Mohon tunggu...
Monique Rijkers
Monique Rijkers Mohon Tunggu... profesional -

only by His grace, only for His glory| Founder Hadassah of Indonesia |Inisiator Tolerance Film Festival |Freelance Journalist |Ghostwriter |Traveler

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Cecilia van Oers, Peragawati Batik Era Kemerdekaan

2 Oktober 2015   14:33 Diperbarui: 1 Oktober 2017   22:20 1190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahukah Anda, baju batik yang Anda gunakan saat ini, kreasi awalnya berasal dari para penjahit Belanda yang ada di Jakarta dan Bandung? Kebetulan Oma saya, Cecilia van Oers adalah peragawati mode show (peragaan busana batik) yang (mungkin) pertama kali berlangsung di Indonesia. 

Orang Indonesia masa itu hanya mengenal batik sebagai kain pelengkap kebaya/jarik namun tidak mendesain untuk busana apalagi gaun malam atau celana panjang. Pemilik rumah-rumah mode kala itu kebanyakan orang Belanda yang merintis penggunaan batik sebagai busana. Kreasi mereka kemudian diperagakan oleh para peragawati, termasuk oleh Cecilia van Oers, Oma saya. Presiden Soekarno termasuk tokoh yang mendorong batik untuk digunakan sebagai busana bukan sekadar untuk kebaya. 

Seperti terlihat pada foto di atas, gaun malam kombinasi batik terlihat sangat elegan. Dilengkapi dengan sarung tangan hitam (handschoen) yang terkesan seksi. Peragaan busana ini berlangsung saat pertemuan Ikatan Ahli Kecantikan di Indonesia yang Oma ikuti. 

Selain batik, corak lurik pun turut diubah menjadi busana siap pakai. Celana panjang yang belum banyak digunakan oleh wanita masa itu dikreasikan menggunakan lurik yang memang identik dengan garis-garis. 

Kain batik pun menjadi dress sehari-hari yang modis berkat rok lipit mengembang dan desain off shoulder. Penampilan menjadi semakin gaya karena dilengkapi pula dengan tas unik. Jika diperhatikan ibu yang berada di sisi catwalk, si ibu mengenakan kebaya berpadu kain batik, yang umumnya digunakan masa itu.

Oma saya masih menyimpan beberapa foto lawas ketika ia menjadi peragawati fashion show batik. Foto-foto lawas ini merupakan hasil karya studio foto yang marak pada masa itu, ketika semua orang yang ingin berfoto harus ke studio foto. Studio foto yang berbaik hati memberikan dokumentasi untuk Oma Cecie (panggilan Cecilia van Oers) antara lain: Foto "Muller" di Jalan Pasar Baru No 28 Jakarta dan Foto "Khouw Goan Seng" di Kwitang No 2. Nomor telepon yang dicantumkan dibalik foto: GB 855. Pada setiap foto terdapat stempel foto itu. Selain dokumentasi dari studio foto, ada juga dokumentasi dari salon yakni Java Salon di Jalan Krekot. Bisa jadi, seluruh riasan dan tata rambut para peragawati adalah hasil kerja keras Java Salon. Bagi Anda yang mengenal atau terkait dengan nama-nama pemilik studio foto, salon dan perancang busana, saya menyampaikan terima kasih untuk dokumentasi yang sangat menarik ini. Peragaan busana batik saat itu berlangsung di Hotel Der Nederlander di Medan Merdeka, Hotel Des Indes di Jalan Veteran dan di Bandung. Kisah Oma Cecie ini sudah pernah ditulis oleh The Jakarta Post (makasih Rendi dan Niken) serta disiarkan oleh Kompas TV pada tahun 2016 silam (makasih Haris).[]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun