Meski ada kesadaran pentingnya bagi orang Yahudi untuk memiliki Tanah Israel, namun pemeluk Yahudi Ortodoks dan Ultra-Ortodoks menolak Zionisme dengan alasan tidak sesuai janji Hashem (TUHAN). Yahudi Ortodoks dan Ultra Ortodoks percaya yang akan membawa mereka ke Yerusalem adalah Messiasch(Mesias) bukan gerakan politik. Meski banyak sekali ayat pada Tanakh (Kitab Suci Yudaisme) yang mencantumkan aliyah (kembali ke Zion atau Israel), kelompok Ortodoks tidak mengimani ayat-ayat tersebut. Tak heran cukup banyak rabbi atau denominasi Yahudi yang tidak mendukung Zionisme.
Namun dari jejak kehadiran organisasi Yahudi di Nusantara yang memperjuangkan terwujudnya sebuah tanah bagi bangsa Israel dan gagasan agar orang Yahudi mendiami Tanah Israel (Erets Israel) dapat menjadi bukti Zionisme bukan muncul pasca Holocaust tetapi sejak dahulu kala. Bukti sejarah bukan hanya bisa ditelusuri lewat arsip dokumentasi tertulis namun juga bisa dilihat dari peninggalan benda masa lalu seperti ukiran perak Jogya dengan tulisan Zionistbond Djakarta. Sebuah kenang-kenangan untuk keluarga Bapak B. van Tjin pada Agustus 1951 dalam rangka kepulangan ke Belanda.Â
Benda ini merupakan  koleksi dari Phillip van Tijn yang dipublikasikan oleh Museum Yahudi Belanda pada sebuah pameran. Dari organisasi Zionis yang ada di Nusantara, kita bisa meneropong ke masa lalu tentang sebuah gagasan yang diwujudkan dari jauh. Dari Nusantara yang kini menjadi Indonesia, negara Muslim terbesar yang belum memiliki hubungan diplomatik dengan Israel, yang terwujud pada 1948 berkat Zionisme yang turut disemai dari Nusantara.[]
Keterangan Foto milik Museum Yahudi Belanda:
1. Piring perak bertulis Zionistbond Djakarta, 1951.
2. Majalah Erets Israel terbit di Padang.
3. Poster penggalangan dana di Bandung, 1930
Oleh: Monique Rijkers
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H