Indah Noing + Muhlis Abdillah No. 17
Kabar bahwa di kantornya akan ada sekretaris baru yang langsung dari pusat, ditanggapi Angga dengan santai. Hanya pertanyaan-pertanyaan sederhana bersarang di otaknya. Apakah sekretaris itu akan membuat pekerjaanku semakin mudah atau hanya akan menambah masalah baru yang justru menyulitkannya?
Kini di ruangannya telah tersanding seorang gadis cantik berkacamata dengan rambut hitam panjang sebahu. Angga tahu dan yakin, gadis cantik itu adalah Monica Sekretaris barunya.
“Selamat pagi Pak, perkenalkan saya Monica sekretaris baru pak Angga” Monica berdiri, lalu membungkuk perlahan memperkenalkan dirinya.
“Selamat pagi juga, semoga kita bisa bekerja sama memajukan perusahaan ini yaa..” sahut Angga sambil tersenyum kepada Monica. Eit..tapi tunggu dulu, itu sesuatu di hidung Monica noda apa ya? Apa ia tercoret pensil alis atau itu benar-benar tahi lalat? Aaahhh.. mengetahui hal tersebut Angga jadi mulai hilang rasa dan mulai tidak suka pada Monica. Namun Angga akan mencoba tetap profesional tentang pekerjaannya.
Rani, teman kerja Angga merasa sedikit penasaran dengan Sekretaris baru itu. Tapi bukan sebuah jawaban yang menyenangkan, justru umpatan dan rasa kesal yang meledak-ledak keluar dengan sempurna dari mulut Angga.
***
Mood Angga langsung memburuk begitu mendengar sapaan Monica yang terkesan dibuat-buat.
“PagiMonica, hari ini namamumasih Monikah? Tidak mau ganti nama Monimpuk, Moniru-niru atau Monitip apa gituuh?” Tanya Angga.
Monica cuma tersenyum mendengarnya namun senyumnya langsung surut saat ia melihat mata Angga seperti serius tidak sedang bercanda.
“Oh ya kamu dulu SD nya di mana sih?” Tanya Angga sambil menggerutu.
“Comal, saya dulu SDnya di Comal Pak, Jawa Tengah” jawab Monica menahan malu karena tulisannya dianggap jelek.
Beberapa hari semenjak keberadaan Monica di kantor, terjadi perubahan pada sikap Angga. Sangat drastis. Perubahan sikap itu membuat karyawan-karyawan lainnya terkejut. Mereka sangat merindukan sikap hangat Angga saat berhadapan dengan mereka. Namun kini, sikap itu tak ditemukan saat berhadapan dengan Monica.
Tak cukup satu kali Angga ketus dengan Monica. Pernah saat Monica berjalan di koridor kantor dengan membawa berkas-berkas yang akan dipakai rapat hari itu lalu tiba-tiba Angga sudah muncul berjalan cepat ke arah Monicadan menabraknya, namun seperti terkesan Monicalah yang menabrak Angga. Kali ini omelan Angga cukup menyakiti hati Monica.
“Sabar ya Mon, nih tissue buat lap air matamu. Aku rasa kamu butuh ke toilet sekarang, pergilah! Biar berkas-berkasmu aku taruh ke mejamu” kata Mela sambil memberikan sebungkus tissue ke Monica. Monica menerimanya dan langsung bergegas ke toilet.
“Trims Mel”
***
Hari Minggu Pagi itu Monica sudah mengajak Jono sepupunya ke arah Monas. Tak hanya itu.Siangnya setelah mengunjungi Monas mereka berniat mengunjungi Kawasan Kota Tua.Akhirnya mereka naik busway menuju Kota Tua. Monica ingin mengajak Jono mengenal lebih dekat Jakarta.
“Hai Man!Man!Diman!” tiba-tiba Jono berteriak memanggil seseorang yang melintas masuk keMuseum Wayang di Kawasan Kota Tua, namun orang tersebut tak mendengarnya.
“Diman siapa Jon?” Tanya Monica
“Ah kita masuk ke sana juga yuk Mon”Jono langsung menarik tangan Monica.
Mereka masuk ke Museum Wayang, mereka menyusuri koridornya, di kanan kiri banyak wayang di pajang. Lalu mereka naik ke lantai 2. Monica sebenarnya ingin berhenti menjepret wayang-wayang dari berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara dengan kamera sakunya. Namun ia menahan keinginannya karena mengikuti Jono yang sedang mencari Diman temannya.
“Nah itu dia si Diman” kata Jono.
Monica melihat ke arah orang yang ditunjuk Jono. Lho itu kan pak Angga, bosnya di kantor, pikir Monica.
“Jon Kok kamu bisa jalan sama Monica?” tanya Angga penasaran
“Iya, dia kan sepupuku Man” sahut Jono
“Jon, nama dia bukan Diman, tapi Angga, dia bos aku di kantor” bisik Monica ke telinga Jono.
“Hehehe… Iya dia ini bisa dipanggil Diman, bisa dipanggil Angga juga karena namanya Angga Supardiman” ujar Jono, Angga tersenyum mendengarnya.
“Iya Mon, itu namaku, kamu lupa ya sama aku? Kita dulu satu SD, kelas kita ruangannya sama, hanya aku sekolah pagi, kamu sekolahnya siang hari. Tapi kamu anak yang pernah mengejek namaku, kamu bilang sebab namaku Supardiman adalah karena emakku ngefans sama Spiderman, inget gak Mon? Aku sebel banget kalau lihat kamu nyengir-nyengir kuda mengejek namaku”Ujar Angga.
“Oooh kamu Diman yang nyebelin ituh? Kamu juga dulu nakal Man eh Pak Angga, kamu dulu sembuyikan buku PR aku yang ketinggalan sehingga aku disetrap bu guru karena gak kumpulin PR. Lalu pas kamu kembalikan buku aku ternyata sudah penuh coretan bahwa tulisanku jelek, huh sebel, ternyata kamu musuh bebuyutanku waktu ku kecil” Ucap Monica
“Sudah-sudah, ayo abaikan, jangan bertengkar terus, aku lapar, ayo makan yuk “ Kata Jono melerai perang mulut Angga dan Monica.Mereka makan di café Batavia, mereka akhirnya bisa tertawa berbincang tentang masa kecil saat di Comal.
***
Esoknya saat di kantor pun teman-teman kaget melihat perubahan sikap Angga yang mulai ramah ke Monica. Tak hanya itu, Monica dan Angga ke kantor bersamaan. Tangannya saling menggenggam satu sama lain. Mesra dan membuat iri para karyawan lainnya. Ternyata mereka telah menjadi satu dalam ikatan cinta.
Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community dengan judul : Inilah Perhelatan & Hasil Karya Peserta Fiksi Valentine
Silahkan bergabung di FB Fiksiana Community
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H