Mohon tunggu...
Monza Rayyan Kamesjwara
Monza Rayyan Kamesjwara Mohon Tunggu... Ilmuwan - siswa

sekolH

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Berjalan Bersama Menghargai Setiap Iman

8 November 2024   17:53 Diperbarui: 8 November 2024   20:12 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Ekskursi

Ekskursi lintas agama ke Pondok Pesantren Al Falah Pandeglang dengan tema "Embrace, Share, and Celebrate Our Faith" adalah perjalanan yang lebih dari sekadar kunjungan. Ini adalah pencarian makna toleransi dan pemahaman mendalam tentang perbedaan yang ada di sekitar kita. Perjalanan ini mengingatkan bahwa toleransi bukan hanya kata-kata, tetapi tindakan yang harus kita praktekkan dalam keseharian. Dalam lingkungan yang semakin terpecah oleh isu politik dan identitas, kita perlu menengok kembali nilai-nilai dasar dari persaudaraan antar umat beragama. "Faith is not something to grasp, it is a state to grow into," kata Mahatma Gandhi, yang menjadi inspirasi dalam perjalanan ini.

Puisi Jembatan Kasih di Antara Doa

Berjalanlah tanpa membawa prasangka,
Di antara doa-doa yang saling berbeda,
Di setiap langkah dan canda,
Ada jembatan kasih yang terbangun mesra.
Dalam perbedaan kita bertemu,
Saling tatap, saling peluk, walau beda suku,
Di pesantren ini, jiwa kita bertumbuh,
Karena iman bukan hanya soal satu arah, tapi jalan yang bertaut penuh.
Jika iman adalah taman,
Maka toleransi adalah bunga yang tumbuh bersama angin dan hujan,
Dalam damai, kita menanam kasih tanpa jemu,
Karena persaudaraan adalah akar yang kokoh, menyatukan setiap rindu.

Kedatangan kami disambut dengan senyuman hangat oleh Pak Kiai dan para santri. Ruang aula menjadi tempat pertemuan pertama, di mana kami berkumpul dan berbincang, menciptakan suasana akrab yang menghilangkan batas-batas yang mungkin ada di antara kami. Tindakan sederhana ini, seolah menegaskan bahwa di tengah-tengah keragaman iman, ada tempat bagi setiap orang untuk merasa diterima. "Kebersamaan adalah awal dari kebahagiaan," ucap Pak Kiai saat penyambutan kami di sana. Ungkapan ini seperti sebuah motto yang melekat di hati, menegaskan betapa pentingnya keakraban dalam menjalani perjalanan iman ini.

Pentingnya Ekskursi Lintas Agama


Ekskursi lintas agama seperti ini sangat penting bagi masyarakat kita yang semakin terpolarisasi. Melalui interaksi langsung dengan komunitas yang berbeda agama, kita dapat memahami bahwa perbedaan tidak perlu menjadi sumber konflik. Di tengah kondisi sosial yang sering kali diperkeruh oleh berita negatif dan prasangka, ekskursi lintas agama memungkinkan kita untuk melatih empati dan menghindari stereotip yang salah tentang satu sama lain. Pengalaman berharga ini menunjukkan bahwa toleransi dapat memperkuat persaudaraan dan memberikan ruang bagi setiap individu untuk berkembang tanpa harus merasa terancam. Oleh karena itu, program seperti ini seharusnya lebih sering diadakan sebagai upaya untuk mengatasi ketegangan dan menjaga kerukunan antarumat beragama.

Pertemuan dengan Teman Baru

Selama di Pesantren Al Falah, penulis bertemu dengan Oji dan Eji, dua santri yang menjadi teman baru penulis. Mereka adalah sosok yang menerima penulis tanpa prasangka dan bahkan mengajari penulis hal-hal yang penulis belum kuasai dalam agama Islam, seperti membaca Al-Quran. Dalam percakapan dan canda bersama mereka, muncul perasaan diterima sebagai pribadi yang sedang belajar dan bertumbuh. Meski kami memiliki latar belakang yang berbeda, pertemanan ini membuat penulis merasakan persahabatan yang tulus, bukan hanya dalam aspek keagamaan, tetapi juga dalam kemanusiaan. Pengalaman ini menjadi cerminan bahwa perbedaan tidak harus memisahkan, melainkan memperkaya pengalaman kita dalam memahami iman dan kebersamaan.

Suasana Liwetan Malam di Pesantren

Di malam terakhir ekskursi, suasana di pesantren dipenuhi oleh kebersamaan. Kami duduk beralaskan tikar, menikmati hidangan liwetan yang dihidangkan di atas daun pisang. Nasi dan lauk pauk yang disajikan mengalir di tengah-tengah kami, menciptakan momen yang penuh dengan kehangatan. Suasana sederhana ini terasa begitu akrab, seolah-olah kami adalah satu keluarga besar yang sedang berbagi. Gelak tawa dan cerita saling bersahutan di antara kami, dan dalam momen itu, perasaan kebersamaan semakin terasa. Dalam keheningan malam, kami merasakan bahwa persaudaraan ini tidak hanya terbangun karena kesamaan keyakinan, tetapi karena keterbukaan hati untuk menerima satu sama lain.

Tanggapan dari Santri mengenai Ekskursi Lintas Agama

Salah satu santri, Oji, menyatakan bahwa ekskursi ini membuktikan bagaimana indahnya toleransi.  Ia mengucapkan"Ekskursi ini bukan hanya tentang pertemuan, tetapi juga tentang bagaimana kami bisa belajar menghargai perbedaan tanpa harus mengubah keyakinan masing-masing," . Pandangannya menegaskan pentingnya ekskursi lintas agama sebagai sarana untuk mempererat silaturahmi, tidak hanya antar individu, tetapi juga antar lembaga. Ia juga mengingatkan kami bahwa Al Falah dan Kanisius menjalin hubungan yang sangat baik, dan kegiatan ini menjadi penguat silaturahmi untuk sekarang dan kedepannya.

Toleransi Seperti Sebuah Jembatan

Jika toleransi adalah sebuah bangunan, maka ia adalah jembatan yang menghubungkan dua tepi sungai yang berbeda. Di satu sisi ada kelompok dengan keyakinan tertentu, dan di sisi lain ada kelompok lain yang mungkin sangat berbeda. Jembatan itu tidak mengubah kedua tepi sungai, namun memungkinkan orang untuk menyeberangi perbedaan tersebut dan melihat sisi lain dengan pandangan yang lebih terbuka. Seperti itulah makna dari ekskursi lintas agama ini, sebuah jembatan yang membawa kita melampaui batas-batas yang diciptakan oleh prasangka, dan mengajarkan kita untuk saling menghormati tanpa mengharapkan perubahan dari pihak lain. Tanpa jembatan ini, kita hanya akan terisolasi pada masing-masing sisi sungai, tidak pernah benar-benar memahami sisi lain.

Penutup

Ekskursi ini membuka pemahaman bahwa "Embrace, Share, and Celebrate Our Faith" bukan hanya tentang keimanan pribadi, tetapi tentang penerimaan terhadap perbedaan dan keberanian untuk saling menghormati. Seperti yang diungkapkan oleh Nelson Mandela, "Education is the most powerful weapon which you can use to change the world." Ekskursi lintas agama ini adalah bentuk pendidikan yang tak ternilai, karena ia mengajarkan toleransi dan kemanusiaan yang akan terus kami bawa dalam perjalanan hidup. Kegiatan ini menjadi pengingat bahwa di tengah keanekaragaman, ada ruang untuk setiap orang berkontribusi dan membangun dunia yang lebih damai bersama-sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun