Mohon tunggu...
Erik yunanto
Erik yunanto Mohon Tunggu... mahasiswa -

Erik yunanto

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cinta yang Hilang

26 Februari 2019   11:46 Diperbarui: 26 Februari 2019   12:41 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

CINTA YANG HILANG
/CP/ {102}

Sebuah cinta yang hilang. Saat itu, kau tiba dengan sulamanan tenun. Membangkitkan raga lewat senyum dan sapa. Hingga aku masih tetap berdiri mengagumimu.
_______

Dua puluh empat jam kau berikan perhatian. Setengahnya aku gunakan untuk mengeja patahan-patahan rindu. Dan tak ada lagi waktuku tersisa untuk lari ke lain hati. Jadi, jangan khawatirkan cintaku. Karena aku tak seperti cerita dan pendapat umum tentang sosok seorang lelaki.

Tepat adzan Magrib. Kabar darimu mengantarkan aku kembali ke Pemilik Semesta. Dan dengan ketenangan kuiyakan menjalankan perintah. Sebab, menanam bekal untuk setumpuk amal akan tetap berguna. Biar serpihan yang kotor dapat dibersihkan perlahan-lahan.

Kau datang lagi dengan kata-kata budaya "Jangan lupa pada helai benang-benang yang tersulam di tubuhmu. Karena ia sama dengan perekat budaya yang memiliki ciri khas tersendiri. Jika, ia tetap kau jaga, maka cintaku pun tak gampang kau nodai. Apalagi harus meragukan kesetiaanmu. Tetapalah jadi manusia yang tak lupa pada cinta dan budaya."

Sungguh indah hentakan kata-katamu. Dan aku mengucapkan "Terima kasih atas ingatan dan nasihat menawanmu. Yang coba kurenungi jadi sebuah senjata selama raga masih bergerak. Akan kujaga pemberianmu. Dan tetap kuhormati cinta dan keputusan setiamu."

Dan pada akhirnya, kita menjalin hubungan yang tak berakhir kata perpisahan. Karena kita berpegang pada prinsip kebenaran. Bukan prinsip atas dasar nafsu birahi yang membawa ke jurang kenikmatan. Maka, jadilah dirimu orang merdeka dan selalu tahu batas wajar sebagai manusia berbudaya.

Makassar
Senin, 25 Februari 2019
By: Djik22

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun