Mohon tunggu...
Monique Virginsia Simon
Monique Virginsia Simon Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Topik seputar economic dan finance

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Meninjau Inflasi dan Fluktuasi Ekonomi Melalui BI7DRR

9 Desember 2023   21:54 Diperbarui: 9 Desember 2023   22:03 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan perekonomian yang terus berkembang, menghadapi kendala rumit terkait inflasi dan fluktuasi ekonomi. Kedua hal ini mempunyai pengaruh besar terhadap stabilitas perekonomian, tingkat investasi, dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Artikel ini akan mendalami kondisi seputar inflasi dan fluktuasi perekonomian di Indonesia melalui perubahan tingkat suku bunga yang diukur dengan Bank Indonesia 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR), serta mencermati berbagai faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya inflasi dan fluktuasi perekonomian di Indonesia.

Inflasi merupakan kekhawatiran yang sangat penting dalam pengelolaan perekonomian Indonesia secara efektif. Data statistik dari BI7DRR sebagai suku bunga acuan dengan jelas menunjukkan bahwa tingkat suku bunga di Indonesia mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu. Ada beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap terjadinya inflasi, antara lain peningkatan permintaan barang dan jasa secara keseluruhan, kenaikan biaya produksi, perubahan tingkat suku bunga acuan dan fluktuasi nilai tukar. Selain itu, kenaikan harga bahan bakar, nilai tukar rupiah yang tidak dapat diprediksi, dan gangguan rantai pasokan juga berperan dalam memberikan tekanan inflasi.

Pemerintah Indonesia telah menerapkan berbagai langkah, baik kebijakan moneter maupun fiskal, guna menangani dan mengendalikan laju inflasi secara efektif. Pemerintah menggunakan BI7DRR sebagai salah satu langkah dalam melakukan penguatan kerangka operasi moneter untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan. 

Menurut data statistik Bank Indonesia, suku bunga acuan BI7DRR telah mengalami fluktuasi dari tahun 2020 hingga 23 November 2023 yaitu sebesar 6%. Fluktuasi yang terjadi dapat disebabkan oleh banyak hal salah satunya adalah karena pandemi Covid-19. Namun demikian, penting untuk diketahui bahwa faktor-faktor eksternal, seperti ketidakstabilan geopolitik dan fluktuasi harga komoditas yang tidak dapat diprediksi, juga memberikan kontribusi yang signifikan dalam menentukan lintasan inflasi.

Fluktuasi perekonomian, yang ditandai dengan perubahan laju pertumbuhan ekonomi secara tiba-tiba, berpotensi menimbulkan kerugian yang signifikan terhadap stabilitas perekonomian dalam jangka panjang. Indonesia, sebagai negara dengan perekonomian yang sangat bergantung pada perdagangan internasional, sangat rentan terhadap perubahan eksternal seperti perubahan permintaan global dan fluktuasi volatilitas pasar keuangan dunia.

Untuk mengatasi naik turunnya perekonomian, pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah tertentu yang dikenal sebagai kebijakan anti-siklus, stimulus fiskal, dan reformasi struktural. Tujuan di balik inisiatif ini adalah untuk memastikan bahwa negara ini mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang stabil, meminimalkan ketidakpastian, dan meningkatkan kemampuan perekonomian untuk menahan dampak buruk dari faktor eksternal.

Mengingat rumitnya inflasi dan fluktuasi perekonomian yang tidak dapat diprediksi, sangatlah penting bagi kita untuk mengambil langkah-langkah lebih lanjut untuk memperkuat kerangka kebijakan makroekonomi. Pembentukan lanskap ekonomi yang beragam, memprioritaskan investasi pada sumber daya manusia, dan upaya untuk meningkatkan produktivitas merupakan elemen penting dalam membangun landasan ekonomi yang kuat dan mudah beradaptasi.

Menekankan pentingnya kolaborasi antara sektor swasta dan publik sangatlah penting, terutama ketika merumuskan kebijakan yang mendorong pertumbuhan inklusif. Meningkatkan transparansi, mendorong tata kelola yang baik, dan mendorong tanggung jawab sosial perusahaan dapat berkontribusi pada pembentukan lingkungan bisnis yang stabil dan berkelanjutan. Dengan bekerja sama, sektor swasta dan publik dapat secara efektif mengatasi tantangan dan menjamin kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Melalui penerapan langkah-langkah yang terencana dan matang tersebut, Indonesia berpotensi membentengi dan memperkuat pilar-pilar perekonomiannya, sehingga mengurangi kerentanannya terhadap naik turunnya fluktuasi perekonomian dan dampak buruk inflasi. Pendekatan proaktif seperti ini tidak hanya akan memberikan kontribusi terhadap pencapaian stabilitas ekonomi yang berkelanjutan namun juga akan menghasilkan manfaat yang luas bagi kesejahteraan dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun