Sujud dari segala kesempurnaan cinta dan anugerah yang Dikau
 anugerahkan padaku.
Â
 Kubiarkan diriku dipeluk bumi dengan warna sinar putih pelangi. Kubiarkan rasa hening, damai, tenang, rela, lepas bebas tak terperikan. Hidup hati dan jiwaku jadi sempurna harmoni. Rohku menjadi ringan memuji, karena tiada halangan yang akan merintangi.
Inilah rasanya dicintai tanpa syarat. Begitu ringan tanpa beban, yang ada hanya kebahagiaan dan kebebasan batin yang kurasakan dari Penguasa Jagad Raya. Aku menari di antara sinar rembulan yang semakin menawan, diiringi suara gendang deburan riak samudra bertalu merdu saling bersusulan dalam irama alam.
 Tarian ini begitu bebas, tarian yang spontan sebagai pujian dan rasa syukur. Belum pernah aku menari seperti ini. Semua gerakan begitu mengalir dari kegembiraan gerak jiwa dan batinku. Bahkan aku tidak mampu menguasainya. Hanya pesona purnama tepat pada pukul tiga dini hari yang bisa membuatku berhenti.
Ada warna yang menawan melingkar seperti pelangi di atas kepalaku, yang menarik seluruh kekuatanku untuk berhenti menari dan menatap lurus pada wajah rembulan yang tersembul di permukaan, menyatu memangku Sang Dewi Maria, Menara Nazareth pengantara rahmat Nirwana. Dia tersenyum, semanis dan selembut sinar purnama. Apa yang pernah ditulis olah Nabi Yesaya terpancar pada wajah Sang Dewi.
"Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya." ( Yesaya 61:10 ) Â ( Â Bersambung )
Oleh  Sr. Maria  Monika  SND
23 Agustus, 2021
Artikel  ke  : 445
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H