Ketersedian air bersih dan sabun di suatu wilayah juga dapat mempengaruhi budaya CTPS pada masyarakat. Penelitian (Trijayanti, 2019) menunjukan bahwa sekolah yang memiliki fasilitas cuci tangan seperti air bersih dan sabun, memiliki tingkat budaya CTPS yang lebih baik dibandingkan dengan sekolah yang tidak memiliki fasilitas cuci tangan. Selain itu, ketersedian air bersih tidak hanya berhubungan dengan budaya CTPS, namun juga dengan AMR. Kualitas air yang buruk akan menjadi media transmisi serta berkembangnya mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan penyakit infeksius sehingga berisiko terhadap terjadinya AMR. Oleh sebab itu, ketersedian air bersih di Indonesia juga harus diperhatikan sebagai salah satu upaya pencegahan terhadap dampak negatif dari AMR.
Kesimpulan
Keberadaan antimikroba di masyarakat seperti pisau bermata dua. Pada satu sisi sebagai  perawatan penyakit infeksius, namun sisi lainnya dapat menyebabkan AMR. Pencegahan  AMR tidak cukup hanya dengan edukasi dan promosi penggunaan antimikroba yang tepat, akan tetapi perlu langkah awal untuk mengkontrol penyebaran infeksi mikroorganisme dengan menumbuhkan budaya CTPS. Budaya CTPS di Indonesia dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antar lain: kesadaran masyarakat mengenai WASH, ketersediaan air bersih dan sabun, serta dukungan sosial dari keluarga (family and environmental health). Dengan ini diharapkan pemerintah dapat melakukan inovasi program pengendalian AMR yang juga berfokus pada tindakan pencegahan penyebaran infeksi mikroorganisme sehingga masyarakat terhindar dari penyakit infeksius dan AMR serta tidak memiliki ketergantungan dengan obat antimikroba.
Referensi
Arrang, S. T., Cokro, F., & Sianipar, E. A. (2019). Penggunaan Antibiotika yang Rasional pada Masyarakat Awam di Jakarta. Jurnal Mitra, 3(1), 73–82.
CDC. (2019). Antibiotic Resistance Threats in The United States 2019. In Centers for Disease Control and Prevention. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.15620/cdc:82532. U.S.
Doria, M. de F. (2010). Improving effectiveness and efficiency in the water sector. Water Policy, 12(1), 1–7. https://doi.org/10.2166/wp.2009.051
Dwinta, E., Estiningsih, D., Nurinda, E., & Kusumawardani, N. (2021). Peningkatan Pengetahuan dan Kepedulian Kesehatan Masyarakat Terhadap Resistensi Antimikroba dengan Media Komunikasi Radio. Epmas: Edukasi dan Pengabdian Masyarakat, 1(1), 25–32.
Handayani, R. S., Siahaan, S., & Herman, M. J. (2017). Resistensi antimikroba dan penerapan kebijakan pengendalian di rumah sakit di Indonesia. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, 1(2), 131–140.
Hestiyani, R. A. N., Krisniawati, N., Peramiarti, I. D. S. A. P., Handini, T. O., Nitihapsari, G. Y., Widi, A. P. K. N., & Anjarwati, D. U. (2021). Dekolonisasi Multidrug-Resistant Organisms (MDRO’s) dengan Cuci Tangan sebagai Upaya Pengendalian Resistensi Antibiotik Pada Kelompok Masyarakat di Kabupaten Banyumas. Jurnal ABDI, 6(2), 94–98.
Kumala, C. (2021). The Current State of WASH Facilities in Indonesian School: Washing Hands to Safely Reopen Schools for All. worldbank.org. https://blogs.worldbank.org/eastasiapacific/current-state-wash-facilities-indonesian-school-washing-hands-safely-reopen-schools