Kabupaten Blora yang kaya akan kayu jati dan hasil pertanian membuat pemerintah kolonial Hindia Belanda berkeinginan untuk menguasai wilayah ini.
Menurut catatan resmi sejarah Blora berdiri sejak tahun 1749. Sebagai peringatan atas berdirinya Kabupaten Blora, tahun keramat tersebut diukirkan pada lengkung gapura Pendopo Kabupaten Blora.
Dapat disaksikan hingga saat ini, sebagai kantor Bupati Blora yang letaknya di sebelah Alun-alun yang mempunyai bentuk seperti tempurung, sehingga Alun- alun merupakan tempat paling tinggi di kota Blora.
Sebagaimana Prasasti selalu ditulis dengan Candra Sengkala, maka untuk menandai tahun berdirinya Kabupaten Blora maka candra sengkalanya tertulis “ Trus Kawarna Sabdaning Aji “ bertepatan dengan tanggal 2 Sura tahun Alib tahun 1675 saka. Tanggal 11 desember 1749 Masehi.Kota Blora resmi menjadi kabupaten.
Jika kita melintasi jalan Pemuda disitu terdapat banyak bangunan Belanda yang masih berdiri megah, (termasuk kediaman Bupati) juga di beberapa anak jalan Pemuda yaitu jalan Gunung Sindoro, Gunung Sumbing masih banyak bangunan Belanda ini membuktikan banyak orang Belanda yang tinggal di Tlatah Blora waktu jaman penjajah. Cerita ini dilengkapi dengan kisah nenekku yang mempunyai banyak teman noni Belanda ketika sekolah di SD Darmorini, di desa Tempelan.
Gudang Banyu yang menjadi Ikon Desa Tegal Gunung
Di desa Tegal Gunung, disamping Taman makam Pahlawan Blora, tidak jauh dari Bong Londo, berdiri bangungan menjulang tinggi yang masih berfungsi sampai sekarang. Gudang Banyu, demikian masyarakat Blora menyebutnya. Bangunan itu adalah Gudang tempat penampungan Air bersih untuk minum warga Blora.
Konon dibangun pada tahun 1920 –an dengan gaya arsitektur Belanda. Gudang Bayu ini berkapasitas menampung air 400m3,dengan menggunakan cara alami, gravitasi bumi dari sumber Mata Air Kajar, yang mengalir hingga sampai ke Gudang Banyu.
Yang menarik dari Gudang Banyu ini, bentuknya segi delapan, bergaya seperti benteng Belanda berkonstruksi beton cor-coran dengan ukuran bangunan 5m x 8m x 7 m dan yang mempunyai ruang –ruang di bawahnya untuk penampungan air.Â
Saat itu Gudang Banyu dikelola oleh orang Belanda yang bernama Mr Barnas dan Mr Johan. Saat ini Gudang Banyu dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat.