Mohon tunggu...
Monique Rijkers
Monique Rijkers Mohon Tunggu... profesional -

only by His grace, only for His glory| Founder Hadassah of Indonesia |Inisiator Tolerance Film Festival |Freelance Journalist |Ghostwriter |Traveler

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Inspirasi dari SanDisk, Solusi Penyimpanan Data

24 April 2018   16:37 Diperbarui: 24 April 2018   16:48 453
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tiga Serangkai Penemu SanDisk (Google Images)

Saya ini suka bepergian (saat ini sudah ke sekitar 25 negara) dan senang menulis dan menyajikan foto-foto dalam tulisan saya di Facebook saya dan beberapa saya tulis untuk Kompasiana. Meski saya menggunakan gawai dengan kapasitas maksimum, ruang penyimpanan kerap menimbulkan persoalan. Akibatnya saya terpaksa membuang beberapa potongan video yang sebenarnya sayang dibuang demi menyediakan ruang untuk foto dan video baru yang dirasa mendesak. 

Contohnya ketika beberapa bulan lalu saya diundang mengikuti sebuah konferensi dan tur di sejumlah lokasi, banyak sekali foto dan video yang layak disimpan namun karena saya tidak sempat untuk memindahkan foto dan video ke hard disk eksternal maka sebagai solusi saya hanya merekam video yang penting saja. 

Beberapa teman bilang, unggah saja di media sosial maka otomatis akan tersimpan. Tentu itu bisa dilakukan, tetapi bukan solusi karena foto dan video yang saya miliki lebih berkaitan dengan pekerjaan bukan untuk sekadar eksis di media sosial. Seandainya, ah seandainya jika saat itu saya mempunyai SanDisk Ultra Dual Drive m3.0 tentu sangat membantu karena praktis, Anda bisa melihat di sini: 

Pengalaman lain yang berhubungan dengan penyimpanan data adalah saat memproduksi video animasi-dokumenter pertama saya yang berjudul "Nina Bobo Untuk Bobby" tahun 2017 lalu, seluruh perekaman gambar disimpan dalam penyimpanan SanDisk untuk kamera. Lalu saat saya mengerjakan penyuntingan gambar bersama seorang editor yang memegang beberapa pekerjaan penyuntingan lain sehingga kami hanya bisa bekerja dalam kondisi waktu pertemuan yang terbatas. 

Solusinya dengan menempatkan hasil penyuntingan dalam SanDisk USB Flash Drive dan materi yang sudah diedit tersebut dikirim via pengiriman barang daring agar saya bisa mengevaluasi di rumah. Hasil penyuntingan berikutnya ditempatkan dalam SanDisk yang lain dan kembali sang editor mengirimkan SanDisk berbeda kepada saya. Ternyata pola bekerja seperti ini cukup memudahkan bagi kami yang sibuk dan tidak memakan waktu untuk bertemu akibat tingkat kemacetan Jakarta yang cukup tinggi. 

Dengan modal SanDisk kami cuma perlu bertemu empat kali guna merapikan dan finalisasi penyuntingan bersama-sama. Berkat SanDisk pengerjaan film animasi-dokumenter berdurasi 30 menit itu bisa selesai tanpa ribet dan resensi filmnya sudah dimuat di koran Kompas, majalah Tempo, BBC Indonesia dan sejumlah media lain. Kini saat memenuhi undangan acara pemutaran film, saya cukup datang membawa SanDisk untuk menyimpan video saya itu.

Nah, saat saya masih bekerja sebagai wartawan televisi dan saya bertugas mengikuti sebuah ekspedisi dari Jakarta ke Roma dengan menggunakan mobil selama tiga bulan penuh menempuh perjalanan sejauh 27.000 kilometer melewati 15 negara. 

Saat itu tahun 2011, iPhone generasi awal belum canggih seperti generasi kini namun memiliki kamera yang sangat baik dan praktis untuk saya bawa melewati negara yang tidak ramah terhadap pers seperti China, Iran dan Turkmenistan. Sekadar informasi, untuk memasuki China kami harus memberitahukan barang elektronik apa saja yang kami bawa saat itu sehingga demi keamanan dan kelancaran tim, kamera yang dibawa hanya milik juru kamera dan foto jurnalis, anggota tim lain cuma mengandalkan kamera pada ponsel. 

Tahun 2011 tentu belum ada iXpand Base yang praktis sehingga dahulu saya harus membawa hard disk yang tebal dan harus membawa laptop pula untuk memindahkan data foto dan video dari ponsel. Jadi saya paham betul betapa menyenangkan jika saat saya ekspedisi dengan membawa iXpand Base kapasitas 128 GB. 

Bayangkan saat kita tidur, iXpand Base yang tersedia pula dalam kapasitas 32 GB dan 64 GB bisa ditinggal tidur untuk memindahkan data dan sekaligus untuk mengisi baterai ponsel. Sangat praktis dan seperti tampak dalam video, kabel USB pun terlihat elegan.

Pengalaman buruk pernah saya alami ketika hard disk eksternal dengan kapasitas 1 TB mengalami kerusakan. Dampaknya hasil liputan saya tentang penderita skizophrenia lenyap dan ini sangat memalukan sebab kami gagal menyajikan tayangan tersebut dan sangat tidak pantas meminta para pasien dan keluarga untuk mengulang wawancara mengingat kondisi kesehatan mereka. Pelajaran dari kasus tersebut membuat saya berhati-hati dalam memilih merek sarana penyimpanan data, karena kasus itu saya kapok memakai produk di luar SanDisk.

Foto: Tiga Serangkai Penemu SanDisk (Google Images)
Foto: Tiga Serangkai Penemu SanDisk (Google Images)
Rasa-rasanya saya harus berterima kasih pada Eli Harari, Jack Yuan dan Sanjay Mehrotra yang memulai penelitian dan mengembangkan SanDisk 30 tahun yang lalu dan kini sudah menghasilkan inovasi yang sangat membantu para pengguna telepon seluler, tablet, laptop, komputer hingga kamera. 

Tanpa produk penyimpanan data digital, seluruh data yang ada pada masing-masing perangkat tidak bisa disimpan dengan gratis karena harus membayar biaya penyimpanan bulanan untuk penyimpanan berbayar seperti Cloud. Namun penyimpanan data semacam ini rawan hilang, bukan hanya soal keamanan data. Sebaliknya dengan SandDisk Solusi Penyimpanan, data milik saya itu hanya dipegang oleh saya sendiri dan penyimpanan SanDisk hanya saya yang tahu.

Sudah dua tahun belakangan ini saya mengadakan Tolerance Film Festival yang menampilkan film-film toleransi dalam rangka Hari Toleransi Sedunia. Tolerance Film Festival diadakan setiap November untuk masyarakat umum dan gratis. Seluruh film yang saya tayangkan, saya beli hak ciptanya dan saya terjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan editor akan menaruh terjemahan (subtitles) untuk setiap film. 

Seluruh film disimpan dalam SanDisk Solusi Penyimpanan dan saat akan ditayangkan saya cukup membawa SanDisk dan menyerahkan kepada bagian multimedia. Saya tidak perlu membawa seluruh film yang rawan untuk dipindahkan tanpa permisi. 

Dari pengalaman saya berhubungan dengan solusi penyimpanan data digital, saya sampai pada kesimpulan, "Dengan SanDisk Solusi Penyimpanan, data digital saya akan aman, selamat dari tragedi kehilangan data dan saya bisa nyaman menggunakan gawai."

Lalu apa hubungannya antara Tolerance Film Festival dengan SanDisk Solusi Penyimpanan? Jika dilihat dari wajah Eli Harari, Jack Yuan dan Sanjay Mehrotra, kita bisa mengetahui ketiganya adalah orang dengan latar belakang ras dan bisa jadi agama yang berbeda namun hal itu tidak menghalangi ketiganya untuk bekerja sama. Karena itu saya ingin berterima kasih pada SanDisk Solusi Penyimpanan yang sudah mengadakan lomba penulisan ini karena membuat saya menyadari "Meski kita tidak sama, namun kita dapat bekerja sama." Kiranya ketiga orang pencetus SanDisk ini bisa menginspirasi kita di Indonesia yang belakangan ini lebih sering membicarakan perbedaan daripada bekerja sama. Hadiah dari SanDisk pasti akan kepake banget untuk profesi saya sebagai penggagas Tolerance Film Festival dan saat ini sedang menyiapkan film pendek terbaru yang pasti butuh SanDisk. []

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun