mereka sambil makan pisang dan minum kopi. Karena bingung kenapa hakim dipanggil "Yang Mulia", Bondan akhirnya bertanya kepada ibunya. 

Bondan: "Bu, kenapa hakim dipanggil "Yang Mulia"?" 

Ibu: "Susah jelasinnya nak, kamu cari di Google aja" 

Bondan: "Jelasin singkatnya aja bu, gapapa" 

Ibu: "Menurut ibu yah?, hmmm. Kalo menurut ibu, hakim dipanggil "Yang Mulia" karena rasa penghormatan kita kepada hakim itu sendiri. Hakim kan harus adil dan netral dalam mengambil keputusan, tugasnya juga berat. Jadi dipanggil "Yang Mulia" karena tanggung jawabnya yang besar. Gitu sih menurut ibu nak" 

Bondan: "Oh gitu bu. Kalau hakimnya ga adil sama ga netral dipanggil apa dong bu?" 

Ayah : "Hakimnya dipanggil Yang Maha Kuasa kali?" 

Ayah & Ibu: "Hahahaha" 

Bondan: "???"

Hal yang menarik dari teks anekdot ini adalah ketika menyinggung seorang hakim yang terkadang menerima suap, sehingga keputusan pengadilan yang diberikan tidak adil. Panggilan "Yang Maha Kuasa" merupakan sindiran bagi hakim yang tidak adil dalam membuat keputusan sidang, dimana hakim tersebut akan mati dan diadili oleh Tuhan dengan sangat adil. Dengan demikian, dapat dilihat jika sebenarnya teks anekdot bukan hanya sekedar sebuah teks yang menghibur dan lucu, akan tetapi juga menyinggung seseorang, sebuah peristiwa, situasi, maupun isu.

Maka, fungsi dominan dari teks anekdot adalah sebagai sarana untuk mengkritik. Kejenakaan yang tergambarkan dalam teks anekdot merupakan fungsi sampingan dalam teks dalam aneknot. Fungsi sampingan tersebut dapat membuat kritikan yang disampaikan dapat lebih diterima dengan baik, sekaligus menjadi hiburan. Kombinasi dari kedua fungsi ini menciptakan sebuah sarana kritikan yang dapat menarik perhatian audiens, sehingga teks anekdot dapat berfungsi sebagai sarana yang efektif dalam menyampaikan teks anekdot

Banyak peristiwa di lingkungan sekitar yang menggunakan teks anekdot. Contohnya, Pak Jokowi sendiri ketika melakukan kunjungan ke Lampung sudah menggunakannya. Beliau menyinggung betapa rapi dan luar biasanya jalan yang disediakan di Lampung dengan memberikan konteks jenaka. Mungkin Pak Jokowi tidak ingin menyampaikan kritikan terhadap wilayah Lampung saat diwawancarai. Namun secara tidak langsung, Pak Jokowi ingin mengkritik kepala daerah yang bertanggung jawab atas wilayah Lampung.

Kesimpulannya, teks anekdot memiliki peran penting dalam menyampaikan sebuah kritikan kepada seseorang atau kepada sebuah peristiwa dengan memberikan kelucuan di dalamnya, sehingga kritikan yang disampaikan kepada pihak yang disinggung dapat diterima dengan baik di tengah masyarakat. Fakta uniknya, Gusdur memiliki ciri khas untuk selalu menggunakan teks anekdot, dan tentunya masyarakat Indonesia memerlukan sosok pemimpin seperti beliau. Dengan adanya sosok kepemimpinan dari Gus Dur, masyarakat Indonesia dapat menerima dan memahami bagaimana permasalahan yang terdapat di Indonesia lewat sebuah "perumpamaan" yang bersifat menghibur, walaupun terkadang terjadi kontraversi dan kesalahpahaman bila tidak ditangkap dengan kritis dan terbuka. Pada akhirnya, masyarakat Indonesia memerlukan pemimpin yang dapat menyampaikan kritikan kepada sebuah masalah dengan memasukkan kelucuan di dalamnya, agar orang-orang dapat memahaminya dengan mudah.

AH/01

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun