Mohon tunggu...
Moringa Medusa
Moringa Medusa Mohon Tunggu... -

chanel oo

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Komposer Sejarah

17 Januari 2017   03:50 Diperbarui: 17 Januari 2017   04:49 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Otak kami dilantuni mozaik-mozaik keresahan.

Manifestasi Bach yang kemudian mengorbit air liur, mengais lingkaran susu Ibu di setapak jalan kepala kita, menawarkan sebait roh clavichord, dan menjalar menjadi sebak akar darah di kamar mandi kita.

Otak kami meminjam figura-figura Beatles.

Mendengar yang tidak bisa didengar, mencuri sepatu kulit yang berkaca-kaca, memanggil menara terkenal di Champ de Mars yang berlarian, membersihkan gigi-gigi di telapak tangan kita yang tidak buta, dan menyampaikan origami yang dibakar oleh puluhan kilogram beratnya daging.

Otak kami menyimpan suara-suara Smaradhana.

Komposer yang tidak pernah mati hingga tubuh kami soak dipenuhi sejarah pom bensin yang meledak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun