[caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Alvita saat usia 1 tahun didiagnosa kanker retina"]
Kemudian ketika usianya 16 tahun ia kembali didiagnosa menderita kanker PNET (Primitive Neuroectodermal Tumor) sejenis Ewing Sarcoma stadium 3B yang membuat kakinya bengkak dan nyeri sehingga ia sulit berjalan.
[caption id="" align="aligncenter" width="357" caption="Alvita saat umur 16th kembali sakit kanker (PNET)"]
Perjuangan Alvita sangat berat, karena harus menjalani kemoterapi 36 kali , 55 kali radioterapi, dan juga berulangkali operasi. Efek samping dan proses panjang pengobatan harus dia jalani untuk meraih kesembuhan. Kemoterapi mengakibatkan rambutnya rontok dan tak punya alis. Sehingga saat pergi ke sekolah atau bepergian keluar rumah, dia harus mengenakan wig dan pensil alis. Belum lagi rasa mual dan nyeri sekujur tubuh pun seakan menjadi pil pahit yang harus dia telan untuk meraih kesembuhan.
Namun ia tak menyerah. Sebelum ia memutuskan berjuang melawan kanker, dia bertekad untuk melawan ketakutan dan keputusasaan dalam dirinya terlebih dahulu. Ia terus berdoa kepada Tuhan agar diberi kekuatan untuk melalui semua itu. Dukungan kasih sayang, perhatian dan keluarga serta sahabat membantunya melawan keputusasaannya.
Setiap kali ia merasa putus asa yang diingatnya hanyalah impian menjadi dokter. Sempat terbesit keraguan dalam benaknya, Mungkinkah ia bisa menjadi dokter hanya dengan satu penglihatan? Ia pun mulai membayangkan andaikata bisa jadi dokter itu hal yang luar biasa, lho!
Alvita bertekad melanjutkan studinya, ia bersikeras masuk sekolah meski harus memakai wig dan pensil alis serta kruk untuk membantunya berjalan menaiki tangga menuju ruang kelasnya yang ada di lantai 3.
Menurut saya, selain dokter, hanya orang yang pernah menderita sakitlah yang paling tahu bagaimana penderitaan orang sakit. Hal ini juga membuat Alvita yakin bahwa pengalamannya ketika sakit kanker kelak akan membuat dia mengerti perasaan pasien-pasiennya. Selain obat, pasien kanker juga membutuhkan dukungan moral dari orang-orang terdekatnya.
Kini, Alvita Dewi Siswoyo telah sukses menjadi survivor kanker dan menggapai cita-citanya menjadi dokter yang berkeinginan untuk membantu para pasien kanker lainnya untuk sembuh. Kariernya dimulai dari menjadi dokter magang di Yayasan Kanker Indonesia, Bergabung di komunitas survival kanker anak di Cancer Buster Community, kemudian mengambil Pendidikan Dokter Spesialis Bagian Ilmu Kedokteran Nuklir di Universitas Kedokteran Padjajaran Bandung.
[caption id="" align="alignnone" width="640" caption="Alvita sukses menjadi dokter"]
Tak hanya itu saja, untuk menyemangati para penderita kanker yang lain ia pun sukses menulis 5 buku diantaranya yaitu Menggapai Bintang-Bintang Harapan, Warriors of Life, School of Life 1, School of Life 2, dan My Little Star Jocelyn.