Mohon tunggu...
Monika Ekowati
Monika Ekowati Mohon Tunggu... Guru - Seorang biarawati Tarekat SND--> ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Betapa indahnya hidup ini, betapa saya mencintai hidup ini, namun hanya DIA yang paling indah dalam Surga-Nya dan dalam hidupku ini, saya akan mencintai dan mengabdi DIA dalam hidupku ini ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengulik Peninggalan Kolonial Belanda di Blora

20 Agustus 2022   14:34 Diperbarui: 5 September 2022   20:06 3062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sirene (Nguuk) sejak jaman Belanda (Foto Helo Blora. com)

Kabupaten Blora yang kaya akan kayu jati dan hasil pertanian membuat pemerintah kolonial Hindia Belanda berkeinginan untuk menguasai wilayah ini.

Menurut catatan resmi sejarah Blora berdiri sejak tahun 1749. Sebagai peringatan atas berdirinya Kabupaten Blora, tahun keramat tersebut diukirkan pada lengkung gapura Pendopo Kabupaten Blora.

Dapat disaksikan hingga saat ini, sebagai kantor Bupati Blora yang letaknya di sebelah Alun-alun yang mempunyai bentuk seperti tempurung, sehingga Alun- alun merupakan tempat paling tinggi di kota Blora.

Sebagaimana Prasasti selalu ditulis dengan Candra Sengkala, maka untuk menandai tahun berdirinya Kabupaten Blora maka candra sengkalanya tertulis “ Trus Kawarna Sabdaning Aji “ bertepatan dengan tanggal 2 Sura tahun Alib tahun 1675 saka. Tanggal 11 desember 1749 Masehi.Kota Blora resmi menjadi kabupaten.

Gapura kediaman Bupati Blora tempo dulu (foto helo.Blora.com)
Gapura kediaman Bupati Blora tempo dulu (foto helo.Blora.com)

Jika kita melintasi jalan Pemuda disitu terdapat banyak bangunan Belanda yang masih berdiri megah, (termasuk kediaman Bupati) juga di beberapa anak jalan Pemuda yaitu jalan Gunung Sindoro, Gunung Sumbing masih banyak bangunan Belanda ini membuktikan banyak orang Belanda yang tinggal di Tlatah Blora waktu jaman penjajah. Cerita ini dilengkapi dengan kisah nenekku yang mempunyai banyak teman noni Belanda ketika sekolah di SD Darmorini, di desa Tempelan.

Gudang Banyu yang menjadi Ikon Desa Tegal Gunung

Di desa Tegal Gunung, disamping Taman makam Pahlawan Blora, tidak jauh dari Bong Londo, berdiri bangungan menjulang tinggi yang masih berfungsi sampai sekarang. Gudang Banyu, demikian masyarakat Blora menyebutnya. Bangunan itu adalah Gudang tempat penampungan Air bersih untuk minum warga Blora.

Konon dibangun pada tahun 1920 –an dengan gaya arsitektur Belanda. Gudang Bayu ini berkapasitas menampung air 400m3,dengan menggunakan cara alami, gravitasi bumi dari sumber Mata Air Kajar, yang mengalir hingga sampai ke Gudang Banyu.

Yang menarik dari Gudang Banyu ini, bentuknya segi delapan, bergaya seperti benteng Belanda berkonstruksi beton cor-coran dengan ukuran bangunan 5m x 8m x 7 m dan yang mempunyai ruang –ruang di bawahnya untuk penampungan air. 

Saat itu Gudang Banyu dikelola oleh orang Belanda yang bernama Mr Barnas dan Mr Johan. Saat ini Gudang Banyu dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun