Sudah lebih dari sepekan sejak 10 WNI diculik pada 26 Maret lalu di perairan Tambulian, lepas pantai Pulau Tapul, Kepuluan Sulu, Filipina. Aksi ini bertujuan untuk mendapatkan 50 juta peso atau 15 miliar rupiah. Pelaku penculikan disebut-sebut kelompok Abu Sayyaf meski menurut wartawan senior di Mindanao, Jess Dureza pelaku belum tentu Abu Sayyaf. Dari Indonesia dikabarkan akan menggunakan tentara untuk pembebasan. Namun ide ini tidak disarankan oleh Jess Dureza dan juga oleh Benny Mamoto, mantan Kepala Unit Keamanan Negara, Bareskrim Mabes Polri, mantan Interpol dan juga mantan Densus 88 Antiteror.Â
Berikut wawancara melalui email dengan Jess Dureza seorang yang sangat kredibel sebagai wartawan di Mindanao khususnya dan di Filipina, sekaligus pengacara. Jess Dureza menjabat sebagai Presiden Nasional Institut Pers Filipina (sebuah asosiasi koran seluruh Filipina), publisher Mindanao Times (koran harian di Davao City), Presiden Advocacy MindaNow Foundation, Inc. Dahulu Jess Dureza adalah mantan menteri khusus Mindanao pada kabinet Presiden Fidel Ramos dan Gloria Arroyo.
[caption caption="Foto: dokumen pribadi"]
[/caption]
Tanya: Apa yang Anda ketahui tentang pelaku penculikan?Â
Jawab: Hingga dua hari silam saat wawancara dilakukan, belum ada kepastian (penculik) itu adalah kelompok Abu Sayyaf. Ada beberapa kelompok yang berkaitan dengan penculikan untuk mendapat tebusan dan setelah mendapat uang, mereka mengalihkan sandera pada pihak yang biasa disebut sebagai Abu Sayyaf Groups atau ASG yang mengontrol sejumlah daerag untuk "menangani" sandera.
Tanya: Apakah penculikan ini berkaitan dengan upaya Pemerintah Indonesia menangkap Santoso yang juga adalah pendukung ISIS?
Jawab: Saya tidak memiliki info soal ini sehingga saya tidak mempunyai pendapat soal ini, apakah insiden Indonesia ini berkaitan dan merupakan sebuah aksi pembalasan atau balas dendam atas insiden sebelumnya.Â
Tanya: Apa yang Pemerintah Indonesia dan Filipina harus lakukan ?
Jawab: Kedua pemerintahan harus bekerja sama dan berkoordinasi. Dalam menangani kasus penculikan, di Filipina ada grup anti-penculikan bentukan Kepolisian Nasional Filipina (PNP) untuk menangani penculikan. Namun sejak Pemerintah Filipina tidak membolehkan pembayaran tebusan sebagai kebijakan melawan kelompok teroris, langkah yang paling baik adalah menggunakan private group yang mengambil alih pembebasan. Langkah ini dilakukan paralel dengan upaya membangun kontak langsung dengan para penculik. Private group ini akan menangani negosiasi pelepasan sandera termasuk pengurangan tebusan, pengembalian dan penyerahan sandera.Â
Tanya: Apa saran bagi jurnalis dalam meliput kasus ini?