Mohon tunggu...
Mosa Aura Widka
Mosa Aura Widka Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa bidang farmasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memerdekakan Pendidikan Melalui Pemerataan Tenaga Pendidik di Wilayah Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta

14 Mei 2022   21:40 Diperbarui: 14 Mei 2022   21:59 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ketika seseorang dinilai cerdas, itu karena otak mereka sering terasah, berbeda dengan mereka yang jarang bahkan tidak mendapatkan pendidikan yang layak maka akan cenderung tumpul dalam berfikir. 

Pemerataan guru di Yogyakarta didukung oleh adanya sekolah Tamansiswa, dimana tempat tersebut menjadi barometer pendidikan di Indonesia yang telah banyak melahirkan tokoh tokoh perjuangan nasional untuk bangsa. Sekolah Tamansiswa didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada 3 Juli 1922[4]. 

Dari sekolah tersebut muncul tiga semboyan Tamansiswa yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, yang berarti ‘di depan memberi contoh’,  Ing Madya Mangun Karsa, yang berarti ‘di tengah membangun semangat’, Tut Wuri Handayani, yang berarti ‘di belakang memberikan dorongan’[5]. Ketiga semboyan tersebut diibaratkan bagi seorang guru yang artinya guru memberikan contoh, semangat, dan dorongan bagi siswa. 

Guru merupakan elemen penting dalam dunia pendidikan. Tanpa adanya guru yang berkualitas maka seorang siswa juga tidak dapat terdidik dengan baik. Maka dari itu Pemerataan guru antara desa dan kota sangat dibutuhkan.

Berbagai cara telah diupayakan untuk pemerataan tenaga pendidik atau guru khususnya di daerah pedesaan. Mulai dari sosialisasi pemerataan guru hingga dibentuknya suatu program mengajar. Sebaiknya upaya pemerataan ini dapat dimulai dari hal yang paling kecil, karena dengan cara seperti itu kita bisa  bisa melihat bagaimana efektifitasnya secara bertahap. 

Cara paling mudah untuk memeratakan guru dalam konteks mahasiswa yaitu mengembangkan program Indonesia Mengajar yang merupakan ide awal dari Anies Baswedan. Cara lain yang dapat dilakukan yaitu, guru PNS pada satuan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah daerah dapat dipindahtugaskan antarsatuan pendidikan, antarjenjang, antarjenis pendidikan, antarkabupaten/kota, dan antarprovinsi[6]. 

Mungkin sudah banyak kampus yang menerapkan program ini untuk membantu pemerataan guru di daerah-daerah kecil. Sebagian besar mahasiswa tingkat akhir tersebut akan dikirim untuk beberapa bulan untuk mengajar yang biasa disebut dengan Pengiriman Tenaga Mahasiswa (PTM)[7]. 

Cara tersebut efektif untuk dilakukan karena dengan adanya program tersebut dapat membantu mahasiswa untuk mempraktekkan secara nyata hal-hal yang akan dilakukan ketika menjadi seorang guru.

Untuk mewujudkannya, penulis menyarankan bahwa program mahasiswa mengajar di daerah kecil tidak hanya berfokus pada siswa dan pembelajaran akademik saja, tetapi juga dapat berfokus pada peran orangtua dan pembelajaran non akademik. 

Karena pada dasarnya, siswa lebih banyak waktu dirumah bersama orangtua daripada belajar disekolah. Pembelajaran non akademik sangatlah penting bagi siswa karena jika hanya pembelajaran akademik saja itu tidak akan cukup untuk menunjang masa depan siswa. 

Penulis mengajak siswa untuk melakukan pembelajaran non akademik yang memungkinkan dilakukan di rumah bersama orangtua. Melihat kekayaan alam yang dimiliki daerah Gunungkidul, siswa dapat mengembangkan kreativitas dan bakatnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun