Padahal hasil Pemilu 1955, PKI mendapat 32 kursi DPR atau berada di urutan keempat. Sedangkan untuk kursi Konstituante, PKI berhasil mendapat 80 kursi.
Pembahasan soal Peristiwa ’65 kembali mengemuka pasca Reformasi yang sudah mencapai tahun ke-18. Pemerintahan yang silih berganti tampak gagal membuka ruang rekonsiliasi dan penuntasan kasus secara hukum. Gus Dur menjadi satu-satunya perbedaan karena ia ingin mencabut larangan penyebaran ajaran komunisme.
Mungkin Gus Dur menganggap masyarakat Indonesia sudah melek demokrasi sehingga tak lagi mujarab dishir oleh romantisme usang Blok Timur. Bagi mereka yang menjadi korban, beberapa di antaranya masih hidup dan generasi muda yang berpihak pada korban tentu cuma kesampaian berdiskusi, menonton film dan melanjutkan kehidupan dengan damai tanpa intimidasi dan teror.
Kini, alih-alih memberikan keadilan terhadap kejahatan atas kemanusiaan yang terjadi pada tahun 1965, kemarin Presiden Joko Widodo malah menginstruksikan Kepolisian Indonesia untuk menindak tegas siapa pun yang mencoba membangkitkan kembali paham komunis. Kapolri Badrodin Haiti mengatakan, Presiden juga menginstruksikan untuk memeriksa masyarakat yang menggunakan atribut atau menjalankan aktivitas yang menunjukkan identitas Partai Komunis Indonesia (PKI).
Saat pemilu presiden lalu, Joko Widodo sendiri merasakan betapa gawatnya isu yang menimpa dirinya ketika dihajar dengan isu komunis. Tentu agak mengherankan kalau sekarang instruksi di atas malah keluar dari “korban” yang pernah merasakan pahitnya tuduhan tersebut. Pelan-pelan pupus kedewasaan dan kewarasan pada pemerintahan sekarang ini.
Mungkin tak lama lagi kita akan mendengar ada kelompok masyarakat yang meminta Patung (Tugu) Tani di kawasan Gambir, Jakarta Pusat dirobohkan karena patung itu adalah karya seniman Uni Soviet yang komunis. Patung tersebut bisa dikategorikan berbahaya karena inspirasi membuat patung tersebut jelas-jelas muncul setelah Presiden Sukarno kembali dari Uni Soviet.
Jadi sebelum paham komunisme bangkit karena saban hari melihat Patung (Tugu) Tani, sebaiknya patung itu diselubungi kain penutup saja (saya berharap pembaca memahami pernyataan saya ini). Semoga akal sehat masih ada. []
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H