A. Bagaimana Hallyu dapat Mudah diterima Remaja Indonesia
K-Pop sebagai modal utama penyebaran Hallyu didunia dapat dengan mudah diterima publik tidak hanya dari kalangan remaja melainkan publik secara luas karena memiliki keunikan dan daya tarik yang tersendiri meliputi pengaturan musik yang bisa dianggap matang, penggarapan liriknya yang menarik, kecenderungan untuk menonjolkan sisi personal yang nyentrik, kostum yang mencolok, dan juga koreografi yang atraktif. Faktor -faktor tersebut membuat kebudayaan tersebut dapat dengan mudah bertumbuh dan mempengaruhi masyarakat penikmat dari produk-produk yang mengusung kombinasi dari kebudayaan Korea Selatan dan budaya populer lainnya tersebut
Seiring berjalannya waktu, dampak globalisasi juga terasa di berbagai aspek kehidupan, salah satunya bidang hiburan. Masyarakat terutama remaja saat ini mudah sekali untuk mengakses dan menikmati budaya luar yang populer.
Dengan adanya globalisasi, produk budaya populer dari negara lain dapat menembus batas-batas geografis sehingga cakupannya menjadi sangat besar. Audiensnya tidak lagi dalam batas nasional, namun bisa menjangkau skala internasional. Korean Wave atau Hallyu pun juga berada dalam posisi yang diuntungkan dengan adanya globalisasi, karena industri hiburan di Korea Selatan ternyata bisa dengan mudah masuk dan kemudian dikonsumsi dengan masif di negara-negara lain, salah satunya adalah negara Indonesia. Peran media, baik media massa dan media elektronik, memberikan jalan yang besar terhadap fenomena ini (June dan Dukut, 2012: 196; Valentina dan Istriyani, 2013:74)
Hal ini dapat dilihat dari mudahnya anak-anak muda Indonesia mengakses informasi terhadap segala sesuatu yang berbau Korea, dimulai dari pemilihan gaya fashion dan juga produk-produk budaya lainnya, seperti musik dan drama.
Budaya Korea telah membuat para penggemarnya bukan hanya mengikuti perkembangan yang ada dalam segi hiburan, namun budaya Korea juga mampu membentuk kebiasaan bagi para penggemarnya untuk juga mengkonsumsi produk-produk yang dikeluarkan oleh mereka. Budaya Korea dapat dianggap bukan hanya efektif untuk meraih penggemar namun juga berhasil menempatkan penggemar tersebut menjadi konsumen dari produk mereka. Mengikuti budaya Korea memberikan banyak manfaat bagi kehidupan responden. Selain sebagai sarana belajar dan pertukaran budaya melalui bahasa dan pemahaman terhadap negara Korea, budaya Korea juga secara tidak langsung mampu menciptakan citra yang kuat sehingga dapat mengubah cara pandang para penggemarnya; salah satunya mengubah pandangan mereka terhadap standar kecantikan.
B. Pengaruh Fenomena Hallyu Terhadap Nasionalisme dan Penerapan Nilai-Nilai Pancasila Pada Remaja
Fenomena Hallyu menimbulkan pengaruh terhadap kebiasaan remaja di kehidupan sehari-hari. Remaja mulai merasa ada ketertarikan dan minat untuk mempelajari budaya-budaya Korea Selatan, dimulai dari bahasa, kebudayaan, dan trend-nya. Maka dalam hal ini dapat menambah pengetahuan yang dimiliki tentang negara lain selain Indonesia. Selain itu juga terkadang remaja-remaja tersebut memanfaatkan kegemaran mereka terhadap Kpop untuk berbisnis berjualan barang-barang berbau Korea, seperti yang dapat kita lihat saat ini ada banyak sekali Online Shop yang berjualan barang-barang berbau Korea.
Dampak dari tersebarnya budaya Korea Selatan di Indonesia sebenarnya tidak sepenuhnya memberikan efek yang buruk. Banyak juga dampak positif yang dirasakan seperti lebih mengenal budaya luar negeri, belajar bahasa asing, lebih mengetahui tentang teknologi, dan masih banyak lagi. Salah satu contohnya adalah dari K-Drama, drama korea memiliki konsep cerita yang luas dan kompleks, seperti membahas mengenai bagaimana kehidupan dari berbagai profesi, contohnya jaksa, pengacara, polisi, broadcast, bahkan hingga ke profesi kedokteran. Hal ini tentunya membuat pengetahuan kita mengenai suatu profesi dapat lebih bertambah. Tidak seperti perfilman Indonesia yang masih terfokus akan masalah percintaan, kurang kompleks pembahasannya, dan jarang sekali fokus mengenai suatu profesi. Sedangkan untuk K-Pop sendiri, jika orang awam banyak yang menganggap mengidolakan seorang idol korea tidak memiliki manfaat dan hanya menghabiskan waktu dan uang saja maka tanggapam itu hampir sepenuhnya salah. Di kenyataannya justru banyak idol K-Pop yang memberikan inspirasi dan semangat bagi penggemarnya untuk menggapai mimpinya dengan rajin belajar dan terus semangat dalam menuntut ilmu. Mereka juga terus mengingatkan untuk mencintai mereka secukupnya dan lebih memprioritaskan keluarga dan masa depannya sendiri. Memang ada dampak buruk yang tentunya aka timbul jika kita tidak pintar-pintar memilah mana yang baik dan buruk, seperti lalai dalam belajar dan menggunakan pakaian yang terbuka.
Dampak lain yang sering terlihat dari masuknya musik Kpop ke Indonesia sebagai imbas dari fenomena Hallyu adalah beralihnya minat dari musik asli Indonesia seperti dangdut ke musik Korea. Akan tetapi masih banyak juga masyarakat Indonesia yang menjadi penggemar musik Korea dan tetap senang-senang saja mendengarkan musik karya anak bangsa baik itu pop, dangdut, indie, dan banyak lagi. Hal tersebut membantah stigma negatif yang menyatakan bahwa penggemar KPop otomatis tidak mencintai produk dalam negeri karena sebenarnya itu bergantung pada selera musik masing-masing.
Dengan dikenalnya budaya Korea, remaja sekarang sering kali mengikuti gaya bahasa orang-orang Korea yang mana mereka pelajari dari mendengar dan menonton drama-drama Korea. Hal ini baik karena melatih kita untuk berbahasa asing yang mana memiliki banyak keuntungan pada diri kita seperti menambah pertemanan dan wawasan akan dunia luar. Namun hal tersebut dapat menjadi dampak negatif jika kita sampai lalai dan malah tidak lagi menggunakan bahasa Indonesia sebagai komunikasi sehari-hari padahal sedang berada di Indonesia. Karena bagaimanapun juga seharusnya kita lebih menjunjung bahasa sendiri daripada bahasa dari negara lain. Jika kebiasaan itu terus dilakukan maka hal tersebutlah yang membuat kita terkadang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia.
Masuknya Kpop di Indonesia juga menyebabkan banyak remaja yang meniru gaya-gaya idol Korea seperti cara mereka berpakaian. Remaja-remaja tersebut cenderung mengikuti gaya-gaya dan penampilan orang Korea Selatan. Namun hal tersebut tidaklah pantas untuk digunakan di Indonesia, karena budaya berpakaian orang Indonesia yang bisa dibilang sopan dan santun tidak seperti cara berpakaian orang Korea yang lebih terbuka karena perbedaan budaya.
Remaja Indonesia yang menggemari Kpop rata-rata masih berusia belasan tahun atau masih pelajar. Jadi jika dilihat dari segi usia seharusnya mereka belum pantas untuk menonton video musik Kpop atau drama secara berlebihan apa lagi hingga mereka melupakan kewajibannya untuk menuntut ilmu sebagai pelajar. Jika setiap hari kita secara terus-menerus lebih aktif di media sosial untuk mencari kabar terbaru tentang idolanya maka secara perlahan hal itu dapat mempengaruhi konsentrasi dan minat belajar yang berangsur-angsur dapat berkurang.
C. Tantangan Pancasila Sebagai Dasar Negara dalam Menghadapi Globalisasi dan Fenomena Hallyu
Pancasila merupakan sumber pedoman, inspirasi, motivasi, berperilaku sekaligus standar pembenarannya. Dengan begitu perilaku bangsa Indonesia, kebiasaan, aktivitas dan semuanya mencerminkan nilai-nilai pancasila (Untari, 2012: 22). Tantangan terbesar Bangsa terhadap dunia global ini ialah nilai-nilai kebangsaan yang mulai luntur. Hal ini disebabkan karena meningginya budaya asing yang masuk. Sementara itu, dalam pelaksanaanya, tidak terdapat filtrasi yang bisa memisahkan antara budaya mana yang baik dan kurang baik untuk diterapkan. Sehingga, dalam penerapannya, diharapkan Pancasila bertindak sebagai penyaring dan mampu menjauhkan anak bangsa dari hal-hal buruk yang bersumber dari globalisasi.
Fenomena Hallyu di Indonesia telah banyak mempengaruhi masyarakat negeri ini. Para penggemar bintang-bintang Hallyu mulai mengadaptasi gaya berbusana, mode rambut, make-up hingga melakukan operasi plastik agar mirip dengan idolanya. Selain itu, mereka juga mendekorasi handphone, notebooks serta ruangan mereka dengan poster-poster dan foto bintang-bintang Hallyu, bahkan sebagian besar dari penggemar tersebut berusaha untuk dapat fasih berbicara Korea. Hal ini tidak akan menjadi masalah selagi masyarakat mengetahui juga apa kewajiban mereka sebagai warga negara Indonesia dan tetap bangga menjadi warga negara Indonesia.
D. Langkah Tepat dalam Menyikapi Fenomena Hallyu/Korean Wave
- Dengan menumbuhkan rasa nasionalisme terhadap negara sendiri, misalnya dengan mencintai produk asli dalam negeri dan tidak terlalu berlebihan mencintai produk luar negeri.
- Tetap melestarikan budaya Indonesia, dengan begitu para generasi muda akan mengenal budaya-budaya lokal sehingga perlahan mereka akan menolak keberadaan budaya baru dari luar yang mengancam kebudayaan asli Indonesia yang mengajarkan hal baik.
- Orang tua seharusnya tetap memantau kegiatan anak-anaknya, terutama anak yang masih dibawah umur atau masih pelajar untuk tidak terlalu berfokus kepada kesukaannya terhadap Kpop dan lebih fokus kepada pendidikan agar prestasinya di sekolah tidak terganggu bahkan sampai menurun.
- Rajin menabung dan belajar hidup hemat, kita sebaiknya mampu membagi antara kebutuhan dan keinginan sehingga kita akhirnya bisa mengetahui yang mana prioritas dan mendesak untuk dibelanjakan sedangkan yang lain sebenarnya bukan hal yang penting dan dibutuhkan pada saat itu. Kita bisa menghindari membeli album, Photocard, tiket konser, maupun merchandise K-Pop yang memiliki harga mahal dan sebenarnya bukan termasuk kebutuhan.
- Menjadikannya sebagai inspirasi dan semangat untuk ikut sukses seperti mereka. Tentunya kesuksesan yang dirasakan oleh idol Korea saat ini tidaklah diperoleh secara instan, melainkan melalui proses panjang dan latihan terus-menerus, karena itu kita dapat meniru keuletan mereka dan menjadi turut semangat dan pantang menyerah dalam meraih sesuatu.
Referensi:
Adi, Galuh Kinanthi Harhayyu. (2019). “KOREAN WAVE (Studi Tentang Pengaruh Budaya Korea Pada Penggemar K-Pop di Semarang)”, Semarang: Skripsi Prodi. Antropologi Sosial Universitas Diponegoro.
Asmaroini, Ambiro Puji. (2017). “Menjaga Eksistensi Pancasila dan Penerapannya bagi Masyarakat di Era Globalisasi”. Jurnal Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 1, No. 2, Januari 2017.
Fiolhita, Monique. (2020). “Peranan Audiovisual dalam Fenomena Hallyu Sebagai Budaya dan Gaya Hidup Remaja di Jakarta”. Jurnal Dinamika Sosial Budaya, Vol 22, No. 2, Desember 2020, hal 184-201.
June, S., & Dukut, E. M. (2012). THE POPULARITY OF KOREAN MUSIC (K- POP) AMONG PERANAKAN CmNESE UNDERGRADUATE STUDENTS OF SOEGIJAPRANATA CATHOLIC UNIVERSITY. Celt: A Journal of Culture, English Language Teaching & Literature, 12(2), 193-204.
Putri, Idola Perdini, dkk. (2019). “K-Drama dan Penyebaran Korean Wave di Indonesia”. Jurnal Unpad. Vol 3, No. 1, 2019, hal 68-80.
Sari, Indah Chartika. (2013). “Hallyu Sebagai Fenomena Transnasional”, Riau: Skripsi Prodi Hubungan Internasional Universitas Riau.
Sitompul, Francis Lydia Irene. (2020). “The Hallyu Ef ect: Persebaran Budaya Pop Hallyu sebagai Ancaman terhadap Juche”. Journal of International Relations, Vol 6, No. 2, 2020, hal 267-277.
Sri Untari. (2012). “Pancasila dalam Kehidupan Berasyarakat, Berbangsa, dan Bernegara” dalam Margono (Ed). Pendidikan Pancasila Topik Aktual Kenegaraan dan Kebangsaan. Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H